Author POV
Senyum Sana sumringah, hari ini berbeda dengan biasanya. Tangannya dengan lihai memainkan spatula agar masakan tersebut masak sempurna.
Dirasa cukup, ia mengecilkan api kompornya. Menghirup aroma masakan yang amat menggoda, tentu ia tersenyum bangga.
"Dahyun pasti suka." Gumamnya antusias, pipinya menggembung kala tersenyum membayangkan betapa lahap suaminya nanti.
Tap tap tap
Sana berbalik, melihat suaminya yang sudah berdandan rapi.
"Dubu, aku memasak makanan kesukaanmu!" Ucap Sana gembira, ia mematikan kompornya. Mendekati suaminya yang terlihat buru buru.
"Hm, maaf sayang. Hari ini aku ada urusan." Dahyun menggaruk kepalanya, mimik wajah Sana berubah seketika.
"Kau benar-benar tidak sempat?" Rengek Sana. Dahyun mengangguk kecil, ia menunduk bersalah.
"Sudah, tak apa. Fighting!" Sana mengecup singkat bibir Dahyun, membuat pria itu tersenyum kecil.
"Maaf, Sana. Aku buru buru. Aku tidak akan pulang terlalu malam." Dahyun segera keluar, meninggal Sana sendirian. Gadis itu menghela nafas.
"Bahkan kau tak mengucap apa-apa." Sana tersenyum kecut, padahal ia ingin menghabiskan waktu dengan Dahyun hari ini. Mengingat hari ini adalah hari anniversary mereka yang pertama.
"Yak, Kim Sana! Kau tidak boleh sedih! Suamimu kan bekerja juga untukmu!" Sana memukul kepalanya pelan, berusaha menghibur dirinya sendiri. Ia mengulum senyumnya kala tangan lentiknya mengelus pelan perut ratanya.
Akhirnya gadis itu kembali ke dapur, menyelesaikan pekerjaannya serta mencuci alat masakannya.
.
.
.
.
.
.
Hari sudah malam, namun Sana dibuat khawatir karena Dahyun sama sekali tak dapat dihubungi."Sayang, kau kemana?" Gumamnya frustasi. Ia menunggu di teras rumah sendari tadi, tapi kehadiran Dahyun tak kunjung terlihat.
Sana melirik jam di ponselnya,
20.00
Ah, tinggal 4 jam lagi hari ini sudah tidak ada apa-apanya. Helaan nafas tak lepas darinya. Tangannya kembali mengetik nomor Dahyun dan memulai panggilan telepon, untuk kesekian kalinya.
Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif
Wanita asing itu terus mengulang kata yang sama, membuat Sana frustasi.
Ia memutuskan untuk tetap menunggu kedatangan suaminya.
Pukul 22.00. Cukup, Sana menyerah. Hawa dingin teras mulai menusuk tulang nya. Ia memutuskan beranjak, meninggalkan banyak harapan indah yang sudah sempurna di angan.
Sana masuk ke kamar, matanya berkaca-kaca. Ia pun berbaring, berusaha menenangkan hatinya dan ia ingin tidur.
.
.
.
.
.
.
"Nak, terimakasih telah membawa Momo kesini. Kau menyelamatkannya tepat waktu." Seorang pria paruh baya dengan setelan jas hitam membungkuk terimakasih pada Dahyun."Iya, paman tak perlu membungkuk seperti itu." Dahyun tersenyum kecil.
Flashback on
"Terima kasih, Momo. Kemajuan mu sangat pesat. Kelas kita sudah selesai, kau boleh pulang." Ucap Dahyun. Momo segera berdiri dan membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan yang hanya berisi mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy [SaiDa]
Fanfiction[𝑬𝒏𝒅✓] Kim Dahyun, seorang pria yang memilih untuk memenuhi kehidupannya sendiri. Ia benci jika harus dijadikan mesin uang oleh ayahnya. Ia juga rindu dengan sosok ibu yang selalu mendukung keputusannya. Ia bingung dan kesulitan untuk mencari pek...