Bab 5

4.8K 560 24
                                    

"Selly.."

Selly mendongakkan kepalanya menatap Ali dan Prilly yang serentak memanggil dirinya.

"Ciyee.. Abi barengan manggil aku sama Kak Prilly. Ciyee.. Yang jodoh." Selly sontak menggoda Ali dan Prilly yang baru sadar jika tadi mereka bersamaan menegur Selly.

Lyra semakin tak jelas bentuk wajahnya. Dia merasa dipermalukan setelah disandingkan dengan anjing sekarang dia seperti debu tak kasat mata ditengah keluarga yang bahagia.

Ali berdehem pelan begitu juga Prilly yang mengalihkan pandangannya mengitari ruangan Ali sebagai bentuk pelampiasan rasa canggung yang tiba-tiba menderanya.

Selly masih mengerling nakal pada Abi-nya sedangkan tangannya masih menggenggam erat tangan Prilly.

"Aku pulang dulu ya Li. Ada urusan juga."

Ali menoleh menatap Lyra. "Oh ya. Kalau begitu hati-hati dijalan ya Ly." Kata Ali pelan. Udah begitu saja? Nggak ada niat buat nganterin dia ke pintu kalau perlu ke depan lift begitu?

Lyra semakin berang namun sekuat tenaga dia tutupi kejengkelannya dengan senyumannya yang begitu manis, setidaknya menurut dirinya sendiri senyumannya sudah sangat manis namun sepertinya tidak bagi orang lain terutama Selly.

"Jangan lebar-lebar senyumnya Tante Dogy tuh keliatan cabenya di gigi." Selly menunjuk giginya sendiri seolah memberi tahu Lyra di mana terletak cabe di giginya.

Lyra sontak menutup mulutnya. Prilly nyaris tersedak oleh tawanya sedangkan Ali ternganga tak percaya. Ya ampun Nak, kenapa harus jujur begitu? Abi dari tadi udah liat diam aja. Hah, Selly-Selly.

"Aku pamit dulu Li." Lyra segera beranjak meninggalkan ruangan Ali diikuti pandangan aneh dari Selly.

"Tantenya nggak sikat gigi ya Bi? Masak ada cabe nyangkut di gigi begitu kan malu ya kan Bi?" Selly menatap Abinya seolah meminta pembenaran atas apa yang baru saja di ucapkan.

Meringis pelan akhirnya Ali hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Iya Sayang." Ali mengusap lembut kepala putrinya.

"Ya sudah kalau begitu Kakak pulang dulu ya Selly cantik." Prilly akhirnya buka suara setelah Ayah dan anak ini selesai berbicara.

Ali mengalihkan pandangannya dari Selly berbalik menatap Prilly yang tingginya mungkin hanya sebatas dadanya saja. Bahkan tinggi Selly saja hampir mencapai dada gadis itu.

Mungil sekali namun terlihat begitu cantik dan menggemaskan.

"Yah kok pulang sih Kakak." Selly langsung merengut tanda tidak setuju dengan niat Prilly.

Prilly tersenyum lembut, mengusap kepala Selly seperti yang dilakukan oleh Ali beberapa waktu lalu. "Kakak harus pulang kalau nggak adik-adik Kakak kasihan pulang sekolah nggak ada Kakak dirumah."

"Kakak punya adik?" Tanya Selly dengan mata berbinar. Prilly menganggukkan kepalanya. "Yang paling kecil kayaknya seumuran kamu deh namanya Tasya."

"Wah hebat! Selly udah lama juga loh pengen punya Adik tapi Abi nggak pernah ngasih atau bawain Selly Adik." Selly menatap kesal kearah Abinya.

"Uhuk!" Ali seketika tersedak ludahnya. Selly ini kalau ngomong kenapa nggak ada saringannya sih?

Gimana mau kasih Adik coba lah lahannya aja kagak ada buat dia menyemai benih!

Prilly mengerjap pelan apalagi ketika mendengar suara batuk Ali sepertinya bayangan mereka sama saat ini. Meminta Adik sepertinya terdengar terlalu sensitif ditelinga mereka, saat kilasan membuat Adik itu terbayang diotak mereka.

Ck! Benar-benar mesum mereka ini!

"Ekhem! Ya sudah ayok kita antar Kakak Prilly-nya pulang." Tiba-tiba Ali bersuara membuat Prilly seketika mendongak.

"Ya?"

Ali menaikkan sebelah alisnya menatap Prilly. "Nggak apa-apa kalau kami mengantar kamu pulang kan?"

Prilly sedikit tergagap. "En--nggak usah Pak."

"Ali cukup panggil aku Ali tanpa embel-embel Pak atau semacamnya."

Selly menatap Ali dan Prilly secara bergantian lalu tiba-tiba menyeletuk ringan. "Kalau panggilnya Abi aja boleh nanti Kak Prilly kita panggil Bunda Bi. Gimana boleh?"

Dan seketika suara tersedak Ali dan Prilly terdengar hampir bersamaan.

**

Sepanjang perjalanan menuju rumah Prilly suasana mobil tak pernah senyap tentu saja karena Selly yang begitu banyak berbicara sejak tadi.

Ada saja yang ditanyakan gadis kecil itu pada Prilly dan mengabaikan Ali yang sejak tadi berlaku layaknya supir yang mengantarkan majikannya.

Jika Ali menyahut maka Selly akan menggodanya bahkan memperingati dirinya supaya jangan ikut campur ini urusan perempuan katanya.

Prilly hanya bisa menahan tawa saat Ayah dan anak itu mulai berdebat. Dan entah kenapa Prilly merasa hatinya berdesir saat matanya tak sengaja beradu dengan mata teduh Ali.

Pria ini luar biasa tampan hingga dia tidak heran Selly bisa secantik ini, dia yakin Ibu Selly pasti tak kalah cantik.

Sebenarnya Prilly penasaran kemana Ibunya Selly namun dia merasa itu bukan urusannya. Dia hanya orang asing yang kebetulan membantu gadis cilik ini.

"Abi liat anak itu digendong Ibunya." Selly berseru keras saat melihat seorang anak kecil seusia dirinya yang digendong oleh seorang wanita.

Ali dan Prilly ikut menoleh sampai suara sendu Selly kembali membuat mereka mengalihkan pandangannya menatap Selly yang terlihat sedih.

"Selly juga pengen di gendong kayak gitu sama Ibu, Bi."

Ali mengalihkan pandangannya sedangkan Prilly merasa serba salah, jika tidak memberi respon takutnya Selly semakin sedih terus jika memberi respon maka respon seperti apa yang harus dia berikan, dia sama sekali tidak mengenal Selly dan dia tidak ingin dicap sok dekat dengan anak ini terutama ada Ali di sini.

Prilly benar-benar tidak bermaksud apa-apa, dia hanya menyayangi Selly bahkan dia sudah jatuh hati pada gadis berbulu mata lentik itu sejak pertama kali dia melihat Selly tadi di pasar.

Melihat wajah kebingungan Prilly akhirnya Ali membuka suara. "Ibundanya Selly meninggal ketika melahirkan Selly."

Prilly membulatkan matanya. Ya Tuhan, pantas saja anak ini begitu antusias ketika melihat anak yang digendong Ibunya tadi.

"Ibu udah di surga ya kan Bi?" Selly kembali bersuara. Ali tersenyum menoleh sekilas menatap putrinya yang duduk di bangku belakang. "Iya Sayang."

Selly mengalihkan pandangannya menatap Prilly dengan mata berkedip lucu. "Jadi apa Kak Prilly nggak sayang aku yang nggak punya Ibu dari kecil?"

Prilly merasa ada yang tidak beres dengan pertanyaan ini namun dia tetap menganggukkan kepalanya. "Tentu sayang dong, kan Selly anak baik ya kan?"

Selly menganggukkan kepalanya dengan gerakan berlebihan hingga membuat Prilly terkekeh geli.

"Nah karena Selly anak baik, Kakak pasti nggak nolak dong untuk jadi Bundanya Selly, bolehkan Bi?"

Ternyata selain pandai bersilat lidah Selly juga pandai mencari peluang rupanya.

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang