"Kita tidak boleh menilai seseorang dari fisiknya, karena kebanyakan fisik itu selalu menipu kita"
-Nisya Alfiatul Alpa
______________________________
Selamat Membaca...
______________________________
Lion terduduk dikasur tempat Nisya berbaring. Ia kembali setelah membeli air mineral dan roti.
Lion yakin saat dirumah Nisya belum sarapan sampai pingsan seperti ini.
Entah apa yang menuntun Lion untuk sedikit perhatian pada gadis didepannya ini. Yang jelas Lion ingin melindungi Nisya, meski tak dilindungi oleh dirinyapun Nisya bisa menjaga dirinya sendiri, Lion yakin itu.
"Bisa sakit juga" gumam Lion diakhiri kekehan.
Lion terus memandang wajah polos Nisya. Mata yang Indah, pipi chubby, hidung mancung, dan bibir mungin. Lion jadi sedikit mengaguminya.
Tanpa sadar tangan Lion terangkat menyentuh rambut halus Nisya, mengusapnya dengan penuh sayang.
"Apakah gue udah mulai sayang sama lo? Tapi apa mungkin sya? Bahkan gue sendiri lupa kapan gue mulai suka sama lo sampai akhirnya pada titik sayang, kalau dilanjut bisa jadi ke Cinta dong ya?" batin Lion.
Lion mengalihkan tangannya yang sedang mengusap rambut halus itu pada dadanya yang berdetak dua kali lebih cepat pada saat bersama Nisya.
"Gue baru sadar, kalau gue sayang lo" monolog Lion lalu tersenyum.
Saat asik memandang wajah damai Nisya, tiba tiba pintu UKS terbuka memperlihatkan sosok Ranti dengan raut wajah khawatir.
Ranti berjalan terburu-buru untuk segera sampai pada Nisya, hingga tanpa sadar dirinya tersandung oleh tali sepatu yang lepas dari ikatannya. Lalu terjatuh kedepan dengan gaya yang cukup memalukan. Untung di UKS hanya ada dirinya, Nisya yang masih setia tidak sadarkan diri, dan Lion yang sedang melihatnya.
Tunggu.
Lion?
Melihatnya?
APAAA??!!!
Dengan segera Ranti bangun dari fose tadi, dia tak ingin jika Lion terus menatapnya maka akan ada kemungkinan juga jika Lion memberitahukan hal ini pada si kembar, dan Ranti tidak mau hal memalukan ini diketahui mereka. Sungguh, dirinya akan sangat malu.
Melihat hal itu tentu saja menggelitik Lion. Ingin rasanya tertawa kencang, tapi sebisa mungkin dirinya harus menahannya, karena akan mengaruh pada kecoolan dirinya.
"Nisya belum bangun ka?" tanya Ranti dengan suara rendah menahan malu.
Jika saja disini ada yang sedang ngobrol sudah dipastikan suara Ranti tidak akan di dengar.
Lion mengangguk membenarkan pertanyaan Ranti.
Ranti membangunkan Nisya dengan menepuk-nepuk pipinya, kemudian digosoknya tangan Nisya supaya memberikan kehangatan.
Ranti mendaratkan tangannya di kening Nisya untuk mengukur suhunya.
"Panas" gumam Ranti.
Tak lama Nisya membuka matanya secara perlahan, alisnya mengerut menyesuaikan cahaya.
Nisya memegang pelan kepalanya yang sedikit pusing dengan mata kembali terpejam, lalu dipijat pelan supaya pusingnya sedikit hilang.
"Kasih minumnya" titah Lion yang dianggui Ranti.
KAMU SEDANG MEMBACA
NISYA ALFIATUL ALFA
Teen FictionHidup dalam kesederhanaan bukan perkara mudah. Sudah pasti banyak cacian, hinaan, tatapan merendahkan dan hal hal lainnya. Namun itu tidak dapat membuat Nisya bergeming. Hatinya sudah dibangun tembok besar dan tinggi agar tatapan merendahkan itu tid...