Bab 32

4K 530 9
                                    


"Loh Ali?"

Ali mendongak ketika seseorang memanggil namanya. "Lyra."

Prilly langsung mengalihkan pandangannya ketika Ali menoleh menatap dirinya. Ck! Kenapa jadi nggak nyaman seperti ini sih. Bathin Prilly.

Ali mengalihkan pandangannya menatap Lyra yang sudah mengambil tempat didepan mereka. Ali meringis pelan saat menyadari perubahan ekspresi wajah kekasihnya. Prilly jelas tidak senang dengan kedatangan Lyra yang begitu tiba-tiba seperti ini terlebih ketika Lyra bersikap begitu sombong dengan tidak menyapa Prilly sama sekali.

Prilly lebih memilih menatap keluar memandang mobil-mobil yang lewat melalui celah tenda. Lampu-lampu mobil itu jauh lebih menarik dari wanita di hadapannya tidak Lyra mengambil tempat tepat di depan Ali.

Dasar pentil kuda!

Prilly kembali mengalihkan pandangannya kali ini menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Ali. Pria itu sedang berbicara dengan Lyra namun tangannya menggenggam erat tangan Prilly yang berada di bawah meja.

"Oh ya Li. Aku mau nikah."

Syukurlah! Berkurang satu bibit pelakor!

"Oh ya?" Ali menanggapi seadanya. Dia mulai tak nyaman ketika Prilly menggerakkan tangannya supaya genggaman tangan mereka terlepas.

Lyra melirik sekilas ke arah Prilly yang terlihat sangat badmood karena kehadirannya. Biarkan saja! Gara-gara perempuan itu jalannya mendekati Ali jadi tertutup.

Jika bukan karena Ali mungkin sudah dia siramkan air kobokan ini ke wajah sok polos itu. Lyra menyeringai kecil saat matanya bertemu dengan mata tajam Prilly.

"Dasar gembel." Lyra sengaja mengatakannya dengan gerakan bibir tanpa suara supaya tidak didengar oleh Ali.

Mata Prilly sontak membulat, sebelah tangannya yang tidak digenggam oleh Ali mengepal kuat. Dia tidak bodoh! Dia sangat tahu jika wanita ini ingin memperburuk imagenya di depan Ali. Jika Prilly terpancing maka akan terjadi keributan dan Lyra pasti menunggu kesempatan itu untuk menjatuhkan harga dirinya di depan Ali.

Prilly langsung menyeringai dingin. Kebusukan wanita ini terlalu mudah untuk dia baca. Dengan gaya manja Prilly berbalik lalu memeluk lengan kekasihnya.

"Mas aku lapar banget." manjanya membuat Ali mengernyit bingung, bukannya tadi Prilly tidak mau makan malam hanya menemani dirinya saja? Sekarang kenapa tiba-tiba mengeluh lapar?

Mengabaikan kebingungannya Ali melepaskan pelukan Prilly pada lengannya, Prilly sudah siap mengamuk kala itu apalagi saat melihat senyum mengejek dari Lyra.

Namun semua amukannya mendadak lenyap saat lengan kekar Ali dengan lembut melingkari tubuhnya. Ali memeluk kekasihnya merapatkan tubuh Prilly ke dalam pelukannya.

"Sabar ya Sayang, lagi di goreng itu makan malam kita." Kata Ali tanpa malu pria itu mendaratkan kecupannya di pelipis Prilly.

Dan kali ini senyum mengejek terbit di wajah Prilly menatap Lyra yang sudah mengepalkan tangannya. Prilly nyaris tertawa keras saat melihat wajah Lyra yang tadi begitu cantik penuh percaya diri kini berubah muram dengan rahang kecilnya yang terlihat mengencang sepertinya wanita itu benar-benar kesal padanya.

Siapa yang perduli? Tidak ada.

Justru dengan santainya Prilly membalas pelukan Ali, dengan manja kedua tangannya membelit lengan Ali. Mereka begitu dekat tak berjarak hingga membuat Lyra gerah.

"Eum Li, aku duluan ya takutnya calon suami aku nungguin."

Cih! Sekarang saja pakai bawa-bawa calon suami, kalau sudah punya calon suami sendiri kenapa pula menganggu calon suaminya. Eh?

Ali menoleh menatap Lyra lalu mengangguk pelan. "Oke. Salam untuk calon suami kamu Ra." Ucap Ali sebagai basa-basi saja. Jujur saja, dia juga sebenarnya tidak nyaman dengan keberadaan Lyra di dekat mereka apalagi ketika melihat wajah masam kekasihnya.

Dengan penuh keanggunan Lyra menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Tentu. Nanti kapan-kapan aku ajak calon suami aku ketemu kamu ya?"

Nggak perlu! Ingin sekali Prilly menjawab seperti itu namun sekuat tenaga dia menahan kekesalannya dia tidak mau Lyra merasa menang karena berhasil mempengaruhi emosinya.

Ali melirik kekasihnya sejenak, kenapa Lyra bisa berlaku tidak sopan seperti ini? Seharusnya Lyra menggunakan kata 'kalian' untuk mengikut sertakan Prilly bukannya cuma 'kamu'.

"Iya." sahut Ali tanpa mengalihkan pandangannya dari Prilly yang terlihat begitu masam.

Prilly melirik kekasihnya lalu memaksakan senyumannya, dia kembali memanasi Lyra dengan mengecup pipi Ali.

"Sayang kamu." Ucapnya sengaja dengan volume suara lumayan keras supaya Lyra mendengarnya.

Ali melebarkan senyumannya, dengan lembut bibirnya mendarat di dahi Prilly, mengecupnya lama. "Mas juga sayang kamu."

Prilly tersenyum puas ketika melihat wajah Lyra yang kembali merah padam.

"Pengantin baru ya Mas? Pantas romantis sekali." Seorang Ibu-ibu di samping meja mereka tiba-tiba berkata.

Dengan penuh semangat Ali menganggukkan kepalanya. "Keliatan banget ya Bu?"

Prilly memukul manja dada Ali. Tawa Ali terdengar diikuti tawa Ibu tadi. "Iya Mas, aura pengantinnya keluar banget. Jadi ingat masa saya dan suami awal menikah dulu."

Baik Ali maupun Prilly sama-sama lupa dengan keberadaan Lyra. Wanita itu semakin panas ketika melihat Ali memeluk erat bahu kekasihnya dan sialannya lagi Prilly dengan manja menyenderkan kepalanya di bahu Ali.

Sialan!

"Atau jangan-jangan Mbak-nya lagi isi ya Mas?"

"Hah? Gimana?" Prilly mengerjapkan matanya beberapa kali.

Tawa Ali kembali terdengar berderai. "Kayaknya iya Bu."

"Apa sih Mas?"

"Nggak apa-apa loh Mbak, saya begitu juga dulu hamil anak pertama bawaannya pengen manja sama suami terus kayak Mbak." cerocos Ibu itu tanpa menghiraukan wajah Prilly yang sudah memerah.

Sedangkan Ali pria itu dengan santai mengamini perkataan Ibu itu. "Amiin. Doakan saja ya Buk."

Merasa diabaikan dengan penuh amarah Lyra berbalik meninggalkan Ali dan Prilly yang sedang larut dalam kemesraan mereka.

Benar-benar sialan!

Sepertinya Ali benar-benar sudah melupakan dirinya, bagaimana mungkin Ali bisa sesantai itu ketika tahu dirinya akan menikah?

Argh! Semua ini gara-gara perempuan gembel itu!

Prilly melirik ke arah Lyra yang sudah menghilang dari tempatnya. Senyumannya seketika terpantri, wanita itu pikir dengan sikap sok dekatnya dengan Ali bisa membuat nyalinya ciut. Tidak akan! Sampai matipun dia akan mempertahankan Ali di sisinya.

Ali hanya miliknya.

*****

Bunda Untuk SellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang