18 : Problem

534 71 24
                                    

Happy reading!

"Apa yang kau mau?" Jimin bertanya seraya memandang dengan tajam laki-laki di hadapannya yang sedang berdiri dengan kedua tangan dilipat ke atas dada. Berbeda dengan pemuda itu sendiri yang tetap santai dengan kedua tangan yang di masukkan ke dalam saku celana seragam sekolahnya.

"Aku pikir aku sudah cukup kuat untuk menghabisimu."

"Ayo bertanding, Park," lanjut laki-laki itu dengan penuh percaya diri, seolah-olah dia memang mampu menghabisi seorang Park Jimin. Tapi, mau bagaimanapun Jimin yang paling unggul dalam urusan berkelahi, Namjoon yang notabenya ketua dalam Geng bangtan saja masih kalah telak dengan kemampuan pemuda itu yang tidak pernah main-main. Maklum, dari kecil ia sudah mempunyai bakat terpendam itu, dan ketika usianya menginjak lima tahun barulah ia mulai melatih diri bersama petinggi-petinggi bela diri.

Taehyung yang berada di samping Jimin menyahut dengan nada berbisik. "Dia percaya diri sekali." Raut wajahnya masih santai seperti Jimin, tidak takut sama sekali. Bahkan jika tidak bisa untuk tidak mengabaikan kalau laki-laki yang berbeda seragam di hadapannya ini membawa segerombolan anggota yang Jimin yakini mereka adalah Anak dari didikan Hyuka yang jumlahnya kurang lebih lima belas.

Jimin tidak takut meskipun ia hanya berdua saja.

"Kau tahu akan kalah tapi tetap saja mencoba." Ia mengulang lagi, ucapan yang ia berikan pada Taehyung tempo lalu. Sama-sama bertekad hanya tujuan mengapa bertekadnya itu yang berbeda-beda. "Aku sedang malas meladenimu. Pulanglah, aku ingin kencan dengan kekasihku," lanjutnya seraya berbalik berniat berjalan pergi.

"Kekasihmu yang ini maksudmu?" Dengan malas Jimin berbalik dan pemandangan seseorang yang ada di hadapannya membuat matanya membelalak sekaligus menahan amarah.

"Kau apakan kekasihku, sialan!?" tanyanya marah, dia benar-benar marah sekarang. Bagaimana tidak sekarang di hadapannya  terdapat seseorang yang begitu amat ia cintai dan ia jaga—Yoongi yang terduduk di bawah dengan mata yang masih terpejam, rupanya laki-laki bernama Hyuka itu membuat Yoongi pingsan. Dan terlebih lagi, sudah pingsan masih saja diikat dengan tali yang Jimin yakini itu sangat kuat pasti setelah dilepas akan begitu menyakitkan.

Sialan! Berani-beraninya mereka menyakiti Yoongiku!

"Mwo? Yoongi Noona? Bagaimana mereka bisa tahu, Jim?"

"Aku tidak tahu, kau pikir aku mementingkan hal itu." Karena sudah terjadi, ya Jimin akan melupakan dan tidak akan memperdulikan lagi. Menyesal tidak ada dalam kamus Jimin.

"Seleramu lumayan juga," ucap Hyuka, ia juga tertawa dalam hati karena berhasil memancing amarah seorang Park Jimin. Ia senang tentu saja, ini berkat idenya Junho untuk menculik kekasihnya, meskipun mereka tidak tahu siapa, tapi mereka mencari tahunya. Mungkin mentraktir beberapa kaleng soju untuk Junho tidak masalah, bukan?

"Saat tertidurpun tetap cantik." Hyuka menyentuh bagian dagu Yoongi dan mendongakkan kepala lemas wanita itu. Kemudian ia menyeringai kala tatapan Jimin semakin menyeramkan.

"Bagaimana kalau begini saja, kita bertanding, dan yang menang akan mendapatkan gadis ini." Jimin semakin menjadi-jadi ketika kekasihnya malah menjadi bahan taruhan. Memangnya kekasihnya ini apa? Memang sialan Hyuka, awas saja Jimin tidak akan kasih ampun lagi padanya. Cukup sudah kesabarannya habis selama ini. Ia pikir mendiamkan Hyuka adalah cara terbaik agar laki-laki itu berhenti sendiri karena sering berkoar tapi Jimin tak pernah pedulikan. Tapi nyatanya malah semakin gila.

Jimin mengumpat dalam hati.

"Apa yang harus kita lakukan, Jim?" Taehyung bertanya tapi matanya masih fokus memandang Yoongi yang masih pingsan itu. Dia meringis kala aura dari orang di sampingnya semakin panas dan ia Yakin Jimin sedang menahan marahnya sekarang.

SCINTILLA ; MINYOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang