Bab 01 - Pergi

382 32 5
                                    

Seorang ibu tidak akan tega menghancurkan cinta pertama anak perempuannya.

•••••

“Ana! Anaaa!” teriak seorang laki-laki sembari berlari kencang menghampiri gadis yang dipanggilnya Ana.

“We Lontong! Apaan sih lo, gaje banget lari-lari sambel teryak," sahut gadis yang merasa namanya telah dipanggil.

"Eh Bodong, nanti kalo gue kasih tau lu bakalan syok terus pingsan dipelukan gue," sahutnya tak mau kalah.

"Dih najis gue pingsan kaya gitu.” Ana berjalan mendekat ke arah laki-laki itu. “Apaan sih? Lu mau kasih tau apa emangnya?" tanyanya sambik mengangkat-angkat kepala.

“Nggak ada suh, emang gue gabut.” Laki-laki pemilik gelar Lontong itu berujar dengan tawa yang mengakhirinya.

"Ah lu mah dari kecil kaga pernah serius. Mempermainkan perasaan bisanya.” Ana tak kalah terkekeh. “Badan doang tinggi otaknya taruh didengkul.”

Laki-laki itu mendudukkan tubuhnya di tanah. Memandang perempuan yang ada di hadapannya ini dengan kepala mendongak.

“Kira-kira ... kapan, ya, lo bakal panggil gue Raffin?”

“Gue panggil lo Raffin? Mimpi lo!”

“Iya sih gue akui nama lo Raffin-Raffin itu cakep cuma orangnya kaga haha.” Ana meledek, hal itu membuat Raffin geram dan berdiri mengejarnya. Ana yang paham Raffin akan mengejarnya pun segera berlari terbirit-birit.

“Ana!! Awas lo ya!”

“Kabooorrr!!”

Huh. Deru napas mereka terdengar berengus. Sebelah perut kiri Ana terasa begitu nyeri akibat terlalu lama berlari-lari. Ana menyerah, ia memilih duduk di tepi sungai. Raffin yang melihatnya dari arah jauh pun segera mengencangkan larinya. Bukan untuk menangkap, tapi untuk ikut bergabung duduk di sebelah perempuan itu.

“Gara-gara lu gue jadi capek gini,” kata Raffin sambil mendudukkan tubuhnya di samping Ana.

“Kok jadi nyalahin gue? Ya lo nya aja ngapain ngejar gue. Oh jangan-jangan lo suka sama gue makanya lo ngejar-ngejar gue.” Usai Ana mengatakan itu, terlihat wajah Raffin yang awalnya berseri berubah menjadi muram. Ana seketika panik. Apakah Ana telah menyakiti hatinya?

“Tong. Lo kenapa? Gue salah ngomong ya?” tanya Ana memastikan agar semuanya baik-baik saja. Tidak ada sahutan dari Raffin. Entah apa yang terjadi pada pria itu.

“Tong? Maafin gue ya kalo gue bikin lo sakit hati sama ucapan gue. Gue bener-bener gak sengaja, gue serius tadi gak sengaja.” Ana menunjukkan kedua jari telunjuk dan tengahnya, seakan-akan membentuk dua. Detik berikutnya anak itu kembali berkata, “lo taukan gue orangnya gimana? Gue suka bercanda dan bercandanya itu berlebihan.”

“Jihahahahah!” tawa Raffin seketika meledak. Mengundang tatapan sinis dari Ana. Tertipu.

“Kok lo ketawa sih? Oh lo boongin gue ya!”

Raffin tertawa, “Aduh Riana Mawardi, dengerin gue ya. Masa iya gue suka sama lo? Mimpi apasih lo sampe ketinggian banget geernya?” tanya Raffin diiringi tawa meledek. Detik berikutnya, “Apa jangan-jangan lo yang suka gue? Ciye yang suka gue.” Raffin berkata seperti itu sambil menoel hidung Ana.

Selembar Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang