☀️History Club☀️

304 38 10
                                    

Plan membuka matanya. terlihat waktu menunjukkan pukul 10.32 di jam dinding didekatnya dan Plan juga melihat P'Jane duduk disamping ranjangnya dan sambil memegang tangannya.

"P'Jane, bangun" Plan menggerakkan tangannya untuk membangunkan tangan Phi nya itu.

Jane mengerjapkan matanya dan seketika langsung memeluk adik kesayangannya itu.

"Plan, syukurlah."

"P'Jane, Plan udah tidak apa-apa. Plan hanya kecapekan doang kok. Mending P' balik ke rumah Daddy. Biar Plan yang mengatur semua yang ada disini" ucap Plan hati-hati agar tidak berargumen lagi dengan Phi nya ini.

"Tapi, P' ingin membantu Plan. Kau taukan bahayanya disini?" Jane mengangkat wajahnya dan mencoba untuk meyakinkan adiknya itu.

Tapi Plan tetap dengan perndiriannya. Plan yakin bahwa dia bisa melakukannya sendiri
" Tolong P', kali ini saja P' dengerkan kata-kata Plan. Plan bisa."

"Baiklah kalu begitu, P' pulang. Jangan lupa makan dan kalau kau butuh bantuan hubungi P' saja." Jane mulai berdiri, membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu. Jane melambaikan tangannya untuk berpamitan dengan Plan. Dalam hati Jane dia khawatir akan adik kecilnya itu, tetapi dia percaya kalau Plan pasti bisa menanganinya. Lagipula ini balas dendamnya Plan. Bukannya Jane, karna Jane sama sekali tidak bisa mengingat apa yang terjadi dimasa lalu.

Plan turun dari ranjangnya dan melihat sekeliling. Tidak ada siapapun.

Plan hari ini memiliki kelas bahasa yang untungnya kelasnya dimulai sore hari.

Plan berjalan menuju pintu untuk keluar dan mencari makan. Tetapi belum saja dia menyentuh kenop pintunya, pintunya sudah dibuka oleh seseorang. Mean.

"Mau kemana Plan?" Mean yang baru saja masuk ke ruangan itu bertanya kepada Plan yang berdiri didepannya.

"Ku lapar, mau cari makanan" ucap Plan ketus sambil mengalihkan pandangannya dari mata Mean. Walaupun begitu wajahnya terasa panas.

Mean mengangguk mengerti dan menyodorkan tas berisikan baju didalamnya
"Sebelum itu mandi dan gantilah bajumu. Dari kemarin kau masih dengan baju yang sama" jawab Mean sambi menunjuk ke arah salah satu pintu di ruangan ini.

Plan masih terdiam sambil melihat isi didalam tas itu.
" Itu baju milik adikku. Dia mengijinkanku untuk meminjamkannya untukmu. Semoga bisa muat ditubuhmu." Lanjut Mean yang langsung duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan itu dan Plan menuju ke pintu yang ditujuk Mean untuk membersihkan dirinya.

.

.

.

.

.

Siang ini matahari sedang berada dipihak Mean, Matahari menyembunyikan dirinya dibalik awan berwarna abu-abu itu.

Suasana didalam mobil Mean sungguh sangat awkward. Tidak ada yang berbicara sama sekali.

Plan sesekali melihat keluar jendela mobil untuk mengalihkan perhatiannya sendiri. Sedangkan Mean fokus ke jalanan yang sedang ia jalani.

Plan tidak tau Mean membawanya kemana, tetapi sebertinya dia kenal dengan jalanan ini.

Mobil Mean berhenti di tempat parkiran Universitas XXX. Dan segera ku langsung turun.

"Mean, tapi kelas bahasa belum dimulai. Buat apa kita ke sini?" Plan memulai percakapan karna dia sungguh tidak tau apa maksud Mean membawanya ke universitas.

"Kantin universitas" jawab Mean singkat

"Apa?" Plan sungguh tidak mengerti.

"Kita makan di kantin universitas, ada makanan yang lezat. Kuyakin kau bakal suka." Jelas Mean.

Plan mengangguk pelan dan mulai menyeimbangkan langkahnya dengan Mean yang entah mengapa terasa sangat cepat bagi Plan.

Mean menuju kearah salah satu konter makanan di kantin itu dan sedang memesan makanan untuk mereka sedangkan Plan yang membeli minuman.

Setelah selesai memesan minumannya, Plan menunggu Mean sambil memainkan sedotan yang ada di minumannya.

Ngga berapa lama, Mean membawa dua piring nasi goreng.

"Kukira sesuatu yang lain ternyata hanya nasi goreng" Plan mencoba menahan tawanya.

"Tapi ini sungguh lezat"

"Iya deh," Plan tersenyum tipis
.

.

.

.

Plan berjalan-jalan di lorong universitas selagi masih ada waktu beberapa jam lagi sebelum kelas bahasa dimulai. Sedangkan Mean pergi karna ada urusan dengan dosennya.

Ini waktu yang tepat bagi Plan untuk mengenal tempat di universitas ini.

Ruangan demi ruangan Plan lewati hingga dia tertarik dengan satu logo yang terpampang di atas disalah satu ruangan disitu.

Logo yang menggambarkan bentuk rubah itu menarik perhatian Plan, dibukanya perlahan kenop pintu itu dan terlihat sekumpulan orang sedang duduk mengelilingi meja bundar di tengah ruangan itu.

Salah satu orang dari kumpulan itu menghampiri Plan yang masih terpaku akan keindahan tatanan buku layaknya perpustakaan di ruangan baru ia masuki.

"Ada yang bisa dibantu, nong'?" Tanya dari cewek pendek berkucir dua di depan Plan.

"Maaf P', kalau boleh tau ini club apa ya?" Plan mencoba untuk menanyakan semua keingintahuannya.

"Ini History club, club sejarah kota." Jawabnya singkat

"Ah! Club sejarah. Saya ingin mendaftar P', apakah masih bisa?" Plan mengambil selembar kertas dari dalam tasnya, kertas yang diberi Bas kemarin untuk dirinya dan menyodorkannya ke cewek kucir dua itu.

"Ternyata kau tertarik. baiklah, silahkan masuk nong'. Tapi maaf ketua club ini sedang ada kegiatan diluar kuliah, jadi tidak bisa bertemu dengannya hari ini.

Plan menggangguk mengerti dan berdiri didekat salah satu kursi yang ada disitu.
Plan mulai memperkenalkan dirinya dan semua orang di ruangan itu menyambut Plan dengan baik. Hampir semua orang diruangan itu adalah kakak tingkatnya Plan, hanya 3 orang yang setingkat dengannya termasuk dirinya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 kurang, Plan bergegas pamit dari club itu dan berlari menuju ruang bahasa.

Plan melihat Bas yang baru saja keluar dari ruangan yang bertuliskan perpustakaan diatasnya itu dan menghampiri pemuda cantik itu.

"Hai Bas, mau ke kelas bahasa juga kan? Bareng yuk"

"Okay" Bas menjawab sambil membawa beberapa buku besar ditangannya yang membuat Plan risih dan mengambil buku itu dari tangannya Bas

"Sudah, biar ku bantu." Plan tersenyum kearah Bas, yang membuat wajah Bas semakin memerah semerah tomat. Tambah lagi Plan terus menggoda Bas yang membuat Bas salah tingkah dengan sikap Plan.

Walaupun Plan terlihat nyaman bersama Bas, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Jantungnya terasa aneh setiap kali ia membuat Bas tersipu ataupun saat menggodanya. Tapi sepertinya Plan tidak perduli akan itu dan terus melakukannya hingga sampai di depan ruang bahasa.

Mereka berjalan masuk bersama, tidak lupa untuk Plan menuju ke meja Bas yang yang berada didepan meja miliknya dan meletakkan buku besar itu, dan pergi ke tempatnya sendiri.

Tanpa Plan sadari, orang yang duduk disebelahnya walaupun terlihat seperti sedang tidur, tetapi telinganya mendengar semua yang dikatakan Plan semenjak Plan bertemu dengan Bas didepan perpustakaan. Mean tidak pergi kemana-mana, hanya di situ sedari tadi dan fokus mendengarkan suara Plan diantara suara lain yang saling sahut-menyahut ditelinga Mean.

Dan Mean sangat risih sekalipun kesal dengan perlakuan Plan ke Bas.

.

.

.

Bersambung...

.

.

.

.
Vote if u like it💙
Sorry ceritanya agak gaje😅
#mocclub
jonquil_Alstroemeria

The Eternal Highgate |Book1 END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang