Bagian XXX : Komedi dari Kisah Seorang Raja Tirani

281 40 4
                                    

Song credit :
Dinasty by MIIA
Nightcore by Nightcore Zodiac

Niatnya sih mau kukasih Provernya Milet, tapi abis nemu Dinasty-nya MIIA aku langsung jatuh cinta. Mungkin ini berlebihan tapi rasanya gak ada lagu yang bisa menggambarkan sosok Gilgamesh selain lagu ini. Kalo ini dijadiin ending Fate pasti ngena banget tuh buat Gilgamesh.

Oh, tapi kalo ada lagu yang lebih kalian sukai, boleh juga diputar sambil baca chapter ini.

Selamat membaca....

~*O*~

"Kalau begitu saya pergi dulu, Shamhat."

Aku merasa itu bukan salam yang benar untuk orang yang ingin berpamitan pulang. Tapi aku tidak terlalu memusingkannya. Kuputuskan untuk mematikan lentera sebelum naik ke lantai atas. Namun, langkahku berhenti di tangga terakhir. Akses untuk ke atap rumah terbuka. Segera saja aku menaiki tangga kayunya untuk naik ke sana.

"Beberapa hari yang lalu aku memikirkannya. Sebuah ironi. Makhluk abadi yang menginginkan kematian dan makhluk fana yang menginginkan keabadian."

Suara ini. Kudekati sosok itu, sebelum akhirnya kuputuskan untuk berhenti di belakangnya. Sisa dari kain panjang mirip sorban yang melilit kepalanya, melambai-lambai tertiup angin di belakang punggungnya. "Mengapa Anda masih di sini?"

Bukannya menjawabku, pria itu malah menghembuskan napasnya perlahan. Menikmati udara di malam hari. "Dunia tanpa dunia bawah dan dewa-dewi, kah? Sungguh dunia yang aneh."

"Saya tidak mengerti." Jika dia tengah mengajakku bicara, aku sudah menjawabnya dengan jujur.

"Seharusnya dulu, kau sudah dipenggal. Walau pun pasti tidak mati. Tapi karena permohonan dari suamimu, aku mengubah hukumanmu supaya kau pergi ke hutan Arash. Itu adalah tindakan pengusiran untukmu. Karena aku tahu setidaknya kau akan mati menderita oleh monster bernama Enkidu."

"...."

"Rupanya aku salah. Kau malah memanusiakannya dan membawanya ke Uruk untuk bertarung melawan raja tirani di sana."

"Raja itu marah ketika Enkidu yang dianggapnya rendah, menatapnya tanpa izin. Mereka lantas bertarung. Membelah gunung, menciptakan lembah, dan membuat bentang alam berubah. Sampai ketika mereka kehabisan senjata, mereka saling memuji kehebatan masing-masing. Dan mereka lalu berteman. Sebuah pertemanan yang berhasil mengubah sifat semena-mena raja perlahan memudar."

Aku tidak bisa menyaksikan ekspresinya dari belakang. Tapi aku tahu jika dari mulutnya terhembus uap sepertiku karena dinginnya udara. "Saat itu, sebelum keberangkatan ke hutan Arash untuk membunuh Humbaba. Kau tentu ingat tentang bagaimana ibuku berpesan padamu. Tidak hanya itu, bahkan beliau memberiku perintah setelahnya."

Ibunya, Dewi Ninsun, yang tidak pernah kutahu bagaimana wajahnya--terngiang-ngiang dalam ingatanku ketika Raja mulai menirukan dialognya. "Enkidu, jagalah gadis itu dengan nyawamu. Dan jika telah tiba saatnya nanti, putraku, Gilgamesh, antarkanlah dia pulang. Begitu katanya. Aku yang tidak begitu mengakui eksistensimu tidak terlalu mempedulikannya."

"Juga, sebelum kematiannya pun, Enkidu masih sempat mengkhawatirkanmu. Bahkan dia sampai berani memintaku untuk menggantikannya sebagai penjagamu."

Shamhat [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang