Bab 11 - (Bukan) Kebahagiaan

83 18 0
                                    

Jadilah pemaaf, meski kesalahanmu belum tentu orang lain maafkan.

•••••

Kini saatnya, Raffin meminta maaf pada Ana. Raffin sudah membuka blokirnya. Segera ia menggerakan jarinya dan mengetik sebuah pesan, lalu mengirimnya.

Di sisi lain Ana yang tengah merebahkan dirinya, kembali mengambil ponselnya karena merasa ada pesan masuk. Ana terkejut melihat dilayar notifikasi tertera nama 'Raffin Jelek'. Karena penasaran, segera ia membuka pesan itu.

Raffin Jelek

Assalamualaikum. Na, lu sibuk nggak?

Terkejut, itu kesan utamanya. Pertama Raffin membuka blokirannya. Kedua, Raffin menanyakan Ana sibuk atau tidak, dan yang lebih takjub lagi, Raffin mengucapkan salam. Benar-benar membuat Ana bingung.

Apa Raffin sudah berubah?

Segera Ana membalas pesan Raffin, mengatakan bahwa dirinya tidak sibuk. Raffin kembali membalas pesan Ana, bahwa nanti sore ia ingin bertemu dengan Ana, tapi tidak berdua.

“Ada apa sama Raffin?” anak itu terus bertanya di dalam hati. Raffin ingin bertemu, tapi tidak ingin berdua saja. Tunggu! Bukankah Raffin sudah memutuskan hubungannya dengan Ana?

Segera Ana menepis semua pikirannya. Kembali tersenyum karena sahabat kecilnya mengajak untuk bertemu. Sahabat? Masih bolehkah Ana menganggapnya sebagai sahabat?

Waktu yang ditunggu-tunggu bagi Ana dan Raffin telah tiba. Didampingi dengan sang mama, Ana pergi di sebuah taman di mana taman itu adalah taman yang sama saat hari di mana Raffin memutuskan hubungan begitu saja.

Jujur di lubuk hati paling dalam, gadis masih penasaran dengan laki-laki yang kerap kali ia anggap sahabat. Kenapa bisa laki-laki itu mendadak berubah?


Setelah lima menit menghabiskan waktu untuk menunggu Raffin. Akhirnya laki-laki itu datang, berjalan mendekati Ana. Seketika atmoster mendadak panas, canggung.

“Maaf menunggu lama,” kata Raffin sambil tersenyum, senyuman yang aneh.

“Tidak apa, Nak Raffin, kenapa mau bertemu dengan Ana?” tanya Nia mewakilkan putrinya.

“Jadi begini, niat saya ingin bertemu Ana adalah ingin meminta maaf.” Ana terkejut. “Saya sadar, bahwa yang saya lakukan pada Ana itu salah.” Gadis itu terkejut lagi.

Raffin menunduk penuh dengan penyesalan. Detik berikutnya, “Maafin gue Na! Gue salah. Beribu minta maaf dari gue pun nggak akan bisa membayar semua derita yang lo alami karna gue. Gue harap lo tetap mau berteman seperti dulu sama gue.”

“T–tapi ....” Raffin buru-buru memotong ucapan Ana dengan ucapannya.

“Tapi kita tetap menjaga batasan. Tidak sering bertemu seperti dulu, tapi kita tetap teman, kok.” Gadis itu tersenyum. “Gue juga udah maafin lo jauh-jauh hari, kok. Santai aja.”

“Makasih, ya, Na. Lo emang yang paling top.” Raffin mengacungkan jempolnya sambil berkedip. Membuat Nia dan Ana seketika terkekeh.

—————

Setelah pertemuan hari itu. Hubungan Ana dan Raffin semakin membaik. Raffin yang dulunya mencintai Ayla, kemudian berusaha untuk melupakan Ayla. Terlalu larut dalam naungan sendiri pun akan menghasilkan perit.

Selembar Kisah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang