Bagian XXV : Sebelum Janji itu Teringkari

172 36 2
                                    

Song credit :
Akane Sasu by Aimer

Bisa di puter dulu lagunya sebelum baca. Boleh juga muter lagu lain yang udah ada di apl musik. Jangan nanya kenapa kok lagunya Aimer yang udah dijadiin ending anime--yang gak ada sangkut pautnya ama Fate. Karena dulu waktu mulai nulis Shamhat aku baru aja namatin anime dan kebetulan nemu nih lagu 😀

Selamat membaca...

~*O*~

"Oi! Dimana Enkidu?"

Sudah kuduga. Cepat atau lambat raja pasti akan mencariku untuk bertanya tentang Enkidu. Kuhentikan langkahku di tengah anak tangga dan lantas berbalik. Tidak lupa kubungkukkan tubuhku sejenak untuk memberinya salam hormat.

"Mengapa dia tidak datang ke Ziggurat?"

Antara jujur dan menuruti permintaan Enkidu, aku dilema. Sementara aku masih bingung dengan keputusanku, dia malah datang.

"Aku di sini, Gil. Maaf, datang terlambat."

Aku menoleh ke tangga bawah dan kudapati sosok pemuda cantik bersurai hijau berjalan menaiki anak tangga. Aku terkejut, apa yang dilakukannya di sini? Ketika langkahnya sampai di depanku aku tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya. "Bagaimana dengan tubuhmu?"

"Memangnya kenapa? Aku baik-baik saja sejak tadi."

Bohong. Apa yang sedang direncanakannya?

Kubiarkan dia naik dan masuk ke Ziggurat, sementara aku pulang untuk membuat camilan. Katika aku kembali untuk mengantarkan hasil masakanku, kabar buruk menyambutku tepat di depan tangga super tinggi bangunan Ziggurat. Siduri sudah berdiri menungguku di sana.

Hanya dengan menyebutkan nama Enkidu sekali, aku langsung paham situasinya. Sudah kuduga dia memaksakan diri untuk datang dan membantu pekerjaan raja. Seharusnya aku juga bolos saja hari ini untuk menungguinya. Tapi, tidak bisa kupungkiri aku sedikit lega, kali ini dia pasti tidak bisa menolak didatangkan tabib.

Memberiku sedikit hak istimewa, aku diizinkan untuk menemui pemuda itu di salah satu kamar Ziggurat. Ketika aku datang, waktu itu bertepatan dengan Raja Gilgamesh yang baru saja keluar dari sana. Kubungkukkan badanku yang lantas diabaikannya begitu saja. Tidak ingin ambil pusing dengan sifat pembawaannya yang memang seperti itu sejak dulu, kuputuskan untuk masuk ke ruangan tadi.

"Shamhat, tidak masalah kau tetap di sini. Akan kusuruh pekerja lain untuk mengerjakan bagianmu."

"Terima kasih banyak, Siduri. Aku sangat tertolong." Kubungkukkan badanku memberinya hormat sebelum wanita itu pergi dari depan pintu ruangan ini.

Lantas, aku bergegas masuk. Ruangan mewah yang familier. Enkidu berbaring di ranjang king size di tengah-tengah ruangan. Matanya terpejam dengan dahi berkerut, seperti menahan sakit. Kulangkahkan kakiku lebih dekat, sebelum akhirnya kuputuskan untuk duduk di kursi kayu tanpa sandaran di samping tempat tidurnya.

Matanya terbuka perlahan, menyadari entitas lain di ruangan ini.

"Maaf, aku membangunkanmu?"

Kepalanya menggeleng lemah. Aku tersenyum sedih. Kusentuh kening dan pipinya hingga kudapati suhu tubuhnya sama seperti tadi pagi. Bedanya dia tidak berkeringat.

"Kenapa kau datang ke Ziggurat?"

Sejenak pemuda itu hanya terdiam. "Aku merasa tidak akan bertemu dengannya lagi jika aku tidak datang."

Aku ikut terdiam. Ucapannya itu membuatku merasa tidak nyaman. "Aku tidak pernah melihatmu sakit sebelumnya. Jadi untuk sekarang, jangan menakutiku dengan kalimat seperti itu, ya?"

Shamhat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang