Chapter 9 || Leira

5 2 0
                                    

"Saya tahu kamu sedang menilai saya lewat pakaian yang saat ini saya pakai. Saya sama sekali tidak keberatan akan hal itu, tapi apakah kamu selalu seperti ini?  Meniai seseorang dari Cover?  Sungguh menyedihkan. Apakah kamu tidak tahu?  Ada yang mengatakan bahwa semewah dan semahal apapun pakaian yang ia kenakan jika tidak merasa nyaman untuk apa?  Hanya sekedar pamer atau untuk mendapatkan pujian dari orang lain? Jika kamu seperti ini,maka kamu akan rugi" 

Nisya Alfiatul Alpa

______________________________

Selamat Membaca...

______________________________

Nisya terbangun dari tidurnya karena suara alarm yang selalu Setia membangunkannya. Nisya beranjak dari tempat tidurnya berniat untuk mandi dan shalat subuh.

Hari ini hari minggu,  hari dimana sebagian orang mengangap sebagai hari ketenangan.  Tapi tidak dengan Nisya, dia harus bekerja. Mengecek segala hal dari tiga toko sekaligus.

Sebenarnya Nisya merasa lelah, dia butuh seseorang yang bisa menghendel bisnisnya. Kadang kala, jika di toko ada masalah dan kebetulan pekerjaan rumah sedang menumpuk saat itu Nisya sangat bingung,  ia bingung harus mengerjakan yang mana terlebih dahulu.

Nisya sempat berfikir untuk mencari orang yang akan membantunya, namun dirinya bingung pada siapa kepercayaan itu akan diberikan.

Hanya ada satu nama yang terlintas dibenaknya, Ranti. Tapi disatu sisi, Nisyapun kurang yakin pada Ranti karena dia sedikit ceroboh. Bahkan mereka baru bertemu sebulan.

Setelah selesai dengan aktivitasnya Nisya mengayuh sepedanya menuju toko Roti. Sudah menjadi rutinitasnya Setiap hari minggu Nisya akan ikut berpartisipasi salah satu ditokonya, entah hanya memantau, menjadi kasir atau bahkan pelayan. Sungguh, dirinya sama sekali tidak malu melakukan hal itu, karena baginya apapun pekerjaannya akan dikerjakan tak peduli jika pekerjaan itu selalu dipandang sebelah mata yang penting pekerjaan itu halal.

Nisya memberhentikan laju sepedanya karena ia melihat ada anak kecil yang menangis. Lalu Nisya menghampiri anak kecil itu.

"Hai de?" Nisya membungkukkan badannya supaya bisa sejajar dengan anak kecil itu.

Anak kecil itu memberhentikan gerakan tangannya yang sedang menggosok matanya yang memerah akibat menangis.

"Hei, matanya jangan dikucek seperti itu, nanti matanya tambah merah lho" Ujar Nisya yang diangguki anak kecil itu.

"Good girl"

"Kakak si-siapa?"

"Nisya, panggil saja kak Nisya. Kamu siapa namanya cantik?"

"Leira ka, panggil saja Lei"

"Wah namanya cantik ya, sesuai sama kamu yang sangat cantik" ucap Nisya.

Leira tersenyum mendengar pujian dari Nisya.

"Oh iya, umur kamu berapa de?"

Leira berfikir sejenak mencoba mengingat umur berapa dirinya saat ini.

"Aku ingat, kata kakak umur aku 3 tahun ka" jawabnya dengan wajah lucu.

"Kakak? Kamu punya kakak? K  sini sama siapa? Kok kamu sendirian sih" runtuyan pertanyaan disuguhkan oleh Nisya.

Nisya tak pernah menyangka, kemana keluarganya kok tega sih mereka membiarkan anak berusia 3 tahun sendirian ditepi jalan. Jika terjadi sesuatu bagaimana?

Kemudian Nisya mengajak Leira membeli es krim di market yang ada disebrang.

Terlihat jelas raut kebahagiaan dari Leira ketika Nisya memberikan es krim vanila.

NISYA ALFIATUL ALFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang