Bab 12

4.4K 526 20
                                    


Ali mengernyit bingung saat melihat perubahan ekspresi dari gadis di hadapannya ini. Wajah cantik itu tiba-tiba berubah sendu. Ada apa?

"Kenapa?" Suara lembut Ali menyentakkan Prilly dari lamunannya.

"Eng--enggak apa-apa Mas." Prilly kembali memaksakan senyumannya.

"Terus kenapa bekal itu nggak kamu kasih ke Mas?" Prilly mengernyit bingung apalagi ketika Ali menadahkan tangannya.

Prilly melirik tangan Ali lalu bekal ditangannya. Maksudnya Ali meminta bekal sarapan darinya begitu?

"Mas mau makan ini?" Tanyanya memastikan. Dengan polosnya Ali menganggukkan kepalanya. "Untuk Mas itu kan?"

Prilly mengangguk pelan. Tangannya terulur menyerahkan bekal sarapan yang di siapkan khusus untuk Ali.

"Asik! Kamu tahu aja Mas nggak sarapan pagi hari ini." kata Ali sambil membaui kotak bekal yang diserahkan oleh Prilly.

"Harum banget! Kayaknya enak nih!" Ali mengerling menggoda Prilly hingga membuat gadis itu kembali tersipu.

Tawa Ali terdengar hingga menarik beberapa karyawan yang baru datang. Mereka jelas terkejut ketika melihat sang Direktur sedang tertawa bersama seorang wanita di area parkiran.

Siapa wanita itu? Bathin mereka bertanya-tanya.

Jika di lihat dari penampilan jelas sekali wanita itu bukan berasal dari kalangan atas terlalu sederhana bahkan dibandingkan Lyra wanita yang gencar mendekati bos mereka wanita ini jelas tidak ada apa-apanya.

Siapa sih dia?

"Ya sudah ayok masuk! Kamu sudah nggak sabar mau bekerja kan?" Prilly menganggukkan kepalanya. "Iya Mas." Dia memang ingin cepat-cepat bekerja terus mendapatkan uang dan bulan ini dia bisa langsung menyicil utangnya pada Ali.

Ali tersenyum tanpa sadar tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut Prilly hingga terlihat sedikit berantakan. Prilly seketika terpaku itu tadi benar-benar tangan Ali yang menyentuh kepalanya?

Tidak hanya Prilly yang dibuat terkejut oleh sikap Ali tapi karyawan Ali yang melihat tindakan manis bos mereka itu sontak menjerit pelan.

"Gile Pak Ali romantis banget sih! Pengen dikawinin sama Pak Ali deh!"

Ali terkekeh geli saat mendengar perkataan absurd anak buahnya. Sebenarnya dia juga sedikit kaget ketika melakukan hal itu pada Prilly tapi dia tidak menyesal apalagi ketika melihat semburat merah yang mulai menghiasi wajah Prilly.

Rasanya dia ingin kembali menyentuh kepala gadis ini. Tapi tenang saja Ali janji ini bukan yang terakhir, ini adalah sentuhan pertamanya pada Prilly dan akan dia pastikan akan ada banyak sentuhan lainnya yang akan didapatkan Prilly darinya.

Lihat saja nanti.

**

Prilly sudah mengenakan seragam kerjanya setelah mendapatkan beberapa informasi dari Ibu Mery selaku office girl senior di sini.

Ali hanya menyampaikan beberapa pesan saja, intinya jika dia tidak betah maka dia boleh memberi tahu Ali dan pria itu berjanji akan mencarikan posisi nyaman untuknya bekerja disini.

Dan Prilly tentu saja menolak usulan itu. Dia tidak ingin Ali dicap sebagai pemimpin yang tidak profesional hanya karena menempatkan Prilly yang bukan siapa-siapa di kantor ini.

Dia hanya orang biasa, ijazah SMU miliknya saja entah sudah kemana. Prilly tidak kuliah dikarenakan adanya kendala pada biaya. Prilly tidak mampu, bisa menyelesaikan tingkat SMU saja dia sudah sangat bersyukur.

Apapun ceritanya yang pasti Prilly sangat-sangat berterima kasih pada Ali. Karena kebaikan hati pria itu dia lepas dari Basri meskipun jujur saja dia masih merindukan kehidupan pasarnya. Di sana dia bebas bekerja dan malam harinya dia juga bisa bekerja. Nah sekarang, Ali sengaja memberinya kerja di sini supaya dia tidak kembali lagi kearea rumahnya yang dulu termasuk melarang Prilly berjualan di sana.

Prilly tahu maksud Ali baik dan dia dengan senang hati menuruti kemauan pria itu.

Ada yang sadar nggak sih jika hubungan mereka sudah berkembang sangat jauh? Mereka bukan lagi orang asing sekarang tapi sudah terlihat layaknya pasangan? Iya nggak sih?

"Nah Prilly tugas kamu membereskan ruangan Pak Ali dan setiap pagi kamu harus menyediakan sarapan untuk khusus untuk beliau dan harus kamu bawa dari rumah kamu." Sebenarnya tidak hanya Prilly tapi beberapa orang pekerja di sana juga merasa heran.

Baru kali ini Bos mereka berpesan seperti itu. Biasanya Ali paling jarang menitip makanan pada pekerjanya bahkan ketika dalam keadaan mepet sekalipun, Ali lebih memilih membeli makanannya sendiri.

Nah sekarang kenapa beliau tiba-tiba mengajukan permintaan yang menurut mereka sangat aneh.

Prilly juga merasa janggal namun lebih dari semua itu dia merasa bangga dan juga bahagia. Itu tandanya Ali menyukai bekal darinya bukan?

"Untuk yang lain-lainnya kamu bisa belajar atau bertanya pada rekan-rekan kamu yang lain."

Prilly menganggukkan kepalanya. "Siap Bu. Terima kasih banyak." Prilly membungkukkan badannya sebelum Ibu Merry keluar dari pantry.

Prilly menatap tiga orang wanita yang memakai baju sama sepertinya. "Salam kenal nama aku Prilly. Mohon bantuannya semua."

Dua orang diantaranya tersenyum lembut menatap Prilly. "Salam kenal juga namaku Ira dan ini Inge senang bisa berkenalan dengan kamu Prilly. Semoga kita bisa saling membantu ya." Ucap Ira dengan ramah.

Seketika hati Prilly merasa lega rupanya kawan-kawannya di sini baik-baik dan ramah sekali.

"Cih! Jadi babu aja bangga!"

Prilly menoleh menatap sosok wanita yang dandanannya menurut Prilly sangat tidak cocok. Mereka Office girl di sini kenapa gaya wanita ini layaknya seorang sekretaris. Bahkan seragamnya juga jauh lebih pendek dan ketat dari yang dirinya dan Ira serta Inge pakai.

"Cih! Dasar orang-orang susah!" Umpat wanita tadi sebelum beranjak keluar dari pantry.

"Belagu sekali emang si Anya tuh! Kita orang susah? Lalu dia orang apa?"

"Orang hutan kali." sahut Ira yang membuat Inge dan Prilly tertawa terbahak-bahak.

"Jangan ambil hati ya Pril. Si Anya memang begitu orangnya, kebanyakan ngehalu dijadiin istri oleh Pak Ali eh nggak kesampaian gila deh!" Inge kembali menyelutuk membuat Ira tertawa terbahak-bahak sedangkan Prilly tersenyum saja.

Ali benar-benar diinginkan oleh begitu banyak wanita. Dan kenapa tiba-tiba dia merasa seperti tidak rela dengan kenyataan itu? Jantungnya berdetak kuat dan rasanya begitu berbeda ketika jantungnya yang berdetak kencang ketika berada di dekat Ali.

Dia kenapa sih?

Apa yang salah di sini?

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang