Bab 37

3.9K 510 22
                                    


"Ini rumahnya Mas?" Tanya Kevin saat melihat sebuah rumah dengan halaman cukup luas.

Ali mengangguk pelan. "Turun terus buka pintu pagarnya!" Perintah Ali yang seketika membuat Kevin manyun. Memangnya dia satpam apa?

Namun dia hanya berani mendumel di dalam hati sebelum membukakan pintu mobilnya dan segera turun dari sana untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Ali.

Kevin membuka lebar pintu pagar supaya mobil Ali bisa masuk dan langsung terparkir di garasi rumah calon istrinya. Kevin sudah tahu semuanya tentang calon istri Masnya dia sama sekali tidak keberatan baginya kebahagiaan Ali dan Selly ratu kecilnya itu lebih dari segalanya.

Lagipula menurut Kevin harta dan tahta tidak bisa dijadikan tolak ukur untuk sebuah kebahagiaan. Karena menurutnya kebahagiaan itu datang dari hati bukan dari rupiah.

"Selly mana Mas?" Kevin benar-benar sudah merindukan ratu cilik itu.

Ali baru saja mengunci pintu mobilnya. "Ada di dalam dia senang banget tinggal di sini rame." Ujar Ali sambil mengajak Kevin menuju pintu rumah Prilly.

Ali mengetuk pintu rumah beberapa kali sampai akhirnya pintu terbuka dan memperlihatkan seorang gadis kecil. "Abi!" Tasya sudah terbiasa memanggil Ali dengan sebutan Abi juga seperti Selly.

"Halo Tasya cantik." Ali segera membawa gadis kecil itu ke dalam gendongannya. Dengan manja Tasya membelitkan tangan mungilnya di leher Ali.

"Abi sama siapa?" Tasya bertanya karena melihat sosok asing di samping Ali.

"Ini-- Daddy!!" Sontak ucapan Ali terhenti ketika lengkingan suara Selly terdengar di susul langkah kaki mungilnya yang berlari lalu menyongsong Kevin.

Dengan cepat Kevin membawa ratu kecilnya ke dalam gendongannya. Dia sangat merindukan Selly-nya. Sudah sangat lama dia tidak melihat Selly, mereka hanya berkomunikasi lewat video atau telepon jika mereka saling merindukan.

"Selly kangen Daddy!" Katanya begitu manja. Kevin tersenyum rengkuhannya semakin mengerat memeluk tubuh mungil Selly. "Daddy juga sangat merindukan Selly, ratu kecil Daddy."

Kevin menghujani wajah Selly dengan kecupannya hingga membuat gadis itu berteriak karena kegelian. Ali dan Tasya ikut tertawa melihat keceriaan Kevin dan Selly.

Prilly yang sedang menata meja makan bersama Bram sontak berlari keluar ketika mendengar suara jeritan Selly. Mereka takut jika yang datang bukan Ali.

Bram terlebih dahulu mencapai pintu dan seketika mengerut kening saat melihat Selly berada di dalam gendongan sosok asing, jika tidak melihat keberadaan Ali yang sedang menggendong Tasya mungkin sudah dia rebut Selly dari gendongan pria asing itu.

Prilly tak lama kemudian menyusul Bram dan reaksinya hampir sama dengan Bram dia juga sedikit terkejut dengan kehadiran sosok asing yang sedang menciumi wajah Selly.

"Mas." panggilnya tidak hanya Ali namun Kevin juga menoleh. Dan seketika senyuman pria itu mengembang saat melihat wanita mungil yang langsung dia yakini sosok inilah yang akan menjadi Kakak iparnya nanti.

Prilly dengan kaku membalas senyuman Kevin. "Halo Kakak ipar." Sapa Kevin yang membuat Prilly shocok.

Kakak ipar? Ini adik Ali?

"Kenalkan Sayang ini Kevin satu-satunya Adik yang Mas miliki. Dan Kevin ini Prilly calon istri Mas." Ali memperkenalkan mereka dengan begitu santai.

Adik Ali? Jadi Ali punya saudara?

**

Prilly segera menjamu Kevin dan Ali serta adik-adiknya yang juga ikut makan malam bersama. Prilly menyimpan sendiri berbagai pertanyaan tentang Kevin, dia tidak mempermasalahkan tentang Ali yang tidak pernah menceritakan tentang Adiknya hanya saja dia masih sedikit was-was jika tiba-tiba Kevin menghina dirinya.

Namun Prilly bisa bernafas lega ketika pria yang diakui Ali sebagai Adiknya memiliki sifat yang bahkan berbeda jauh dengan Ali. Kevin sangat ramah bahkan pria itu sudah mulai dekat dengan adik-adiknya bahkan Tasya terlihat mulai memuja pria itu daripada Ali.

Tentu saja hal itu membuat Ali mendengus tak suka. Ali dan kecemburuannya.

Jika Selly jangan ditanyakan lagi jika ada Bram maka semuanya harus Bram yang mengurus bahkan makan saja harus disuapi oleh Bram. Dan Ali benar-benar kesal ketika para gadis kecilnya memilih mengabaikan keberadaan dirinya.

"Sya makan sama Abi yok!" Ajaknya yang dibalas gelengan kepala oleh Tasya. "Maunya dipangku terus di suapin Daddy aja Abi." jawabnya begitu polos.

Ali sontak mendengus pelan meskipun tak kentara namun Prilly tahu kekasihnya sedang kesal karena diabaikan.

"Udah Mas makan saja biarin anak-anak sama Kevin dan Bram." Ucapnya sambil menggenggam tangan Ali.

Kevin dan yang lain sibuk bercerita sesekali Prilly ikut menimpali cerita-cerita mereka hingga akhirnya Ali menyelesaikan makan malamnya lalu mengajak Prilly ke taman belakang ada hal yang ingin dia bicarakan.

Prilly langsung mengangguk mengerti sebenarnya sudah sejak tadi siang dia penasaran dengan hal yang ingin dibicarakan oleh Ali. Setelah berpamitan pada adik-adiknya juga Kevin akhirnya Prilly menyusul Ali yang sudah duduk nyaman di ayunan belakang rumahnya.

"Kenapa Mas?" Prilly mengambil tempat tepat di sisi Ali.

Ali menoleh menatap kekasihnya senyum teduh dia persembahkan untuk pujaan hatinya. "Kalau Mas miskin apa yang akan kamu lakukan Sayang?"

Prilly mengernyit bingung, "Maksud Mas gimana?" Tanyanya tak mengerti.

Ali tidak mengendurkan senyumannya tangannya terangkat untuk mengusap pipi kekasihnya. "Mas berencana menyerahkan semuanya pada Kevin dan Mas ingin memulainya dari awal."

Prilly mulai mengerti arah pembicaraan Ali. "Apa semua ini karena kehadiranku Mas?"

Ali menggeleng pelan. "Tidak sepenuhnya Sayang. Mas memang sudah merencanakan semua ini beberapa tahun terakhir jauh sebelum kita bertemu. Mas ingin Kevin mengelola perusahaan Papa sedangkan Mas akan memfokuskan diri pada perusahaan yang Mas bangun benar-benar dari usaha Mas sendiri. Tidak besar memang tapi Mas rasa hasil perusahaan itu cukup untuk membiayai hidup kita dan anak-anak kita nanti." Jelas Ali panjang lebar.

Prilly berdeham pelan berusaha menahan rasa panas yang menjalar di pipinya. Anak kita? Ah, manis sekali jadi pengen punya.

"Terus Mas mau gimana?"

Terdengar helaan nafas Ali. "Mas juga punya rencana lain sebelum menjalankan rencana itu."

"Rencana apa?" Prilly bertanya dengan ekspresi wajah yang begitu penasaran.

Tangan Ali yang bebas satu lagi kembali terangkat menyentuh pipi Prilly kini kedua tangan Ali menangkup wajah Prilly.

"Mas ingin menikahi kamu terlebih dahulu. Bagaimana apa kamu bersedia menikah dengan Mas?"

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang