✨ Promises ✨

92 12 4
                                    

"Hiks... kiks.... Semoga tuan tenang dialam sana" seorang wanita menghapus air matanya diwajahnya yang udah termakan umur itu.

Kini suasana di panti asuhan itu sedang dalam keadaan berkabung suara tangisan terdengar dari anak-anak bahkan suster pengasuh di panti asuhan itu karena Pemilik panti asuhan itu atau yang lebih dikenal sebagai Kim kini tengah berbaring didalam sebuah peti yang masih terbuka yang menampakkan wajah tampan nan putih pemuda itu.

"Bibi kenapa menangis?, Uncle Kim tidak mati, Bi" Seorang anak laki-laki berumur sekitar 5 tahun, datang menghampiri wanita yang sedang menangis itu dan menarik narik dress hitam itu agar perhatian teralihkan ke dirinya

Wanita itu tersenyum, bagaimana seorang anak bisa setegar ini seakan dirinya sendiri tidak. Kehilangan Tuannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. pikirnya.
Ia selalu teringat akan masa saat ia terpuruknya yang hampir membuat nya masuk ke neraka, tapi tuannya itu menyelamatkannya dengan mengijinkan dirinya untuk bekerja sebagai suster pengasuh di panti asuhan, dan membuat tuannya menjadi malaikat dimata para anak anak dan juga dirinya.

"Bibi mengerti perkataanmu, Walaupun Tuan Kim sudah tiada, tapi dia akan tetap ada dihati kita" jawabnya ke anak laki laki tadi sambil menatapnya dengan senyuman yang manis.

Ckk.
Anak laki laki itu berdecak pelan lalu meninggalkan ruang utama tempat berduka itu lalu menuju ke pintu belakang untuk pergi ke tempat favorite nya, taman bermain di belakang panti asuhan itu.

Udara dingin menusuk ke sela pori-pori kulitnya dan membuat sensasi dingin mencekam mendera tubuhnya. Bunyi suara air hujan yang turun mengenai besi dan kayu dari mainan itu, membuat ketenangan kembali pada anak laki-laki itu.
Didudukkannya dirinya ke salah satu ayunan di taman itu dan mendorong tanah yang kini ia pijak guna mengayunkan ayunan yang kini ia tengah duduki.

Krieet  krieet.
Bunyi besi yang bergesekan memenuhi telinga anak itu hingga tanpa ia sadari disamping ayunan yang ia naiki itu, telah ada seorang pemuda berdiri dan memandangi dirinya.

"Kenapa kamu disini, Copter?" Anak yang bernama Copter itu menapakkan sepatunya dirumput dan membuat ayunan itu berhenti seketika.

"Bermain" ucapnya singkat tanpa menoleh kearah pemuda disampingnya

"Oho- Seharusnya kau ikut berkabung di pemakaman uncle mu itu, bukannya disini dan malah bermain"

Copter mengayunkan kakinya dan membuat ayunan yang iya naiki mulai bergerak lagi dan membuat bunyi gesekan itu lagi. Ia tidak mau berbicara banyak. ia mengetahuinya, apa yang sedang dibicarakan pemuda disampingnya yang sangat ia kenal.

Copter memang masih berusia 5 tahun, tetapi ia belajar lebih cepat daripada anak seusianya. Bahkan Copter sudah mengetahui tentang astronomi bahkan klimatologi di usianya yang masih sangat belia, tapi tidak ada yang tau siapa dan bagaimana dirinya kecuali satu orang.

"Copter.-" Panggil pemuda itu ke Copter yang membuat Copter melihat kearahnya tanpa menghentikan ayunannya.
Terlihat wajah lonjong nan tampan dari pemuda yang mengenakan baju berwarna putih itu yang wajahnya kini menunjukkan ekspresi kesal akan anak yang kini tengah ia tatap.

"Ya??"

"Kembali ke upacara pemakaman sekarang juga!" Ucap pemuda itu dengan suara parau yang semakin meninggi sambil menunjuk kearah bagian depan bangunan panti itu.

"Buat apa aku kembali ke pemakaman seseorang yang sama sekali tidak meninggal dan bahkan mungkin sekarang peti itu sudah kosong" Copter membuang wajahnya dan masih mengayunkan ayunannya... Semakin cepat dan cepat hingga bunyi gesekan besi itu mulai memekakkan telinga.

Whooosh....

"COPTER!!!" Bunyi berdecit itu sekarang tidak terdengar lagi, hanya terdengar suara angin yang berhembus melewati pepohonan dan hembusan nafas yang sangat dekat ditelinganya.

Mereka sudah tidak berada di taman itu lagi, melainkan di suatu bagian hutan dekat panti itu

"Panti asuhan itu sekarang milikmu, Copter"pemuda itu memeluk erat Copter

"Jangan biarkan orang lain mengambil alihnya. Aku tau kau anak yang sangat pintar, jadi jangan kecewakan aku." Suara detak jantung terdengar saling bersahut-sahutan diantara kedua orang itu.

"Uncle kan masih hidup, buat apa memberikannya ke Copter?" Didorongnya pemuda yang lebih besar darinya itu dari dekapannya sambil menatap tajam orang didepannya yang kini membalas tatapannya dengan tatapan lembut.

"Aku sudah mati, Ter"

"Tidak"

"Aku sudah mati dari 100 tahun yang lalu"

"Terus untuk apa Uncle mempalsukan pemakaman uncle sendiri?"

Pemuda itu menundukkan kepalanya, mencoba untuk mengeluarkan kata-kata yang mungkin tidak bisa diterima oleh anak-anak, terutama anak-anak seperti Copter yang paling ia sayangi sedari sewaktu ia menemukannya ditaman belakang panti dan ia sangat menyayanginya, tapi rasanya tidak benar.

"Aku----seorang Vampir, Ter."

Ia memejamkan matanya, entah ekspresi apa yang kini dipasang diwajah anak kecil itu setelah mendengar kata-katanya.

"AKU TAU!!!"

Ia membelalakkan matanya, mencoba melihat tepat kearah mata anak itu. Sepertinya Copter mencoba untuk menahan air matanya.

"Dan aku seorang werewolf, apa itu hal yang salah juga? Hiks... Kalau tidak maka uncle juga tidak salah. Jadi jangan tinggalkan Copter"

Airmata Copter telah pecah dan kini membasahi pipi putih berdimplenya itu. Seketika Kim langsung memeluknya, ia tidak ingin melihat orang yang disayanginya menangis seperti ini untuknya. Karena selama ia hidup, tidak pernah ada orang yang mengerti dirinya. Bahkan kakak tirinya sendiri pun tidak pernah mengerti akan dirinya.

"Baiklah, aku janji akan kembali. Tapi kau juga harus berjanji padaku, Copter" Kim melonggarkan pelukannya dan melihat kearah anak yang sedang tersedu-sedu dengan wajah merah didepannya yang kelihatan sangat imut bagi Kimmon

Copter mengusap pipinya guna menghapus airmata dari pipinya "Janji apa Uncle?"

Ia terkekeh sendiri melihat Copter yang terus mengusap usap pipinya yang mana airmata terus menerus jatuh dipipinya. Dihentikannya tangan kanan Copter yang terus bergerak diwajahnya dan terlihat ekspresi lesu dari wajah Copter

"Copter-" disentuhnya pipi Copter dengan lembut dan dieluskan perlahan ibujarinya dipipi berdimple itu dan menatap lekat-lekat mata anak itu dengan penuh perhatian.

"Copter, Berjanjilah untuk tetap menunggu sampai Uncle kembali dan sebelum aku kembali jangan pernah sedikitpun menyebutkan tentang diriku kepada siapapun, dan tetap merahasiakan tentang dirimu bahwa kau itu werewolf. Kau bisa melakukan itu kan?"

Hanya sebentar suasana disekitar mereka terasa sangat senyap tapi sesaat kemudian gelak tawa imut yang khas dari Copter yang membuat Kimmon tersenyum lega melihatnya

"Hihihi. Tentu saja Uncle, itu hal yang mudah. Aku berjanji" Ucap copter sambil memegang kedua pipi Kimmon yang kini empunya sedang tersenyum

Cup-

"Ehhh??? Apa yang kau lakukan Copter? Kenapa kau mencium Uncle?"ia sungguh terkejut dan refleks menyentuh bibirnya yang baru saja dicium oleh anak kecil

"Hehe-- itu adalah cap perjanjian kita. Copter harap Uncle menepati janji Uncle karna kalau tidak Copter bakal mencabik-cabik tubuh uncle" hanya senyuman Copter yang manis yang ia lihat sebelum anak itu melompat kegirangan kembali ke arah panti asuhan.

"Dasar Copter, Padahal itu ciuman pertamaku. Kalau begini bagaimana bisa aku lari darimu?"

.

Tbc

Vote if u like it💙

The Eternal Highgate |Book1 END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang