"Kamu harus tahu, kadangkala kita harus takut pada diri sendiri, takut jika tidak bisa mengontrol emosi hingga berakhir dengan menyakiti hati orang lain. Sakit fisik masih bisa kita cari obatnya, tapi jika sakit hati obat apa yang harus kita cari?"
Nisya Alfiatul Alpa
______________________________
Selamat Membaca...
______________________________
Tak terasa sudah 1 bulan Nisya bersekolah di SMA BANGSA. Kini Nisya berjalan menuju parkiran.
Namun ditengah jalan, tepatnya didepan Ruang Lab, Nisya samar samar mendengar suara. Nisya mempercepat langkahnya mencari sumber suara itu. Dan benar saja dugaanya, diruangan Lab ada beberapa sisiwi yang sedang beradu mulut.
Nisya menajamkan tatapnya, namun sayang dari jarak seperti ini dirinya tidak bisa mengenali siswi itu.
Dengan keberaniannya Nisya berjalan mendekati mereka. Ah apakah mereka sedang membully seseorang? Karena terdengar jelas dari nada dan setiap kata yang dilontarkan beberapa siswi sangat kasar ucapannya.Semakin banyak kaki Nisya melangkah, semakin jelas sosok mereka.
"Angel, Kira, Mila?" gumam Nisya, bahkan suaranya sangat kecil, seperti berbisik.
Apakah disekolah ternama ini masih booming perihal membully? Tapi mengapa demikian? Dan, apa keuntungannya? Nisya tidak habis fikir dengan hal yang satu itu.
"Ekhem"
Nisya berdehem untuk mengalihkan perhatian mereka. Dan mereka langsung mengalihkan pandangannya pada Nisya.
Angel yang sedang menarik rambut seseorang itu melepas jambakkannya dengan kesal. Tatapan Angel menajam ketika melihat sosok Nisya yang berani beraninya mengganggu keasikkannya.
Nisya tetap melangkahkan kakinya mendekat pada mereka. Tak ada raut ketakutan yang Nisya pancarkan dari wajahnya.
"Apa masih zaman membully orang?" tanya Nisya lantang. "Apalagi membully adik kelas" lanjutnya.
Jika tidak salah, dia yang sedang dibully Angel dan genknya adalah Alya, tetangga kelas Nisya yang sering kali menyendiri. Bahkan Nisya sering melihat Alya melamun dibangku taman dekat sekolah.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Nisya melirik Alya yang menunduk takut, bahkan air matanya jatuh bercucuran, tergambarkan dengan jelas bahwa Alya sangat ketakutan.
Nisya jadi takut, tapi bukan pada Angel dan genknya, melainkan pada Alya. Nisya takut hal ini bisa membuat Alya trauma atau lebih parah bisa depresi.
Nisya mengepalkan tanganya, bahkan kuku kukunya menancap tajam sehingga area telapak tangannya putih.
Tak habis fikir, kenapa Angel dan genknya memiliki hobby yang sangat melanggar HAM dan norma? Apa otaknya tidak dipakai? Apa mereka tidak berfikir jika perbuatan mereka bisa merugikan orang lain?
"Saya pikir sekolah ini adalah sekolah terbaik. Tapi sayangnya, argumen saya salah besar terhadap prilaku muridnya. Mereka sangat tidak berpendidikkan dan tidak mengetahui caranya menghormati orang yang lebih tua" Nisya berucap lantang tepat didepan wajah Angel. Meski tubuh Angel sedikit lebih tinggi darinya, tapi itu tidak membuat nyali Nisya menciut.
"Apa maksud lo?!" Mila bersuara.
"Jangan so mau jadi jagoan lagi deh lo" Kira tak ingin kalah, kini dirinya ikut bersuara, bahkan dengan nada suara lebih tinggi satu oktaf dari Mila.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISYA ALFIATUL ALFA
Novela JuvenilHidup dalam kesederhanaan bukan perkara mudah. Sudah pasti banyak cacian, hinaan, tatapan merendahkan dan hal hal lainnya. Namun itu tidak dapat membuat Nisya bergeming. Hatinya sudah dibangun tembok besar dan tinggi agar tatapan merendahkan itu tid...