Di kediaman rumah keluarga Park kini terlihat mereka sedang santai menikmati hidangan sarapan bagi ini. Di salah satu kursi yang tersedia di ruang makan tersebut juga terlihat Chanyeol ikut serta dalam kegiatan sarapan pagi ini, karena jadwal dia hari ini masih beberapa jam lagi sehingga ia dapat berkumpul bersama keluarganya terlebih dahulu sebelum disibukkan dengan pasien di rumah sakit.
Namun sepertinya dokter yang bisa dibilang muda itu tidak begitu menikmati sarapannya kali ini, pikirannya masih dipenuhi dengan kondisi Haechan semalam.
"Chan?" panggil Min Young yang sepertinya daritadi mengamati anak sulungnya yang terlihat sesekali melamun.
Meski begitu ia belum juga tersadarkan dari lamunannya sampai sebuah tepukan kecil mendarat di bahunya yang membuat ia seketika tersadar.
"Kak! Dipanggil mama tuh!" Rupanya itu berasal dari sang adik yang duduk di kursi samping kirinya.
Chanyeol yang sudah kembali dari lamunannya pun segera menoleh ke arah ibunya yang tepat berada di depannya. "A-ah, kenapa ma?"
"Kenapa daritadi melamun? Bahkan makanannya belum kamu makan loh, Chan." Mendengar ucapan ibunya barusan membuat ia menghela napas pelan.
"Aku cuma lagi nggak nafsu makan aja, ma."
"Tapi kamu harus tetap makan, sayang. Kalau ngga makan gimana nanti kamu nanganin pasien? Masa dokternya malah belum sarapan," ujar sang ayah yang ikut serta dalam obrolan ini.
"Nah bener apa kata ayah, kak! Nanti pas kakak nanganin pasien terus tiba-tiba pingsan karena kelaparan kan nggak lucu," tambah si bungsu yang sejak tadi memperhatikan.
Chanyeol dibuat terkekeh pelan mendengar penuturan adiknya, sampai kemudian ia menjawab, "Iyaa yaudah, ini kakak makan," ujarnya sambil menyantap hidangan di piringnya yang sudah tak berbentuk karena ia yang sedari tadi hanya mengaduk makanan tersebut.
Lalu kegiatan sarapan itupun berjalan dengan tenang dan khidmat, hingga sang kepala keluarga mulai membuka percakapan lagi. "Kamu ada jadwal jam berapa, Chan?" tanyanya kepada si anak sulung.
Yang ditanya pun lantas menjawab, "Masih jam 10 nanti yah."
"Wah! Berarti abis ini kakak bisa anterin jeno ke sekolah dong!" kata Jeno dengan semangat, karena ia merasa sudah lama tidak diantar ke sekolah dengan kakaknya itu karena jadwal kakaknya yang sibuk di rumah sakit.
"Jadi kamu mau dianter ayah atau kakak?" tanya Seojun.
"Sama kakak aja deh, yah. Aku udah lama ga dianter kakak soalnya hehehe," jawabnya dengan cengiran.
"Oke deh, tapi nanti pulangnya dijemput siapa? Kakak gabisa jemput," sahut Chanyeol.
"Gampang itu mah, nanti aku tinggal kasih kabar ke Paman Jung buat jemput."
"Yaudah, jeno mau berangkat kapan? udah disiapin belum semuanya?" tanya Min Young yang daritadi hanya menyimak obrolan kedua anaknya.
"Eh iya, Jeno mau ke kamar dulu lupa belum nyiapin bukunya hehe," jawab Jeno dengan cengiran polosnya. Lantas ia berdiri dari kursinya untuk segera ke lantai atas menuju kamarnya.
Sementara Jeno menaiki tangga, Min Young kembali menanyai anak sulungnya. "Sebenarnya ada apa, sayang? Kok kamu kayak banyak pikiran gitu?" Tentu saja naluri seorang ibu mampu memahami apa yang sedang anaknya rasakan saat ini.
Karena tidak mau membohongi orang tuanya, Chanyeol pun menjawab seadanya. "Aku kepikiran sama Haechan, ma. Dia semalem collapse-nya parah banget."
Sontak pasutri yang sudah berumur hampir setengah abad itu sangat terkejut mendengar penuturan sang anak.
"Bagaimana bisa? Terus sekarang gimana kondisinya kak?" tanya sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Family is My Strength [REVISI]
Fiksi PenggemarManusia hanyalah makhluk ciptaan Tuhan yang bisa kapan saja terjatuh. Sehati-hati apa pun kita berjalan, pasti akan tetap ada batu sandungan, bukan? Manusia hanya mampu mengikuti jalan takdir yang telah Tuhan gariskan untuk kita jalani sesuai alur-N...