☀️Full Moon☀️

286 36 21
                                    

Hari yang sangat melelahkan dirasakan Plan akhir-akhir ini karna dia terus dikelilingi para werewolf yang haus akan pertanyaan tentang Plan.

Rencana untuk menyembunyikan jati diri, gagal...... Check .

Plan menghela nafasnya dengan berat sambil diusapkannya handuk kecil kerambutnya yang masih basah karna baru selesai mandi.

Didudukkannya dirinya disofa empuk beludru diruang tamu itu. Plan berfikir untuk tidak berburu karna bulan terlihat bulat sempurna malam ini dan Plan tidak mau lagi berurusan dengan serigala berbadan besar diluar sana.

Plan menyandarkan badannya ke sofa empuk itu dan memejamkan matanya. Ruangan itu sungguh senyap dan sepi, hanya terdengar suara semilir angin memasuki ruangan melalui ventilasi diatas jendela. Suara jam dinding yang berdetik pun terdengar semakin keras di telinganya.

Dug

Plan membuka matanya, ia jelas-jelas mendengar suara itu. Plan melihat kesekitarnya, dia tau betul kalau dia hanya tinggal sendirian dirumah itu.

Ia mencoba untuk menghiraukan suara tadi, "mungkin hanya imajinasiku", pikir Plan.

Belum lagi Plan menyandarkan bahunya di sofa, Plan mendengar suara itu lagi hanya saja suaranya lebih pelan dari yang tadi seakan terdengar seperti langkah kaki.

Ataukah memang suara langkah kaki.

Plan bangkit dari sofanya dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.

Whuss.....whusss.....

Plan mendengar suara angin kencang dari kamarnya itu. Dengan segera Plan melompat masuk kekamarnya dengan sikap kuda-kuda siap bertarung tapi yang dilihatnya hanya jendela disamping tempat tidurnya yang terbuka lebar.

"Apa tadi aku lupa mengunci jendelanya ya?"

Plan mendekat kearah jendelanya dan menguncinya. Tak lupa ia mengecek untuk yang kedua kalinya apakah sudah terkunci dengan benar, karna hampir setiap malam, angin seperti sedang balapan.

Plan membalikkan badannya, tapi ia dikejutkan oleh seseorang yang ada didepannya.

"Mean?, Apa yang kau lakukan disini?" Plan mengelus dadanya akibat terkejut akan kedatangan Mean yang tiba-tiba.

"Aku hanya mau datang bertamu" Mean menjawab dengan santainya sambil memutar bola matanya kearah kirinya.

"Kalau mau bertamu, kau seharusnya lewat pintu depan, dan juga bagaimana kau bisa naik keatas sini?" Plan mulai menaruh curiga kepada Mean.

"Aku memanjat pohon dan melompat ke atap dan pas pula jendelamu terbuka,"

Plan menghela nafasnya dan tersenyum.
"Huft... jadi apa yang kau butuhkan?"

"Dirimu" Ucap Mean pelan.

"Maaf, kau bilang apa? Suaramu terlalu pelan tadi"

"Bukumu, aku mau minjam buku sastramu. Karna ku tak datang ke kelas sastra tadi pagi." Mean tersenyum sambil menaik turunkan alisnya.

"Hm... Okay..." Plan mengisyaratkan Mean untuk mengikutinya jalan menuruni tangga menuju ruang tamu dan menyuruh Mean untuk duduk dulu sementara ia naik ke lantai atas lagi untuk mengambil buku yang diminta Mean lalu turun kebawah lagi.
(Apa ga capek ya Plan bolak-balik naik turun tangga (。ŏ﹏ŏ))

"Nih..." Plan melemparkan buku berwarna hijau itu tepat dipangkuan Mean lalu mengambil tempat duduk disamping Mean.

Padahal Mean dengan Plan tidak terlalu akrab, tapi tetap saja Plan berbaik hati kepada teman sebangkunya yang ngeselin itu.

The Eternal Highgate |Book1 END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang