"Aku ingin sepertimu; hujan. Meski jatuhmu menyakitkan tapi kamu sama sekali tidak memperdulikan rasa sakit mu itu. Bahkan kamu tidak memilih akan kemana kamu terjatuh, karena tujuanmu hanya untuk memberikan manfaat kepada makhluk lainnya, meski sebagian dari mereka masih saja menganggapmu sebuah musibah. "
-Nisya Alfiatul Alpa
______________________________
Selamat Membaca...
______________________________
Hujan dikala pagi membuat beberapa manusia enggan untuk melakukan sesuatu, memilih kembali bergelut dengan selimut tebalnya yang menghangatkan tubuh.
Tapi khayalan hanyalah khayalan, tak mungkin jika khayalan itu terjadi karena kita yang menyandang gelar pelajar harus bisa mengusir khayalan menggiurkan itu.
Begitupula dengan Nisya, dirinya menyibakkan selimutnya lalu memilih membersihkan diri dan bersiap berangkat sekolah.
Nisya meninggalkan sepeda serta motornya, kali ini dia akan memilih naik angkot. Tidak mungkin jika dirinya membawa kendaraan karena saat ini masih saja hujan.
Beruntung rumahnya tepat didepan jalan, jadi Nisya tak usah repot repot untuk berjalan menuju jalan Raya, menunggu sebuah angkot.
Nisya berdiri diterasnya, sesekali tangannya ia ulurkan menyentuh air hujan yang masih Setia menemani pagi ini. Entahlah, Nisya sangat menyukai jika air hujan jatuh langsung pada telapak tangannya.
"Aku ingin sepertimu, hujan. Meski jatuhmu menyakitkan tapi kamu sama sekali tidak memperdulikan rasa sakit mu itu. Bahkan kamu tidak memilih akan kemana kamu terjatuh, karena tujuanmu hanya untuk memberikan manfaat kepada makhluk lainnya, meski sebagian dari mereka masih saja menganggapmu sebuah musibah" Nisya berucap dengan senyuman menghiasi bibir tipisnya.
Tak lama angkot sudah datang, segera Nisya berjalan dengan menutupi area kepalanya dengan kedua tangannya supaya tidak basah terkena air hujan.
...
Citttt
Angkot yang ditumpangi Nisya tiba tiba saja berhenti, membuat semua penumpang menahan dirinya spontan supaya tidak terhuyung kedepan.
"Ada apa pak?"
"Iya nih pak, ada apa sih?"
"Alhamdulillah untung gak kenapa kenapa"
"Bapak kalau ngerem pake hati dong"
"Saya bersyukur lho pak, jidat saya gak nempel kebahu mba ini"
"Apa yang terjadi sih pak? "
Nisya menggelengkan kepalanya mendengar penumpang lain berucap. Bahkan ada beberap yang menyumpah serapah pak supir.
Pak supir menoleh lalu memberitahukan bahwa angkotnya mogok. Mau tidak mau semua penumpang harus turun, sedangkan disatu sisi hujan masih enggan meninggalkan bumi.
Nisya berteduh dibawah pohon yang rindang sehingga bisa menahan air hujan, meski hanya sedikit. Setidaknya itu cukup supaya seragamnya tidak bawah kuyup.
Nisya melirik ke kanan dan ke kiri dengan gelisah, mencari angkot atau ogek yang bisa mengantarkannya ke sekolah karena beberapa menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.
Nisya segera membersihkan seragamnya yang tadi terkena sedikit cipratan oleh kendaraan yang berlalu-lalang, karena kebetulan Nisya berdiri persis berhadapan dengan genangan air yang lumayan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISYA ALFIATUL ALFA
Teen FictionHidup dalam kesederhanaan bukan perkara mudah. Sudah pasti banyak cacian, hinaan, tatapan merendahkan dan hal hal lainnya. Namun itu tidak dapat membuat Nisya bergeming. Hatinya sudah dibangun tembok besar dan tinggi agar tatapan merendahkan itu tid...