Bab 19

4.4K 562 47
                                    


Tanpa terasa sudah satu bulan Ali dan Prilly menjalani hubungan. Keduanya terlihat semakin dekat saja meskipun kedekatan mereka hanya terjalin ketika mereka sedang bersama saja.

Jika di kantor kedekatan mereka tak lebih dari atasan dan bawahan. Prilly masih menjadi Office girl di sana meskipun sudah beberapa kali Ali menawarkan posisi lebih tinggi dari pekerjaannya sekarang namun dengan tegas Prilly menolaknya. Dia belum siap ditetapkan sebagai karyawan di perusahaan besar ini. Prilly sangat sadar akan kemampuan dirinya.

Jadi dari pada terjadi banyak masalah ke depannya lebih baik dia menjadi office girl saja. Meskipun di posisi ini juga dirinya tak selalu aman maksudnya adalah Anya yang masih terus menganggu dirinya.

Pasalnya hanya satu karena dirinya terlihat begitu dekat dengan Pak Ali. Jika tidak berkeinginan menyembunyikan hubungannya dengan Ali ingin rasanya Prilly berteriak lantang jika pria yang dituduh dia goda itu adalah kekasihnya.

Demi Tuhan, Prilly tidak pernah menggoda Ali dengan tubuhnya seperti yang dituduhkan oleh Anya. Ali-nya pria baik-baik dan selama mereka menjalin kasih tidak pernah sekalipun Ali bersikap kurang ajar padanya.

Prilly tahu Anya hanya merasa iri padanya seperti kata Ira dan Inge hanya saja lama-lama mendengar tuduhan itu emosinya bisa terpancing juga.

Seperti sekarang ini, Prilly sedang membuat kopi untuk Ali dan sejak tadi Anya tak berhenti mengomentari dirinya terutama penampilan dan postur tubuhnya yang menurut Anya tidak menarik sama sekali.

"Apa sih yang Pak Ali liat dari lo?"

Hati gue!

"Cantik kagak! Biasa-biasa aja tuh muka lo!"

Tapi di mata Ali gue yang paling cantik mau apa lo?

Prilly terus mengaduk kopi untuk Ali sambil menjawab hinaan Anya dalam hati, bukan apa-apa dia enggan beradu mulut apalagi jika endingnya adalah pertengkaran rasanya itu sangat memalukan untuk orang-orang seusia mereka.

Mereka sudah sama-sama dewasa bukan lagi anak kecil setidaknya begitulah pemikiran Prilly. Hingga setenang mungkin dia berusaha menahan emosinya mengontrol tepatnya.

"Lo pasti jual tubuh lo kan sama Pak Ali!"

Iya nanti setelah menikah gue kasih cuma-cuma buat Ali.

"Cih! Muka pas-pasan aja belagu lo!"

Pacar Direktur ini.

"Lo budeg yak?!" Cangkir ditangan Prilly nyaris jatuh ketika Anya dengan kasar menarik bahunya.

"Apa-apaan sih Mbak! Kalau tumpah ke tangan saya gimana?" Hardik Prilly masih berusaha mengontrol dirinya.

"Mampus! Syukur-syukur tangan lo cacat supaya Pak Ali nggak suka lagi sama lo." Ketus Anya tak berperasaan.

Prilly menghela nafasnya, cangkir ditangannya kembali dia letakkan di atas meja pantry namun sebelum itu dia lakukan Anya kembali membuat ulah kali ini Prilly tidak dapat menahan dirinya.

"Jangan-jangan Ibu lo Jalang ya. Makanya kelakuan lo binal seperti ini."

"ANYA!!!" teriakan Ira dan Inge di depan pintu terdengar memekakkan telinga disusul teriakan kesakitan Anya saat Prilly menyiram kopi di dalam cangkir yang masih dia pegang tepat ke wajah Anya.

Gadis itu meraung-raung kesakitan akibat air panas yang terasa membakar kulit wajahnya.

"Gue peringati sama lo! Jangan berani-beraninya lo hina orang tua gue!!"

Prang!!!

"Aww!!"

**

Prilly masih menundukkan pandangannya enggan membalas tatapan yang Ali hujamkan padanya. Entah darimana Ali tahu peristiwa di pantry tadi.

Tiba-tiba saja Prilly sudah berdiri berhadapan dengan Ali dan juga Ibu Merry serta Anya yang masih terisak-isak di sofa ruangan Ali dengan sebagian wajahnya diperban.

"Kamu tahu tindakan kamu ini sudah termasuk tindakan Kriminal?"

Wajah Prilly terlihat datar tak berekspresi mengabaikan rentetan pernyataan menyudutkan yang Ali layangkan padanya sejak tadi.

Prilly tidak menangis toh ini hanya masalah kecil, dia pernah mengalami lebih dari ini hanya saja dia masih diam karena menghargai Ali sebagai atasannya.

"Kamu keterlaluan Prilly! Kamu lihat bagaimana menderitanya Anya karena perbuatan kamu?"

Kali ini Prilly tidak akan diam dengan berani wajahnya mendongak menatap tepat di mata Ali yang memicing tajam kearahnya.

"Lalu bagaimana dengan penderitaan saya? Bagaimana dengan luka di hati saya?"

Ali sedikit terkesiap melihat perubahan ekspresi di wajah Prilly.

"Ini sakit sekali! Bagaimana kalau wajah saya berbekas? Saya akan cacat seumur hidup." Teriakan serta tangisan Anya kembali membuat suasana kembali memanas.

"Kamu lihat!" Ali menunjuk kearah Anya dan dengan berani Prilly mengikuti kemana telunjuk Ali mengarah. Anya sontak menundukkan kepalanya ketika mata tajam Prilly menyoroti dirinya.

"Wajahnya mungkin akan berbekas Prilly!"

"Saya menyesal.." Ali terdiam ketika Prilly membuka suaranya. Mulut Prilly memang mengatakan penyesalan namun wajahnya jelas sama sekali tidak menunjukkan hal itu.

"Menyesal saya menyiram wajahnya dengan kopi panas kenapa tidak dengan air keras."

"PRILLY!!"

Semua terkejut ketika mendengar suara teriakan Ali termasuk Ali dia benar-benar tidak sengaja membentak kekasihnya. Ali ingin bergerak meraih lengan Prilly namun dengan cepat Prilly memundurkan langkahnya.

Wajah kerasnya masih terlihat namun kali ini terselip kekecewaan di sana dan Ali mulai menyumpahi dirinya sendiri.

"Seharusnya Bapak bertanya terlebih dahulu apa yang terjadi. Bapak bisa tanyakan apa yang wanita itu lakukan sampai saya menyiram wajahnya." Prilly menunjuk Anya dengan jari telunjuknya namun matanya masih berfokus menatap Ali.

Anya mulai menundukkan kepalanya isak tangisnya juga seketika menghilang. Ibu Merry ikut menatap Anya hingga membuat nyali Anya semakin ciut.

"Sayan--"

"Cukup Pak. Anda tidak akan mengerti bagaimana terlukanya saya yang hidup sebatang kara, seumur hidup saya memang tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua saya tapi bukan berarti orang-orang busuk seperti dia boleh menghina orang tua saya." Prilly kembali menunjuk kearah Anya.

Dan ketika mendapati mata berkaca-kaca kekasihnya Ali tahu jika dia sudah membuat masalah dengan kekasihnya. Dia salah langkah.

"Terima kasih. Saya permisi dulu." Prilly segera berbalik meninggalkan Ali dan yang lain dengan ekspresi wajah berbeda-beda.

Ali terlihat begitu frustasi sedangkan Ibu Merry mulai menyidang Anya. Wajahnya jauh dari kata bersahabat.

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi Anya! Jangan coba berbohong padaku!"

Ali menadahkan kepalanya. Sialan! Tubuhnya sedang lelah dan ketika mendapati laporan tentang Prilly seketika emosinya naik dan akhirnya dia tidak bisa mengontrol dirinya dan Prilly-nya tersakiti.

"Saya mengatai Ibunya Jalang."

"APAA?!!!" Tidak hanya Ibu Merry tapi Ali juga tak kalah terkejut. "Brengsek!"

******

Po Pdf ADDC hari ini terakhir yaa, cerita udah ready berminat langsung chat ke wa yaa 081321817808

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang