Claude & Athanasia (3)

4.4K 361 47
                                    

Ingatan Claude balik
.
.
.
Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, aku tiba-tiba terbangun. Apa? apa yang terjadi? bagaimana kondisi sekarang? dimana aku sekarang?

Aku bingung, melihat sekeliling dan mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin. Ah, apa yang dilakukan Lucas? mencoba membunuhku setelah kembali! sungguh orang yang menyeramkan! aku menyentuh kepalaku, aku tidak merasakan ada ranting disana. Aku tidak mati, dan aku tidak merasakan ada yang aneh pada tubuhku. Bagaimana dengan Claude?

Setelah beberapa lama, aku melihat Claude berbaring di sampingku tak sadarkan diri. Aku menggoyangkan tubuhnya lembut, berharap dia terbangun.

"Papa, papa..."

Aku tidak tahu apakah ini karena Lucas, tempat kami berbaring bukan di lantai yang dingin, tapi di kasur lembut. Sepertinya sekarang sudah fajar, sinar matahari mulai masuk dari jendela. Aku memeriksa Claude dengan hati-hati, tidak menemukan cabang ataupun Luka, namun kenapa dia tidak bergerak?

Aku mendekatkan telingaku ke dada Claude, dan setelah mendengar detak jantungnya, aku membuang napas lega. Setelah membuat kami seperti ini, kemana Lucas pergi?

"Uh,"

Aku mendengar suara lemah Claude, aku segera menatapnya.

"Papa, apakah kau sudah bangun?"

Meskipun kesadaran Claude belum sepenuhnya kembali, dia merasakan sakit saat jatuh kemarin. Ketika aku terbangun lebih dulu daripada Claude, aku dengan hati-hati memastikan keadaan Claude.

"Papa, apa kau merasa tidak nyaman?"

Karena Lucas memasukkan cabang besar kemarin, itu sangat menghawatirkan. Meskipun tubuhku baik-baik saja, tapi Claude, aku tidak tahu.

Mata Claude perlahan mulai fokus, lalu dia menatapku dengan tajam. Namun sesaat kemudian, tatapannya padaku berubah.

"Papa?"

Apa yang terjadi? apa ada efek lain dari benda itu? Lucas, apa yang kau lakukan padaku? ketika aku merasa khawatir, ekspresi Claude terus berubah, terkadang bingung, terkadang kesakitan.

"Athanasia,"

Akhirnya di tengah kepanikanku, dia memanggil namaku. Saat itu, aku menatap wajahnya dan aku merasa kesulitan bernapas.

Apa ini mimpi? aku merasa suara dan matanya sedikit berbeda dari kemarin.

Wajah Claude tenang dan matanya terlihat hangat ketika melihatku. Dia meraihku.

"Sini,"

Saat itu, aku membuka mulutku tanpa sadar dan berbisik.

"Papa?"

Itu suara yang lemah tapi terdengar tegas, seperti ingin memastikan sesuatu, Claude menjawab tanpa ragu.

"Ya,"

Matanya menunjukkan tatapan yang kukenal, tapi aku masih tidak yakin, jadi aku bertanya lagi.

"Apa kau benar-benar papaku?"

Dia menatapku dan mengerutkan alisnya, kemudian dia menjuluran tangannya untuk menyentuh pipiku.

"Ya, aku papamu."

Meskipun raut wajahnya tidak berubah, tapi pandangan hangatnya membuatku mengenalinya.

Aku akhirnya sadar ingatan Claude sudah kembali. Aku menangis dan meloncat dalam pelukannya.

"Papa, papa..."

Aku kira itu tidak apa-apa jika ingatannya tidak kembali, karena aku kira itu bukanlah hal yang aku inginkan. Seperti ketika tidak melihatnya dalam waktu yang lama, aku merasa tidak nyaman. Satu hal yang aku rasakan adalah kehangatan yang Claude berikan membuatku percaya, papa, dia benar-benar kembali.

"Kau terlihat lebih berat."

"Papa, kau bodoh."

"Oh,"

Aku mendengar tawa lemahnya. Aku melihat orang di hadapanku, aku takut dia akan menghilang dalam sekejab, jadi aku hanya bisa memeluknya dengan erat.

Di umur yang ke 15 tahun, Claude kembali padaku. Seperti yang Lucas katakan, ini adalah hadiah ulang tahun terbaik dalam hidupku.
.
.
.
Double update, double seneng ga? Nyambung sama ch sebelumnya soalnya

Novel: A Moment [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang