Jennie pov
Ah, akhirnya anak itu sadar juga apa kesalahannya, ya walaupun aku tak ingin mengakuinya. Aku masih terlalu malu untuk mengakui itu semua. Tapi dia sangat menggemaskan tadi jujur saja. Dia seperti anak kebingungan di saat aku bersikap acuh kepadanya. Dari awal bertemu juga aku acuh terhadapnya dan dia juga biasa saja mungkin, tapi mengapa tadi berusaha keras agar aku bersikap tidak acuh kepadanya, bahkan dia meminta maaf berkali-kali. Apa dia juga mempunyai perasaan yg sama sepertiku ? Atau dia hanya menganggapku sebagaimana seorang teman ? Hahh, entahlah. Aku pun tak tahu apa yang dia rasakan terhadapku.
Jennie pov end
Keesokan paginya, Jennie memutuskan berangkat bersama Jisoo karena Jisoo mengatakan tadi pagi mobilnya bocor tetapi saat Jennie sampai dirumahnya, ia tak melihat ban bocor di keempat ban mobilnya.
"Kau berkata tadi pagi ban mobilmu bocor, tapi mengapa tidak ada ban yang kempes ?" Jennie bertanya saat Jisoo baru saja keluar dari rumahnya.
"Hehe, sebenarnya mobilku tidak bocor." Jawab Jisoo sambil cengengesan.
"Lalu mengapa kau mengatakan ban mobilmu bocor saat menelfonku ha ?" Jennie memutar bola matanya malas.
"Oh, ayolah Jendeuki kau pasti tidak akan mau menjemputku kalau aku mengatakan sedang malas membawa mobil"
"Bilang saja kau kehabisan bensin dan tidak punya uang untuk mengisinya"
"Nah itu salah satunya juga. Eommaku belum memberiku uang bensin sejak kemarin" Jisoo berucap sambil mempoutkan bibirnya.
"Tapi kau kan punya uang Jisoo-yah"
"Tidak mau. Aku tidak mau memakai uang jajanku. Nanti aku tak bisa membeli chikin"
"Aigoo, dasar chikin kau" Jennie menggelengkan kepalanya menanggapi sikap Jisoo yang mungkin sangat mencintai chikin chikin nya, hahaha.
"Kajja Jen"
"Kau yang menyetir" Jennie melempar kunci mobilnya, untungnya Jisoo bisa menangkapnya dengan tepat.
" arraso " Jisoo menghela nafasnya panjang ~~
~
Di sisi lain ada gadis yang dengan semangat turun dari mobilnya, ah mungkin dia sedang bahagia hari ini. Chaeyoung gadis itu sedang berjalan dari parkiran menuju kelas dengan senyum yang lebar. Kemarin dia baru saja di belikan banyak makanan oleh unnienya yang baru saja pulang dari Ausie. Dia makan banyak, untung saja tidak gendut. Dia tidak sabar untuk bercerita ke sahabat kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Lisa.
Saat berjalan Chaeyoung tidak sengaja berpapasan dengan Jennie dan Jisoo. Lalu Chaeyoung dengan cepat menghampiri mereka.
"Hey hey Jennie-ya, Jisoo-ya !"
Jennie dan Jisoo merasa terpanggil pun menengok kebelakang dan melihat Chaeyoung sedang menghampiri mereka.
"Ah, Chaeng-ah wae geure ?" Jisoo yang bertanya. Tidak mungkin Jennie, yang sangat gemar mungkin memasang wajah yang datar.
"Kajja, kita ke kelas bersama. Hehe"
"Aku kira ada apa. Arraseo, kajja"
Mereka bertiga berjalan bersama. Jennie menjadi sorotan diantara mereka. Siapa yang tidak terpesona dengan Jennie ? Dia tetap jadi sorotan padahal dia jarang tersenyum, malah dia menambah kharisma dengan wajah yang datar dan terkesan seksi.
"Dimana sahabatmu Chaeng ? Tumben sekali tidak berangkat bersama" Jisoo bertanya.
"Nugu ya ? Lisa ?" Chaeyoung menaikan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Jenlisa)
Teen FictionTentang seorang Lalisa yang hidup pas-pasan mendapat beasiswa disekolah yang elite, menjadikannya sering dibully karena dia bersekolah menggunakan beasiswa. Dan Kim Jennie yang berkehidupan dengan kemewahan, tetapi ada yang menyebabkannya menjadi di...