Bab 2

5.4K 495 19
                                    


"Abi hari ini Selly mau ke rumah Ibu Nana ya."

Ali yang sedang mengoleskan selai pada rotinya menoleh menatap putrinya. "Ngapain Sayang?" Tanyanya kembali melanjutkan kegiatannya mengoles selai pada roti.

"Main Bi. Ibu Nana ajakin Selly main di rumahnya terus buat bolu juga. Seneng deh Bi kalau punya Bunda kayak Ibu Nana, cantik terus pandai masak lagi." Selly bercerita sambil melahap roti bakar miliknya.

"Makan aja kamu! Jangan kebanyakan ngomong."

Selly sontak mencibir menatap Neneknya. "Nenek apaan sih orang Selly ngomong sama Abi juga." protesnya dengan wajah cemberut lucu.

Aida menatap tajam cucunya. "Kamu selalu ngelawan ya kalau dibilangin. Dasar anak kurang aj--"

"Ma! Please, ini masih terlalu pagi untuk mencari masalah dengan Selly." Ali buru-buru memotong ucapan Ibunya yang pasti ingin mengatai putrinya lagi.

Aida kembali mendengus. "Kamu belain aja terus anak kamu ini! Biar makin kurang ajar dia!" Aida mencampakkan sendok dan garpunya hingga terdengar berdenting karena beradu dengan piringnya.

Aida langsung bergerak meninggalkan meja makan bersama keheningan yang dibuatnya. Ali menghela nafasnya sedangkan Selly masih saja memperlihatkan raut wajah jengkelnya pada sang Nenek.

"Nenek benar-benar nggak bisa liat Selly senang." komentarnya dengan wajah cemberut.

Ali menghela nafasnya menatap putrinya dengan tatapan hangatnya. "Selly sekolah nanti bareng Papa ya, pulang sekolah mau Papa jemput?"

Selly langsung menganggukkan kepalanya. "Boleh Pa. Ibu Nana juga udah nanya-nanya Papa sama Selly."

Ali tersenyum sekilas, dia bukan tidak tahu jika wali kelas putrinya itu memang mencoba menarik perhatian darinya tapi maaf saja Ali tidak suka perempuan yang terlalu dominan.

Selly saat ini bersekolah di SD tunas bangsa kelas 1 dan wali kelasnya adalah Ibu Kirana atau yang akrab di sapa Ibu Nana.

Selly terlihat begitu cantik dan menggemaskan dengan balutan baju sekolahnya. Ali sengaja memilih sekolah dengan standar internasional bukan apa-apa dia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya. Tidak apa-apa  kalau dia harus mengeluarkan biaya hampir 200 juta pertahun untuk biaya sekolah putrinya.

"Ya udah, kita berangkat sekarang ya Sayang." Ajak Ali setelah menyelesaikan makan malamnya.

"Tunggu dulu Abi ini rotinya belum habis." protes Selly dengan nada merajuk.

Ali terkekeh geli melihat putrinya yang sudah mulai beranjak usianya namun tetap masih suka merajuk, padahal dulu almarhumah istrinya tidak suka merajuk seperti Selly ini.

"Ya udah jangan marah-marah nanti Selly keriput kayak Nenek mau?" goda Ali sambil menoel pipi putrinya.

Sontak Selly menggelengkan kepalanya. "Enggak mau, jelek nanti Nando nggak suka sama Selly lagi."

"Nando?" Ali mengernyitkan dahinya. "Nando siapa Selly?" Jiwa protektif Ali langsung muncul ketika mendengar nama pria lain keluar dari mulut putrinya.

"Abi jangan kuno deh, Selly itu cewek cantik ya wajar dong Nando suka sama Selly."

Anak ini! Anak siapa sih ini pinter banget ngomongnya?

Jitak juga lama-lama!

"Udah cepetan makannya, Abi tinggal loh ini ya. Jalan kaki ke sekolah nanti!" Ali mulai ikut merajuk seperti Selly.

Selly menatap Abinya dengan kepala menggeleng pelan layaknya orang tua yang merasa frustasi dengan anaknya.

"Ck! Ck! Abi udah tua tapi masih suka merajuk, nanti Abi keriput kayak Nenek lo mau?" Selly berbalik menakuti Ali seperti yang Ali lakukan tadi.

Tuh kan! Pinter banget! Jitakin boleh nggak sih si Selly ini?

**

"Ayok Pak! Mundur dikit! Yak lurus aja! Oke stop!" Teriakan cempreng Prilly terdengar disusul suara peluit khas juru parkir.

Prilly melangkah mendekati pengemudi mobil. "Nggak apa-apa Pak kalau nanti pas keluar Bapak kasih juga boleh." Kata Prilly saat melihat bapak-bapak pemilik mobil yang barusan memasuki parkiran mengeluarkan dompet.

"Nggak apa-apa Neng. Ini." Bapak itu menyodorkan selembar uang seratus ribu pada Prilly.

"Aduh Pak! Saya nggak ada uang kembaliannya." Prilly mana punya uang sebanyak itu lah satu mobilnya biaya parkirnya cuma 10 ribu.

Prilly tersenyum tidak enak pada bapak itu. "Nggak apa-apa Neng, ambil aja sekalian buat makan siang nanti ya." kata Bapak itu ramah.

"Ya Allah Pak. Alhamdulillah. Terima kasih banyak Pak." Prilly tersenyum lebar ketika menerima uang seratus ribu dari Bapak itu.

Prilly semakin bersemangat untuk bekerja sebelum memasuki waktu zuhur dan dia harus pulang lalu memasak untuk adik-adiknya.

Prilly menyeka keringatnya, cuaca hari ini sangat panas dan suasana pasar yang begitu ramai membuat suasana semakin sesak saja. Prilly mendudukkan dirinya di kursi khusus untuk tukang parkir.

Prilly menatap ke sekelilingnya. Dia bersyukur bisa bekerja di sini, bukan apa-apa pasar ini tidak pernah sepi hingga setiap harinya rejekinya lancar terus meskipun tidak membuatnya kaya tapi untuk kebutuhan sehari-hari hasil pekerjaannya ini sudah sangat mencukupi.

Hanya saja malam harinya Prilly juga harus mencari tambahan uang untuk biaya Adiknya bersekolah dan itu di bantu oleh Bram dan dua orang Adiknya lagi.

Prilly membuka warung kopi kecil-kecilan di pinggiran kota khusus untuk malam hari saja.

Prilly menegakkan tubuhnya langsung bergerak dari kursinya ketika melihat sebuah mobil sedan memasuki area parkiran.

"Terus! Terus!" Prilly menggerakkan tangannya sambil menjaga jarak dengan mobil itu. "Oke stop!!" Prilly mengangkat jempolnya.

Seorang wanita cantik turun dari balik kemudi, menatap Prilly dengan pandangan mengejek. "Tolong jaga mobil saya ya? Jangan sampe lecet mobil mahal ini!"

Prilly mengernyit heran namun tetap menganggukkan kepalanya. "Iya Bu." jawabnya sopan. Biar bagaimanapun dia sedang bekerja saat ini.

Prilly mengalihkan pandangannya saat seorang anak kecil mendekati wanita cantik itu. "Ibu Nana yakin kita belanja di sini?"

Prilly tanpa sadar tersenyum ketika mendengar suara anak kecil itu. Suaranya imut dan enak di dengar, wajah nya juga sangat cantik dan menggemaskan.

"Iya Selly sayang. Nanti bilang sama Abi kalau Ibu Nana orangnya merakyat gitu ya."

Prilly mengernyit heran, wanita ini kenapa terlihat seperti pencitraan begitu ya? Apa hanya perasaannya saja?

Anak kecil cantik itu menganggukkan kepalanya dengan polos. "Iya biar Abi mau kalau Selly minta jadiin Ibu Nana sebagai Bunda Selly ya." tanyanya dengan wajah lugu.

Wanita yang dipanggil Ibu Nana itu tersenyum lebar dengan menganggukkan kepalanya berkali-kali.

Prilly menggelengkan kepalanya. Benar-benar luar biasa jika wanita sudah berkeinginan ya? Apapun caranya akan mereka lakukan termasuk memperdaya anak kecil seperti ini.

Luar biasa!

*****

Udah ikut po Pdf Antara Dendam dan Cinta belum? Ayok ikut masih ada kesempatan loh sampai tgl 24 april..

Harga po 50k normal 55k..

Terima kasih..

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang