Bab 17

4.6K 532 29
                                    


"Mas ini udah mau habis jam makan siang loh Mas! Ayo ke kantor."

"Nggak sebelum kamu ulang yang tadi." Ali masih merajuk rupanya.

"Yang tadi apa sih Mas?" Antara malu, greget, kesal dan juga gemas Prilly mati-matian menahan diri untuk tidak mencubit kekasihnya ini.

Ali kebangetan soalnya, pria ini merajuk karena Prilly hanya mengecup sudut bibirnya, inikan ciuman pertama mereka jadi harus romantis dong kata Ali.

Prilly jelas menolak dia malu karena aksi nekatnya namun sikap sebaliknya justru ditunjukkan oleh Ali, pria itu begitu antusiasnya ingin mengulang adegan tadi yang masih belum disetujui oleh Prilly, jadilah pria itu merajuk dan membawa Prilly mengitari kota.

Benar sekali, Ali tidak membawanya kembali ke kantor melainkan memutari jalanan nyaris 1 jam.

Benar-benar luar biasa sekali Ali ini.

"Mas ayok dong! Aku harus kerja." Prilly kembali merayu kekasihnya.

"Bosnya di sini mau kerja buat siapa kamu."

Tuh kan ada saja jawaban dari kekasihnya ini.

Yang anehnya adalah Prilly yang tidak bisa marah karena hatinya justru sedang tertawa melihat wajah merajuknya Direktur Tampan ini.

"Ayok dong Boo!"

Ali tetap menggelengkan kepalanya.

"Oke satu bulan hubungan kita aku bakalan kasih yang kamu mau!" Akhirnya Prilly berkata.

Ali menoleh menatap kekasihnya dengan alis terangkat. "Satu bulan? Mending aku nikahin kamu minggu depan." Kata Ali santai.

Prilly nyaris menjambak rambutnya sendiri. Pria ini benar-benar!

"Jadi mau kamu apa Sayangku?" Prilly merapatkan giginya ketika memanggil Ali dengan sebutan Sayangku.

"Minggu depan kita menikah gimana?"

"APA??!"

***

Prilly baru saja menyelesaikan tugasnya mengepel lantai di loby. Padahal menurut perintah Ali dia hanya membersihkan ruangan Ali saja.

Tapi tadi tiba-tiba Anya menyuruhnya untuk membersihkan lantai loby. Prilly sama sekali tidak masalah toh ini memang pekerjaannya.

Prilly melirik jam besar yang tertempel di dinding loby kantor Ali. Hampir pukul 5 itu tandanya dia sudah boleh pulang jam kerjanya sudah habis.

Prilly mengambil peralatan kerjanya lalu bergerak kembali ke pantry. Dia sudah memiliki janji dengan Ali yang ingin pulang bersamanya. Ada saja kelakuan pacarnya itu.

Prilly tersenyum sendiri ketika mengingat bagaimana kekasihnya mendesak mereka untuk segera menikah yang jelas-jelas ditolak oleh Prilly. Menikah bagaimana mereka baru sehari berpacaran bahkan keluarga Ali saja dia yakin tidak mengetahui hubungan mereka lalu bagaimana ceritanya mereka menikah?

Lucu sekali.

Prilly baru saja menyimpan alat-alat kerjanya di ruangan khusus dekat pantry saat pintu pantry dibuka secara kasar.

"Siapa yang nyuruh lo pulang hah?"

Prilly yang sedang membereskan tasnya berdiri kaku menatap Anya yang kini menatap tajam kearahnya. "Memang sudah jam pulang kerja kan? Jadi tanpa disuruh pun saya akan tetap pulang."

Anya mengepalkan tangannya. "Berani ya lo ngejawab gue! Mau adu mulut lo sama gue hah?"

"Idih ogah!" sahut Prilly dengan tampang jijiknya. Sorry ya, tadi boleh Anya menyuruh-nyuruh dirinya ke sana kemari karena memang itu jam kerjanya dan dia menghargai Anya sebagai senior di sini.

Tapi sekarang? Maaf-maaf aja jam kantor sudah usai jadi dia nggak punya kewajiban lagi untuk mematuhi Anya.

"Sialan!" Anya bergerak maju ingin menerjang Prilly namun dengan cepat Prilly menghindarinya. "Lo akan nyesal udah buat gue marah." Anya semakin naik pitam ketika Prilly dengan gesit menghindari serangannya.

Hingga akhirnya mereka berkejar-kejaran mengelilingi meja pantry. Prilly sebisa mungkin berusaha menghindari amukan Anya bukan apa-apa dia sedang tidak mau mencari masalah apalagi di hari pertama dirinya bekerja.

"Mbak tolong berhenti! Kita bisa membicarakan semuanya baik-baik." Prilly berusaha menyadarkan Anya yang sudah seperti kesetanan mengejar dirinya.

Ck! Merepotkan saja wanita ini.

"Nggak akan! Gue benar-benar muak liat wajah sok polos lo."

Apaan sih!

Prilly bisa melihat Anya sudah mulai kelelahan dan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Prilly untuk mengambil tasnya lalu bergerak keluar dari pantry.

Prilly mempercepat langkahnya mengabaikan teriakan Anya yang memaki dirinya. Entah apa yang salah padanya sampai Anya begitu membenci dirinya.

**

"Kamu lama banget sih Sayang?"

Prilly langsung ditodong pertanyaan itu oleh kekasihnya begitu dirinya memasuki mobil Ali.

"Maaf Mas tadi ada kerjaan yang belum beres." kilah Prilly memberi alasan. Dia tidak mungkin memberi tahu Ali jika dia hampir saja celaka oleh Anya, karyawan Ali yang lain.

Ali mengerucutkan bibirnya. "Aku hampir 1 jam loh nunggu kamu." pria itu kembali mengeluh.

Prilly yang baru saja meletakkan tasnya ke jok belakang mobil Ali menatap kekasihnya dengan pandangan penuh rasa bersalah.

"Maaf ya, besok-besok kamu jangan nunggu aku deh Mas. Kasihan kamu." Prilly benar-benar mengerti posisinya dan Ali, mereka berpacaran secara sembunyi-sembunyi jadi pertemuan pun harus sembunyi-sembunyi dan Prilly tahu Ali sedang mengusahakan pertemuan mereka.

Dia benar-benar tersanjung dengan sikap Ali yang seperti ini. Semoga saja sikap manis ini bertahan selamanya.

"Nggak bisa." Ali masih bersuara dengan nada ketus namun terdengar menggelikan di telinga Prilly. Kekasihnya sedang merajuk rupanya.

"Nggak bisa kenapa eum?" Prilly bertanya sambil mengusap pelan kepala kekasihnya.

Ali terlihat begitu menyukai apa yang dilakukan kekasihnya terbukti dengan pejaman mata pria itu.

"Aku suka kangen kalau nggak liat kamu terus kepikiran bawaannya mau ketemu kamu mulu makanya aku tungguin kamu di sini." Suara Ali terdengar begitu lembut tanpa membuka matanya pria itu mengangkat tangannya meraih tangan Prilly yang masih membelai sisi kepalanya.

Ali membuka matanya memiringkan kepalanya menatap kekasihnya yang begitu cantik. Prilly sontak tersipu malu ketika Ali mengecup lembut tangannya tanpa mengalihkan pandangannya.

Ali tersenyum lebar ketika melihat rona merah menjalar di wajah kekasihnya.

"Mau langsung pulang atau kemana dulu?"

Prilly mengedikkan bahunya. "Terserah Mas aja."jawabnya kalem.

"Kencan yok!" Ajak Ali penuh semangat. Prilly sontak tertawa saat melihat mata Ali yang berbinar.

Dia benar-benar tidak menyangka Ali memiliki sisi menggemaskan seperti ini dan dia sangat bersyukur karena dirinya diberi kesempatan untuk melihat sisi-sisi lain pria tampan ini.

Ah, kenapa rasanya dia ingin segera di halalkan oleh pria ini. Wajar nggak sih?

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang