Sore kala itu menjadi teman Lalisa yang berjalan menyusuri jalan sambil menendang dedaunan yang berjatuhan.
Lisa pov
Huh, aku berjalan menjauh dari sekolah. Aku sengaja tidak naik busway untuk mengirit uang jajanku. Tapi aku tak sendirian, aku ditemani mentari sore dan dedaunan yang ada dibawah kakiku. Saat melewati taman, aku berinisiatif duduk ditaman itu sambil menyaksikan matahari terbenam.
Aku duduk di kursi taman yang kosong. Sejenak aku menutup mataku, merasakan hembusan angin menerpa wajahku dan sinar mentari yang menghangatkan wajahku. Tiba-tiba mataku terasa gelap walaupun aku menutup mataku, tapi aku bisa merasakan sinar mentari itu menembus kelopak mataku. Perlahan aku membuka mataku dan tersenyum. Ternyata ada sahabatku yang sedang berdiri di depanku sambil tersenyum dan membawa 2 buah cup minuman hangat.
Lisa pov end
"Hai Lisa, kau sedang apa duduk sendirian disini ? Udara hari ini cukup dingin jika dirasa. Ini aku bawakan minuman hangat untukmu" Chaeyoung duduk disebelah Lisa dan memberikan satu cup minuman hangat itu kepadanya.
"Gumawo, Chaeng-ah" ucap Lisa sambil menerima cup itu dari Chaeyoung. "Hmm, aku sedang menikmati angin dan ingin melihat matahari terbenam, Chaeng" jawab Lisa pada sahabatnya itu.
"Jinjja ? Kenapa kau tak mengajakku Lisa-yaa ?" Chaeyoung berucap sambil mempoutkan bibirnya.
"Mian, aku kira kau sudah dijemput oleh supirmu tadi" Lisa meminta maaf sambil menatap Chaeyoung.
"Tadinya memang aku sudah dijemput, tapi aku melihatmu ditaman, jadi ya aku ingin menemanimu disini, bolehkan ?"
"Tentu saja boleh, Chaeng. Mengapa tak boleh, hm ?"
"Baiklah aku akan menemanimu menikmati sunset "
Keduanya saling terdiam menikmati indahnya matahari yang sudah mulai terbenam. Sampai akhirnya Chaeyoung memutuskan untuk bertanya kepada Lisa.
"Hmm, Lisa-yaa"
"Nee, wae Chaeyoung-ah ?" Lisa mengarahkan pandangannya pada Chaeyoung.
"Mianhe Lisa-yaa saat kau di bully tadi siang aku tak bisa membantumu. Aku benar-benar tidak mengetahui bahwa kau akan di bully oleh gerombolan siswi itu" Chaeyoung berucap dengan menunduk merasa bersalah tidak dapat membantu melindungi sahabatnya itu.
"Gwencana, Chaeng kau tak perlu meminta maaf. Aku tak apa. Aku menerimanya, aku tidak akan membalas perbuatan mereka. Karena percuma saja jika aku membalasnya, aku akan sama seperti mereka, aku tidak mau Chaeng. " Lisa tersenyum dan memegang pundak sahabatnya yang masih menunduk.
"Tapi lain kali jika aku ajak kekantin kau ikut ya, dan kau harus bersamaku saat disekolah, jangan seperti tadi siang. Aku meninggalkanmu dan kau di bully, sebenarnya aku sangat tidak terima kau diperlakukan seperti itu" mata Chaeyoung mulai berkaca-kaca.
"Aku hanya ingin mengirit uang jajanku dengan tidak jajan dikantin sekolah, tapi baiklah Chaeng aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi, bahkan ke alam kuburpun aku akan mengikuti, ekeke" Lisa berucap sambil menghibur Chaeyoung yang sebentar lagi akan menangis. Chaeyoung memang dasarnya mudah sekali menangis, ckckck.
"Aish, bercandamu tidak lucu, Lisa. Kau tenang saja, Li. Aku akan menraktirmu setiap hari jika kau mau ?" Mengubah raut wajahnya tak semurung tadi.
"Bercandaku tak lucu tapi wajahmu kembali ceria Chaeyoung-ah, ahaha. Kau tak perlu menraktirku, aku masih punya uang, Chaeng. Tenang saja"
"Arraseo, terserah padamu saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Jenlisa)
Teen FictionTentang seorang Lalisa yang hidup pas-pasan mendapat beasiswa disekolah yang elite, menjadikannya sering dibully karena dia bersekolah menggunakan beasiswa. Dan Kim Jennie yang berkehidupan dengan kemewahan, tetapi ada yang menyebabkannya menjadi di...