Bab 3

4.5K 533 17
                                    


"Ibu beli ini aja?"

"Kenapa capek-capek muter kalau cuma beli ini aja?" Selly tak henti-hentinya bertanya saat melihat Ibu Nana-nya berkeliling pasar namun hanya membeli sayur kol.

"Biar kelihatan dekat sama pasarnya Sel." Kirana mulai gerah dengan suasana pasar ditambah matahari begitu terik hari ini.

"Terus kalau dekat sama pasar Ibu mau ngapain?" Selly memegang erat ujung baju Ibu Kirana-nya.

"Diam deh Sel! Jangan banyak tanya Ibu capek." Akhirnya Kirana menghardik Selly.

Selly langsung melepaskan pegangannya pada ujung baju milik Ibu Kirana. "Ibu jangan bentak-bentak Selly ya. Selly nggak suka! Abi aja nggak pernah bentak Selly!" Selly berkata keras sebelum berbalik dan menerobos pengunjung pasar yang sangat ramai.

Kirana langsung melotot ketika melihat Selly berbalik meninggalkan dirinya. "Aduh anak kecil itu! Repotin aja tau nggak! Ck! Untung Abinya ganteng terus kaya kalau nggak mana mau gue urusin anak kecil itu." Kirana terlihat mengomel sendirian sambil menerobos orang-orang di sana berniat menyusul Selly, bisa gawat kalau sampai Selly hilang di pasar.

Itu anak orang kaya kalau ada yang menculiknya bagaimana?

Selly sudah berhasil keluar dari kerumunan orang-orang di dalam pasar, wajahnya terlihat merengut kesal dengan langkah dia hentak-hentakkan anak kecil itu berjalan menuju jalan raya. Dia akan mencari angkutan umum yang akan membawanya pulang.

Prilly yang saat itu baru saja menghantar mobil diarea parkiran keluar kearah jalanan sedikit mengernyit saat melihat anak kecil bernama Selly tadi berjalan kearahnya tepatnya ke arah jalanan di belakangnya.

"Hei mau kemana?" Prilly tidak bisa menahan lidahnya untuk tidak bertanya pada anak kecil ini.

Selly mendongak menatap kearah Prilly dengan tatapan menyelidik memindai Prilly dari atas sampai bawah seolah ingin memastikan jika Prilly adalah orang baik untuk penculik seperti yang selama ini ditakuti olehnya.

"Kakak orang baik ya?" Tanyanya dengan ekspresi wajah polosnya.

Prilly seketika terkekeh, anak ini terlalu jujur dan berani untuk ukuran anak kecil seumuran Selly ini.

"Tentu dong. Kalau orang jahat udah pasti Kakak dipenjara bukan di sini ya kan?" Prilly berjongkok di depan Selly.

Selly mengernyit seolah sedang berfikir keras sebelum menganggukkan kepalanya. "Iya juga sih. Terus kalau Kakak orang baik mau nggak bantuin aku?" Mata Selly berbinar penuh harap membuat Prilly gemas ingin mencubit pipi gembil gadis kecil ini.

"Boleh. Terus Kakak harus ngapain untuk nolongin kamu."

"Nggak usah ngapa-ngapain cukup anterin aku ke kantor Abi. Nggak jauh cuma harus naik angkot 2 kali kalau dari sini Kak." Cerocos Selly dalam satu tarikan nafas.

Prilly tertawa jika harua naik angkot 2 kali berarti lumayan jauh tapi karena anak ini menggemaskan sekali ya sudah tidak apa-apa.

Hitung-hitung Prilly beramal hari ini dengan menolong anak kecil ini.

"Ya sudah. Ayok! Kakak juga harus pulang."

Selly tersenyum lebar tanpa di suruh dia segera menggenggam tangan Prilly lalu menyeretnya meninggalkan area pasar.

Dan sepanjang perjalanan menuju kantor Abinya Selly, di dalam angkot Selly sibuk berceloteh tentang segala sesuatu termasuk membanggakan Abinya yang katanya sangat tampan.

"Lincah banget ya Neng anaknya."

Prilly tersenyum singkat pada Ibu-ibu yang duduk di depannya. Rupanya penghuni angkutan ini mengira jika Selly adalah putrinya.

Selly hanya menatap sekilas Ibu itu lalu kembali sibuk bercerita dengan Prilly. Bahkan tanpa segan Selly menggerakkan wajah Prilly supaya menatap dirinya yang sedang bercerita.

"Kakak harus liat Abi aku terus kalau Kakak suka sama Abi nanti, Kakak bakalan aku pertimbangkan deh untuk jadi Bunda aku."

**

Setengah jam kemudian Prilly dan Selly tiba di depan gedung bertingkat yang Prilly yakini adalah kantor Abi-nya Selly.

"Ayok Kakak! Nanti aku kenalin sama Abi." Selly menarik tangan Prilly menyeret tepatnya memasuki halaman gedung.

"Eh Non Selly."

"Siang Pak Umar."

Prilly tersenyum kecil ketika melihat ekspresi ramah di wajah Selly. Anak ini benar-benar menggemaskan.

Selly terus menyeret Prilly memasuki area loby kantor Abinya. Menyapa beberapa orang karyawan yang dia kenali. Prilly sedikit takjub dengan interior kantor ini begitu elegan dan mewah. Bahkan Prilly yakin harga keramik yang dia pijak saja pasti jauh lebih mahal dari pada rumah sewaannya.

Selly masih setia menggenggam tangan Prilly menuju ke arah lift. Lift yang dipakai oleh Selly adalah lift khusus untuk Abi-nya tapi karena Selly putri Abi-nya jadi dia bebas menggunakan lift itu setidaknya itulah yang Prilly dengar dari anak kecil ini.

Tring!

Pintu lift terbuka dan lagi-lagi Selly kembali menarik Prilly. "Nah di lantai ini cuma ada ruangan Abi doang Kak. Jadi kalau Kakak kesini nggak susah-susah deh cari Abi." Selly terus berbicara layaknya pemandu wisata. Apa tadi gadis kecil ini bilang, dia kesini lagi? Untuk apa? Kenal saja tidak sama Abi-nya Selly.

Lalu untuk apa dia ke sini, lagian dia sadar diri orang miskin dan rendahan sepertinya tidak cocok berada di tempat kaum berstelan necis. Terlalu jomplang.

"Mbak Ndut."

Prilly meringis pelan ketika Selly berteriak didepan meja seorang perempuan yang memang bertubuh gempal dan dipanggil Ndut oleh Selly.

Selly ini, ck! Kenapa jujur sekali sih?

Prilly tersenyum tidak enak pada wanita itu namun wanita itu terlihat biasa saja dipanggil Ndut oleh Selly.

Sebenarnya tidak gendut sih eum tubuhnya lebih ke berisi semok begitu secara keseluruhan wanita ini masih tergolong cantik apalagi aset pribadinya yang begitu wah Prilly yakin banyak pria yang menyukai wanita ini.

"Nonon Selly."

Lagi Prilly kembali meringis, dua makhluk di hadapannya ini sepertinya punya panggilan sayang terhadap diri mereka masing-masing.

"Abi ada?" Tanya Selly tanpa melepaskan tangan Prilly yang sedari tadi menggenggam tangannya.

Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Ada. Tapi lagi nggak bisa diganggu ada tamu."

"Siapa?"

Prilly menggelengkan kepalanya melihat wajah kepo Selly. Sepertinya gadis ini akan menjadi super kepo ketika dewasa nanti lihat saja sekarang masih kecil saja sudah serba ingin tahu.

Wanita semok itu tidak langsung menjawab matanya melirik kearah Prilly. Seolah tahu apa maksud lirikan itu Selly langsung bersuara. "Ini Kak Prilly Mbak Ndut. Cantikkan? Cocok nggak jadi Bundanya Selly?" Tanya Selly sambil menatap Prilly dengan mata berbinar.

Ya Tuhan, anak siapa sih Selly ini? Kenapa selalu berbicara asal?

*****




Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang