Ruang tamu itu sangat senyap bahkan denting jam pun enggan untuk memecah kesunyian diantara dua orang yang telah membersihkan dirinya masing-masing dari kegiatan yang baru saja mereka lakukan.
Dua pria itu hanya duduk disofa dengan pandangan lurus kedepan, bahkan jarak duduk mereka cukup berjarak, pria yang lebih pendek duduk disudut sofa sedangkan pria yang satunya lagi duduk disudut sofa lainnya tapi masih di satu sofa yang sama.
Plan yang paling benci suasana awkward mau tak mau memulai pembicaraan diantara mereka.
"Yang baru saja terjadi,..." Plan meneguk ludahnya sendiri mencoba untuk mengakhiri kalimatnya. "Lupakan saja. Dan untuk jawabanmu.... Maaf aku ga bisa."
Lalu Plan berdiri mengambil buku hijau diatas meja dan melemparkannya dan dengan halus jatuh disofa disamping Mean.Mean yang melihat itu langsung menatap Plan dengan mata yang kebingungan juga sedih karna mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Plan. "Melupakannya? Mana mungkin" Mean terus mengulang kalimat itu dalam pikirannya tanpa berani mengeluarkannya melalui sela bibirnya. Bibirnya terlalu kelu untuk bisa terbuka menjawab perkataan Plan yang sungguh menyayat hati vampir kecilnya.
Mean hanya bisa berdiri membawa buku hijau itu dan berlalu meninggalkan rumah itu tanpa bisa melihat pemilik rumah itu saat ia keluar. Yang bisa dilihatnya hanyalah punggung kecil dari pemuda itu yang sama sekali tidak mau berbalik menghadapnya.
.
Plan menjatuhkan tubuhnya hingga lutut dan telapak tangannya menyentuh lantai. Dia bingung, bahkan lebih parah daripada sebelumnya. Dia tak tau perasaan yang apa yang dia rasakan hari ini.Plan mencoba membersihkan pemikirannya dari segala hal yang memenuhi pikirannya jadi dia bangkit dan menuju kedapur miliknya dan mengobrak-abrik lemari es nya dan mencoba menemukan bir yang biasanya ia minum saat disaat-saat pikirannya penuh. Tetapi mungkin Plan yang lupa untuk menyetok asupan birnya, sehingga tidak ada satu kaleng atau botol pun di kulkas dua pintunya itu. Jadi Plan hanya mengambil apa yang ada didalam situ dan meminumnya, lumayan juga minum susu disaat stress gini pikir Plan.
Plan meneguh habis satu botol susu yang ada digenggamannya, tapi genggaman Plan seketika mengendur saat mengingat kalau malam itu adalah malam bulan purnama dan memecahkan gelas yang sekarang pecahannya tersebar di lantai dekat kulkasnya itu Tapi Plan menghiraukam hal itu dan segera Plan berlari kekamarnya yang ada dilantai dua untuk mengambil jacketnya dan tidak lupa diambilnya belati peraknya didalam laci meja samping tempat tidurnya. Plan berlari keluar rumahnya dan mencoba untuk berlari menuju tempat pemberhentian bus terdekat dan berharap Mean masih hidup, karna dia akan merasa bersalah kalau Mean mati tercabik-cabik hewan berbulu yang malam ini sedang gila-gilanya.
"Aaaaawwwwuuuuuuu" lolongan serigala saling sahut menyahut yang semakin membuat Plan khawatir, karna werewolf saling sahut menyahut saat mereka menemukan mangsa. Plan mengikuti arah suara serigala terdekat dan suara itu mengarahkan Plan langsung ke dalam hutan yang tidak terlalu gelap itu karna cahaya bulan masih menembus di sela-sela daun dan ranting yang saling berhimpitan.
"Meaaann!!" Plan berteriak memanggil nama Mean tanpa perduli akan dirinya yang bakal diincar para werewolf lapar disekitarnya.
Disaat itu juga Mean yang baru saja sampai depan rumahnya langsung melompat kembali ke dahan-dahan pohon yang kuat menuju suara yang memanggil namanya dengan suara yang sangat khas.
Plan mengeluarkan belati perak dari pelindung kulit yang terletak disamping kirinya. Dia tak bisa bergerak kemana-mana lagi, dia sudah terpojokkan di salah satu pohon besar ditengah hutan ini. Dengan tatapan sangar, Plan menatap hewan buas yang ada didepan sambil menodongkan belatinya dengan tangan kanannya dan mencoba untuk menyingkirkan hewan berbulu didepannya dan melarikan diri karna tidak mungkin dia bisa menang dengan werewolf tanpa pasukan keluarga Highgate nya.
Air liur hewan yang ada didepan Plan mulai menetes tanpa hentinya yang semakin membuat Plan bergidik ngeri sekaligus jijik melihantnya.
"Sialan kau Mean" Plan menutup mtanya dan membiarkan segala kemungkinan yang bakal terjadi padanya, entah dimakan ataupun dicabik-cabik tak perduli.
Plan masih menutup matanya, entah sudah berapa lama dia menutup matanya tapi tidak terjadi apa-apa. Tapi malah ia mendengar suara yang familiar didekatnya. Jadi dibuka matanya perlahan dan melihat sosok Mean tepat didepannya bukannya hewan besar yang tadi.
"Jangan menyebutku dengan kata kasar itu Plan,." Mean menurunkan kedua alisnya tanda tidak senang mendengar kata "sialan" yang ditujukan padanya dari Plan.
Plan bingung dan melihat kekanan dan kekiri mencari hewan yang memojokkannya tadi.
"Apa yang kau cari?" Mean mulai dongkol dengan tingkahnya Plan
"Dimana makhluk tadi?" Plan masih celingak-celinguk ga jelas.
"Sudah pergi"
Plan mengalihkan tatapannya sekarang ke arah Mean. "Bagaimana bisa dia langsung pergi begitu saja?"
"Mungkin karna kau tidak selezat seperti kelihatannya." Mean membalikkan badannya dam mencoba sebisa mungkin untuk tidak tertawa saat melihat wajah bodoh tapi lucu yang dibuat Plan. "Dan karna kau milikku" tentu saja kata-kata itu tidak diucapkan Mean, hanya diaimpannya dihatinya saja.
"Karna kau baik-baik saja, ku balik ke rumah sekarang." Plan menyimpan kembali ke belati yang ada ditangannya ke kantong kulitnya.
Plan berjalan di jalan yang sama saat ia masuk hutan tadi. Dan Plan tau kalau Mean sedang mengikutinya, bukannya Plan tidak sadar, tapi Plan tidak mau berdebat lagi. Hingga sampai tepat didepan rumahnya sendiri Plan berbalik untuk melihat orang yang mengantarkannya sampai depan rumahnya itu tapi Plan tidak melihat satu orangpun yang bersamanya.
Plan menghela nafasnya dan berlalu masuk kedalam rumahnya, sedangkan Mean masih memperhatikan Plan dari atas dahan puhon yang sesaat lalu ia lompati supaya tidak dilihat oleh Plan. Ia tau Plan pasti tidak bakal suka kalau dia mengikutinya karna mungkin saja Plan masih marah akan dirinya.
Mean melihat satu persatu cahaya dari dalam rumah Plan mulai padam yang berarti Plan mungkin sudah tidur.
Rasa kantuk mulai menggerogoti diri Mean, Jadi Mean mulai berlari dengan cepatnya menuju kerumahnya sendiri dan langsung pergi ke kamarnya dan membiarkan dirinya tenggelam dialam mimpi, tidak seperti anggota keluarganya yang lain. Mereka tidak butuh tidur, mereka hanya butuh tempat tidur hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Mean bisa tidur nyenyak dan hatinya sedikit senang karena Plan rela mencarinya karna takut akan diterkam serigala. Semoga sikap Plan mulai membaik kedepannya.
.
.
.
.
Bersambung..
.
.
.
Vote if u like it💙#mocclub
#misi40hari
jonquil_Alstroemeria
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eternal Highgate |Book1 END|
Ma cà rồngDisaat semua manusia sedang tertidur, para vampir mulai memuaskan segala rasa nafsu laparnya akan darah manusia. Beruntungnya manusia yang sedang tidur saat dimalam hari, tapi tidak dengan yang terjaga. Hidup matinya ada ditangan para vampir. Tapi k...