Bab 16

4.5K 517 24
                                    


Ali turun terlebih dahulu dari mobilnya di susul Prilly yang masih belum terlihat nyaman. Gadis ini masih terlihat gelisah terlebih ketika melihat pengunjung di restoran ini yang rata-rata berasal dari kalangan atas.

Prilly semakin merasa kecil saja. Prilly meremas kedua tangannya bahkan dia tidak sadar kalau Ali sudah berdiri di sampingnya melihat semua kegundahan hatinya.

Tanpa mengatakan apapun Ali meraih tangan Prilly lalu menggenggamnya. "Mas harap mulai sekarang kamu terbiasa dan harus membiasakan diri. Mas nggak mau lagi liat kamu merasa minder seperti ini, Mas nggak suka." Ali tidak membentak hanya saja dari cara bicaranya yang terkesan datar Prilly tahu jika Ali tidak suka dengan sikapnya.

"Maaf Mas." bisik Prilly perlahan. Dia akan berusaha menyesuaikan dirinya dengan dunia Ali.

Ali tersenyum tipis genggaman tangannya pada tangan Prilly mengerat. "Mas tahu kamu bisa mengerti keinginan Mas. Terima kasih Sayang."

Tuh Sayang lagi!

Dan tanpa bisa di cegah pipi Prilly kembali merona. Dengan manja Prilly memukul pelan bahu Ali.

Ali kembali dibuat tertawa oleh sikap manja kekasihnya sampai tiba-tiba seseorang memanggil Ali.

"Pak Ali?"

Baik Ali maupun Prilly mereka berdua sama-sama menoleh kebelakang dan disana mereka melihat dua orang pria berpakaian formal seperti Ali hanya saja Ali sudah melepaskan jasnya.

"Oh Pak Alex." Tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Prilly, Ali membalas sapaan pria yang disebut Pak Alex.

Prilly memilih diam saja sepertinya bapak-bapak ini adalah rekan kerja Ali. Mereka datang berempat karena masing-masing mereka membawa satu orang wanita kemungkinan sekretaris mereka.

Prilly langsung merasa risih kala wanita-wanita cantik itu menatap Ali penuh minat. Bahkan secara terang-terangan mereka memuji Ali meskipun hanya lewat gerakan bibir namun Prilly bisa melihat dengan jelas keterpesonaan mereka pada kekasihnya.

Ali sedang berbicara dengan rekan bisnisnya saat-saat merasakan lengan kirinya tiba-tiba didekap oleh kekasihnya. Ali menoleh menatap Prilly dengan tatapan bingung namun dirinya sama sekali tidak keberatan dengan sikap manis kekasihnya ini.

Bahkan tangan Ali yang membebas ikut menepuk tangan Prilly yang membelit erat lengannya. Dan perlakuan manis Ali ini tentu saja menarik perhatian mereka yang ada di sana.

Mereka bertanya-tanya siapa gerangan gadis mungil yang sedang mendekap lengan sosok pengusaha muda yang kesuksesannya sudah diketahui oleh masyarakat umum.

Ali adalah salah seorang pengusaha muda yang keberadaannya di dunia bisnis sangat diperhitungkan. Jadi tidak heran kenapa mereka bisa bertanya-tanya siapa wanita yang berani memeluk lengan Ali seperti ini.

Dan yang lebih mengherankan lagi adalah sikap santai Ali yang begitu tenang membiarkan wanita mungil itu memeluk lengannya. Ali termasuk jajaran pria dingin yang sangat sulit didekati oleh kaum hawa.

Sejak menduda karena tinggal mati oleh istrinya, sudah banyak perempuan dari berbagai kalangan mencoba peruntungan untuk menggaet Ali namun sayang pria tampan ini begitu kuat membentengi dirinya hingga tidak ada satu wanita pun yang berhasil mendapati dirinya.

Dan sekarang ketika ada sosok wanita yang di biarkan memeluk lengannya oleh Ali tentu saja itu sangat menarik perhatian dan rasa penasaran dari mereka yang melihatnya.

Termasuk dua orang perempuan cantik itu yang terlihat begitu muak dengan sikap manja yang Prilly perlihatkan. Tapi bodo amat! Emang Prilly perduli pacar sendiri ini.

"Kita gabung sama rekan kerja Mas nggak apa-apa kan Sayang?"

Dan kali ini tanpa malu-malu Prilly mengembangkan senyumannya dengan penuh percaya diri dan rasa yang menggebu-gebu Prilly membalas panggilan Sayang dari Ali.

"Nggak apa-apa kok Boo." Prilly sengaja mengangsurkan senyuman manisnya untuk sang kekasih.

Dan kata boo sendiri berasal dari bahasa Prancis yang artinya kekasih.

Jangan tanyakan dari mana Prilly belajar bahasa Prancis.

**

"Kamu kalau cemburu lucu ya gemesin gitu."

"Apaan sih!" Prilly mengalihkan pandangannya keluar jendela, malu sih sebenernya tapi kesal juga iya apalagi mengingat bagaimana wanita-wanita tadi itu masih nekad menggoda Ali padahal jelas-jelas Ali sudah memperkenalkan dirinya.

"Kenalkan ini Prilly calon istri saya."

Catat! Calon istri. Ali memperkenalkan dirinya sebagai calon istri tapi tetap saja wanita-wanita itu tidak menganggap kehadiran dirinya di sana.

"Udah dong jangan cemberut lagi kan udah pulang juga kita." Ali terpaksa mengundurkan dirinya terlebih dahulu hari sana setelah melihat ketidaknyamanan kekasihnya.

Dan sekarang mereka akan kembali ke kantor. Prilly terlihat menghela nafasnya pelan, dia seperti terbangun dari mimpi indah dan dipaksa kembali ke kenyataan yang ada.

Prilly kembali menjadi office girl dan Ali kembali ke kursi kebesarannya.

Prilly menghela nafas pelan berusaha untuk bersikap santai semuanya akan baik-baik saja seperti kata Ali tadi.

"Mas aku boleh minta sesuatu sama kamu?"

Ali yang sedang menyetir langsung menoleh dan menatap kekasihnya dengan pandangan berbinar dan seketika Prilly teringat pada Selly binaran mata Ali saat ini persis seperti Selly. "Boleh minta aja Mas justru sangat bahagia jika kamu mau mengandalkan Mas." jawab Ali bahagia.

"Aku mau orang kantor tidak tahu hubungan kita."

Tiba-tiba saja Ali menekan remnya secara mendadak dan mobilnya nyaris di tabrak dari belakang. "Maksud kamu backstreet begitu?"

Prilly menganggukkan kepalanya. "Iya Mas."

"Kenapa? Kamu malu ketahuan pacaran sama aku iya?"

Prilly nyaris memutar bola matanya, apa pertanyaan Ali nggak kebalik tuh? Seharusnya Ali yang malu karena berpacaran dengan gadis miskin seperti dirinya kalau dari posisinya jelas saja dibangga bukan malu.

Gimana sih Direktur satu ini.

"Mas kamu tahu jelas bukan itu alasannya."

"Lalu kenapa Sayang?" Prilly sangat menyukai nada suara Ali ketika memanggil dirinya Sayang. Lembut dan begitu enak ditelinga.

"Mas kita baru kenal kemarin apa kata mereka coba?"

"Perduli setan sama mereka yang kamu maksud." ketus Ali sebelum menjalankan mobilnya kembali.

"Mas aku cuma nggak mau kamu malu." Prilly kembali memberikan alasannya pada sang kekasih.

"Aku nggak pernah malu! Kalau malu ngapain ngelamar kamu."

Terdengar helaan nafas berat Prilly. Sepertinya kekasihnya benar-benar merajuk saat ini. Dan ketika mobil Ali berhenti di lampu merah dengan membulatkan tekadnya Prilly mencondongkan tubuhnya kearah Ali lalu mendekatkan wajahnya pada sudut bibir Ali dan..

Cup!

"Jangan marah ya Boo.."

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang