Ini chapter paling paling paling dah.
.
.
.
"Tuan muda Alphaeus? Apa yang kamu lakukan di sini saat hujan?"
"Princess sudah terlalu lama tidak kembali. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya."
Matanya menatap ke bawah. Aku sangat malu sehingga aku menyembunyikan kakiku yang berlumpur di balik sisi yang lain.
"Ini bukan masalah besar."
"Jika kamu tidak keberatan, aku akan membantumu."
Kemudian Ijekiel mendekat dan aku buru-buru membuka mulut.
"Tidak usah. Felix akan membantuku."
"Aku memegang payung sekarang, jadi sulit untuk bergerak, Princess."
"Apa...."
"Tuan muda Alphaeus datang di waktu yang tepat. Benar kan?"
Apa yang kamu bicarakan Felix?! Ini tidak seperti yang kamu katakan.
Felix menyeringai dengan cerdas. Oh, tidak, apa yang dilakukan pria ini?
"Permisi sebentar."
Sementara aku bingung, Ijekiel menurunkan tubuhnya dan mengambil sepatu di belakangku. Mungkin sepatu itu mudah dibersihkan karena tanahnya begitu tipis.
"Mungkin sebaiknya kamu memakainya di tenda."
"Aku akan melakukan itu."
Aku tidak punya masalah menyeimbangkan diri dengan satu kaki, karena Felix menolongku saya dengan tangannya.
Sekarang Ijekiel di depanku dan menekuk satu lututnya.
"Tunggu, ada kotoran di sana."
"Tidak masalah."
Aku hanya ingin menurunkan sepatuku, tetapi Ijekiel membungkuk di depanku dan bahkan memakaikan sepatu itu padaku.
Sekarang dia masuk ke payung yang dipegang Felix, tetapi rambutnya basah. Aku menatapnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Gambar-gambar Ijekiel dan Jannete, yang kulihat di luar terakhir kali, terlintas di kepalaku.
Ya... Aku pikir aku tahu sedikit tentang bagaimana perasaan Jannete saat itu.
Lalu tiba-tiba sebuah suara rendah terdengar dari bawah.
"Sungguh menakjubkan melihat sepatu sekecil ini muat untukmu."
Suara hujan bercampur dengan suara rendah Ijekiel.
Oh, suasana apa ini? aku sedikit merasa malu. ini...
Aku berkata kepadanya, "Ini bukan pertama kalinya kamu melihat sepatu wanita dan kamu terkejut."
Aku memikirkan Ijekiel dan Jannete saat aku keluar istana terakhir kali, jadi aku berpikir, 'Seharusnya aku tidak mengatakan hal lain.'
Jezekiel masih berjongkok di hadapanku, lalu dia mengangkat kepalanya. Mata bertemu.
"Tentu saja ini bukan pertama kalinya aku melihatnya."
Setelah beberapa saat, dia perlahan-lahan bangkit dari posisinya dan mengulurkan tangan kepadaku.
"Aku akan membawamu masuk. Lantainya licin, kamu akan kesulitan berjalan sendiri."
Aku menatap tangan itu sebentar dan kemudian menyambutnya.
"Terima kasih."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Novel: A Moment [Suddenly, I Became A Princess]
Non-FictionBUKAN FANFICTION! ini cuma potongan scene yang gue suka di Novel. Update random ya, ngga sesuai urutan novelnya. Translet pertama pake gugel, cuma karena bahasanya amburadul, jadi diterjemahin sendiri. Mangkannya ngga 100% sama bahasanya kayak novel...