✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟸𝟷

1.4K 89 4
                                    



Hari ini merupakan hari kelima semenjak Haechan tak sadarkan diri waktu itu, dan kemarin Haechan sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah dipastikan keadaan tubuhnya yang benar-benar pulih.

Dan sekarang Haechan masih bersembunyi di balik selimut hangatnya, enggan untuk menyambut cerahnya pagi hari ini.

Namun tak lama kemudian, Da Hae memasuki kamar sang anak bungsu yang saat ini masih tertidur nyenyak seperti tak ada satupun yang mampu mengganggu tidurnya.

Da Hae berjalan menuju jendela kamar sang anak yang masih tertutup oleh gorden.
Lalu ia menyibak gorden yang menghalangi masuknya cahaya ke dalam kamar sang anak, sehingga kini kamar Haechan yang awalnya gelap menjadi terang oleh cahaya matahari yang masuk menembus jendela kamar.
Namun begitu, Haechan masih tak merasa terganggu.

Kemudian Da Hae melangkah menuju ranjang sang anak.
Sejenak ia memandang wajah sang anak bungsu yang terlihat imut di saat tertidur seperti ini.
Senyum kecil terbit dari bibir wanita paruh baya yang masih terlihat cantik nan anggun itu.

Jari-jari lentiknya tergerak untuk mengusap lembut surai hitam legam sang anak.
Lalu dengan pelan Da Hae mencoba membangunkan sang anak. "Adek, ayo bangun. Adek harus segera sarapan."

Rupanya Haechan masih belum terusik. Lalu Da Hae mengusap pelan pipi sang anak, dan mencoba lagi untuk membangunkan sang anak.

"Adek ... udah pagi, sayang. Adek harus sarapan dulu."

"Eeuungh ... bunda ... hooamm"
Haechan kin menggeliat pelan sambil menguap lebar yang dimana hal itu membuat Da Jae terkekeh pelan.

"Ayo kita turun. Ayah dan kak Mark udah nunggu adek untuk sarapan," ucap Da Hae menyahuti si bungsu.

"Emang sekarang jam berapa, bunda?" tanya Haechan pelan.

"Jam setengah tujuh," jawab Da Hae.

Haechan yang mendengar jawaban dari sang bunda langsung membuka matanya lebar.

"Jam setengah tujuh?!" tanya Haechan setengah berteriak.

"Iya, emang kenapa, sayang?" sahut bunda sabar.

"Huaaaaa ... kan adek harus siap-siap buat ke sekolah." Haechan kini sudah menyibak selimutnya dan bersiap untuk menuju kamar mandi.
Namun belum sempat ia beranjak dari ranjangnya, sang bunda kini memegang tangan Haechan pelan.

"Eiiitss ... siapa yang memperbolehkan adek ke sekolah? Adek masih harus istirahat."

Ucapan Da Hae membuat bahu Haechan merosot pelan, padahal ia sangat ingin segera pergi ke sekolah dan bertemu teman-temannya di sana.

"Aaah bunda ... tapi kan kemarin adek udah istirahat di rumah. Masa hari ini masih belum boleh ke sekolah," protes Haechan pada sang bunda.

"Sayang ... adek masih harus istirahat, besok adek baru boleh sekolah." Da Hae mencoba memberi pengertian pada sang anak.

"Huhhh ... iya deh, bunda. Tapi, beneran kan, besok adek udah boleh sekolah?" tanya Haechan yang terlihat menuntut.

My Family is My Strength [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang