✎ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 𝟷𝟿

2.1K 119 7
                                    

Hanya hening yang menguasai tempat bernuansa putih itu, mereka yang ada di dalam ruangan itu pun hanya sibuk dengan pemikiran masing-masing tanpa berniat untuk mengusir hening yang membelenggu.

Seorang lelaki berpakaian khas dokter itu bingung untuk memulai pembicaraan pada dua orang tua di hadapannya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memulai percakapan pada dua orang tersebut.

"Selama ini saya telah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu memberikan yang terbaik untuknya.
Maafkan saya, tuan, nyonya.
Leukimia yang bersarang di tubuhnya sudah mulai memasuki stadium 2."
Lelaki berprofesi dokter yang baru saja mengatakan itu menjeda kalimatnya sebentar juga menghela napas pelan.

Pasalnya, dia juga merasa berat untuk menyampaikan berita buruk ini.
Sedangkan dua orang yang berada di hadapannya kini masih sibuk mencerna apa yang barusan mereka dengar.

Hingga akhirnya terdengar suara isakan dari satu-satunya wanita yang ada di ruangan itu yakni, Park Min Young istri dari Park Seo Joon yang kini masih terdiam.

Ya, seseorang yang menjadi topik pembicaraan ketiga orang dewasa itu adalah Park Jeno.

Jeno, remaja berusia 15 tahun yang merupakan sahabat Haechan itu mengidap Leukimia yang kini telah memasuki stadium 2. Jeno mengidap penyakit mematikan itu saat dia berusia 13 tahun.

Saat itu ...

Flashback on...

Di hari Minggu dengan cuaca yang begitu cerah itu, terlihat seorang anak lelaki yang kira-kira berumur 13 tahun sedang bermain bola di halaman rumahnya bersama sang kakak.

Mereka cukup lama bermain bola dengan ditemani orang tua yang melihat permainan mereka dari tempat bersantai di halaman rumah mereka.

Bukankah hari Minggu memang hari untuk bersenang-senang dan bersantai, juga bercengkerama dengan keluarga hingga menciptakan kehangatan yang akan setia menyelimuti keharmonisan dalam keluarga tersebut.

"Jeno! Chanyeol! berhenti dulu bermainnya nak ... istirahat dulu!" Itu suara Min Young yang menginterupsi kedua anaknya untuk istirahat dari acara bermain bolanya.

"Sebentar, Ma. Jeno masih ingin bermain," sahut Jeno yang kini mengerucutkan bibirnya lucu.

Chanyeol yang mendengar ucapan dari adik kecilnya menghela napas pelan, karena sedari tadi adiknya tidak ingin berhenti bermain.

Akhirnya ia mengangkat suaranya, "Jeno-ya, lebih baik kita istirahat dulu. Itu mama juga sudah membuatkan biskuit kesukaanmu bukan? Nanti kita lanjutkan lagi, oke?"

Chanyeol harap adiknya mau menuruti ucapannya kali ini.

"Eumm ... beneran nanti kita lanjutkan bermainnya?" tanya Jeno untuk memastikan ucapan sang kakak.

"Beneran!" jawab Chanyeol meyakinkan.

"Janji?" Chanyeol dibuat menghela napas kali ini.

"Janji!" sahut Chanyeol sambil mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang adik.

"Yeaay!! Ayo kak, kita makan biskuit!" ujar Jeno dengan semangatnya.

Chanyeol yang melihat itu hanya tersenyum tipis melihat tingkah menggemaskan sang adik.

Mereka melangkah santai menuju tempat orang tuanya,yang di mana kini orang tuanya tengah berbincang-bincang kecil. Entah apa yang menjadi topik mereka, yang pasti itu masalah orang dewasa.

My Family is My Strength [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang