17. Learn

469 74 12
                                    

"Yo, Jim!" Taehyung menepuk bahu Jimin, seraya ikut duduk di samping pemuda itu. Memandang takjub pada langit cerah yang terlihat sangat jelas lewat roftoop.

Jimin bergumam sebagai jawaban, tapi matanya fokus pada game yang sedang ia mainkan di ponselnya.

Taehyung memperhatikan jari Jimin yang sangat lincah memainkan game tersebut, dirinya berdecak kagum karena kemampuan Jimin yang bukan hanya pandai dalam berkelahi, tapi pandai dalam bermain game juga. Omong-omong, ini pertama kalinya ia melihat keahlian Jimin dalam bermain game, selama ini pria itu tidak pernah terlihat bermain game.
"Wah! Kau jago sekali, Jim!"

Jimin mendengus. "Bukankah kau lebih jago daripada aku?" Mungkin bisa dibilang kalimat barusan bukan menunjuk ke-kebenarannya, tapi lebih menunjuk ke 'merendah untuk meroket' tapi, hanya saja Jimin tidak bermaksud begitu.

"Tidak! Kau lebih jago." Taehyung memang paling sering memainkan game karena dihidupnya selalu banyak waktu luang, mungkin kalau tidak ada waktu berkencan dengan Jungkook pasti pemuda bermarga Kim itu akan berkutat dengan beberapa alat untuk bermain game seperti laptop, komputer, dan yang paling mudah adalah ponselnya.

"Ayo bertanding denganku!"

Jimin tersenyum remeh. "Kau tahu akan kalah tapi tetap saja mencoba."

Taehyung nyengir, lalu berkata kalau apa salahnya mencoba? Lagi pula dia akan kalah di depan sahabatnya, setidaknya bukan di depan teman-temannya. Karena Taehyung selalu menjadi yang paling unggul dalam bakatnya memenangkan game.

Unggulnya hanya di depan teman-temannya, bukan di depan Park Jimin.

Mereka bermain, jari mereka sama-sama lincah memainkan game itu. Sepuluh menit, waktu bermain habis, lalu disusul gerutu dari Taehyung, karena dia kalah.

"Aish." Gerutu Taehyung, memandang nanar poin yang miliknya yang berkurang. Padahal dia bisa membeli poin itu sebanyak yang ia mau, tapi kenapa hanya berkurang beberapa poin saja dia serasa tidak rela begini? Dasar alien, terkadang suka lupa kalau dirinya kaya.

Jimin tersenyum remeh. "Aku sudah bilang dari awal." Jimin merasa bangga bisa menang dan mendapatkan poin yang tidak seberapa jumlahnya, sama halnya dengan Taehyung, padahal dia bisa membeli poin itu sebanyak yang ia mau. Mungkin beda rasanya menang dengan hasil perjuangan sendiri. Ya, itu memang pantas dibanggakan.

"Ayo bertanding lagi!" ajak Taehyung.

Jimin bangkit dari duduknya. "Tidak mau, membuang-buang waktuku saja." Seraya berangsur pergi dari sana.

"Yak! Kau mau kemana, Jimen?"

"Menemui kekasihku lah."

"Mwo? Kau mau bolos lagi?"

"Kan ada kau, cari alasan yang masuk akal. Seperti waktu itu juga tak apa, kalau mau mati," ucapnya santai, lalu pemuda itu sukses pergi dari tempat itu. Meninggalkan Taehyung yang berdecak kesal, tapi tentu saja akan ia laksanakan.

Taehyung menjadi yang paling sering diintrogasi para guru, karena hanya dia yang sekelas dengan pemuda asli Busan itu. Dia mencari alasan apapun, dari mulai ada kegiatan OSIS padahal Jimin tidak pernah ikut organisasi apapun, lalu pergi bersama Kakaknya padahal Jimin tidak punya Kakak, dan yang paling aneh adalah Jimin pergi menemui Guru bahasa padahal guru bahasa sedang cuti selama seminggu.

Ya, Jimin sih masa bodo, kan Taehyung yang bodoh. Bukan dirinya.

•••

"Hei!"

Yoongi nyaris jantungan dengan sapaan tiba-tiba dari seseorang yang berada di atas pohon apel yang di bawahnya ada bangku, gadis itu berniat duduk di sana.

SCINTILLA ; MINYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang