16. nothing has changed

571 89 50
                                    

Happy Reading!

•••

Pagi yang cerah dihari minggu tentu sangat mendukung untuk melakukan aktifitas. Setelah beberapa kali hujan turun dihiasi awan mendung, kini langit Ibu Kota tampak begitu cerah dengan awan putih yang menghiasi.

Orang-orang ramai berlalu-lalang, melakukan segala aktivitas mereka dipagi hari, seolah-olah takut akan terjadi hujan tiba-tiba lagi di waktu yang bersamaan. Beberapa orang memilih menikmati suasana Kota Seoul dengan memandangi lewat balkon rumah atau apartemennya, ada juga yang memilih turun langsung—Lari pagi untuk menikmati udara yang begitu bersih, walau kalau di jalan raya pasti polusi di mana-mana.

Begitu yang dilakukan Yoongi dan Jimin sekarang, mereka adalah sepasang manusia yang baru saja menaiki status lebih maju—pacaran maksudnya. Mereka berdua memilih turun langsung untuk menikmati suasana pagi Ibu Kota, melakukan lari pagi untuk menaikkan stamina tubuh dengan berolahraga. Ya, walau Yoongi berfikir bukannya tambah sehat tapi tubuhnya merasa semakin aneh akibat jantung yang berdetak dengan kurang ajarnya. Yoongi sudah mencoba untuk netral tapi tetap saja dia tidak bisa mengabaikan kalau Pak Jimin—kekasihnya telah bersamanya. Dipikir-pikir, ini adalah kegiatan pertama yang mereka lakukan sebagai sepasang kekasih.

"Duduk dulu, Jim!" Yoongi menjadi yang paling lemah kalau kegiatannya begini, tubuhnya memang kecil, tidak kelebihan lemak tapi dia mudah lelah hanya baru berlari hampir 1 kilo meter. Mungkin karena ia jarang melakukan ini, diingat-ingat terakhir dia melakukan lari pagi beberapa bulan yang lalu.

Jimin berdecih, "Kau payah sekali," ucapnya, tapi pemuda itu juga ikut duduk di samping  Yoongi.

Yoongi mengelak, "Enak saja! Ini kan karena aku jarang lari pagi."

Lalu Jimin mengatakan kalau dirinya juga sama seperti wanita itu, jarang lari pagi, bahkan tidak pernah. Sebenarnya menurutnya tinju sudah cukup, tidak perlu lari pagi segala. Merepotkan, dan ini juga karena Taehyung yang memberi saran. Katanya kencan pertama dengan lari pagi itu akan terasa nikmatnya—halah! nikmat dari mananya? Yang ada itu sangat menyebalkan. Jimin jadi tidak ingin mendengarkan saran Taehyung lagi.

"Mengaku saja kalau kau memang payah," ucapnya lalu segera bangkit dari duduknya. Berjalan meninggalkan Yoongi.

"Kau mau kemana, huh?" tanya Yoongi sedikit berteriak karena jaraknya dengan Jimin 10 meter.

Jimin tidak menjawab ataupun berbalik, dia lebih memilih meneruskan jalannya.

Apa dia ingin meninggalkanku?

Bisa saja, tapi tidak mungkin Jimin setega itu. Eh? Tapi kan Jimin bisa melakukan sesukanya termasuk meninggalkannya? Ah, sudahlah Yoongi tidak mau ambil pusing. Dia ingin menyusul Jimin tapi kakinya pegal sekali, jadi ia masih duduk di rumput taman Ibu Kota. Memandang punggung Jimin yang kian menjauh.

5 menit

8 menit

10 menit

Pemuda itu belum juga kembali, apakah Jimin benar-benar meninggalkannya? Tidak lucu kan kalau alasan Jimin meninggalkannya hanya karena dia mudah lemah, tapi kalau di ranjang tid—eh? Yoongi membuang jauh-jauh pikiran kotor itu, sampai dirinya terlonjak kaget akibat sesuatu yang dingin menempel di permukaan kulit pipinya.

"Nih." Jimin menyodorkan sebotol air mineral, rupanya pemuda itu membeli minuman tadi.

Yoongi menerima sodoran itu, "Aku kira kau meninggalkanku karena ku mudah lelah," cicitnya.

Jimin mendengus, "Aku tidak sepayah itu dalam mencari alasan untuk meninggalkan. Lagi pula, aku bukan lelaki buaya, kau tahu." Karena bagi Park Jimin, pacaran itu hanya sekali sampai menikah nanti. Orangnya akan tetap sama, dia inginnya begitu. Tapi semoga Tuhan memang membuat takdirnya begitu.

SCINTILLA ; MINYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang