2. Akhir Pertemanan

819 70 1
                                    

Mereka belum pernah bertemu lagi, semenjak seminggu yang lalu Na Jaemin menghabisi Lee Jeno tanpa ampun, pemuda itu dilarikan ke rumah sakit dan harus rawat inap selama seminggu penuh untuk memulihkan memar dan patah tulangnya.

Jeno benar-benar apes, dia bahkan tidak dapat merasakan nikmatnya makan karena bibirnya terus berkedut nyeri saat dia mencoba membuka mulut. Alhasil hanya buburlah yang bisa dia makan tanpa harus banyak menggerakkan mulutnya.

Ibunya marah besar, ayahnya bahkan tidak sudi menjenguk anak nakal yang hanya suka berkelahi. Tidak, sebenarnya pemuda Lee itu tidak suka berkelahi. Ini pertama kalinya dia berkelahi sampai mengakibatkan luka fisik yang cukup parah. Seberapa nakalnya pun seorang Lee Jeno dia tidak suka dan tidak pernah mau menghabiskan waktunya bertarung bak preman jalanan.

Sebenarnya kali ini Lee Jeno juga tidak berkelahi, dia hanya dihabisi oleh kawan karibnya itu. Mana ada Lee Jeno membalas Na Jaemin? Tidak, kan? Dia sungguh tidak mau mati muda dengan menantang pemuda bersabuk karate tersebut. Dan mungkin di dalam hati kecilnya Lee Jeno, dia tahu yang namanya rasa bersalah. Setidaknya dia harus membiarkan Na Jaemin memukulinya kan untuk perbuatan merebut pacaranya itu.

"Kak Jeno" Sedari tadi gadis itu hanya menggumamkan namanya, Jeno sudah berulang kali mengecek jangan-jangan dia hanya terhubung ke sebuah pesan suara. Tetapi tidak, telepon mereka masih tersambung.

"Jangan hanya menyebut namaku, Hyem. Katakan apa yang ingin kamu katakan. " Dia meringis sesaat, bibirnya masih sakit untuk dipakai banyak bicara.

Kali ini hanya isakan yang terdengar. Sebenarnya sudah berapa banyak gadis ini menangis? Kenapa kesenangan sekejap mata mereka harus dibalas dengan kesedihan dan kerumitan yang panjang?

"Ma-af Kak, a-aku sudah membuatmu ber-kelahi seperti itu-uu. " Suara Hyemi bercampur dengan isakan, sementara Lee Jeno hanya diam, dia benar-benar tidak tahu harus menanggapi bagaimana. Kenapa juga gadis ini harus ada di tengah-tengah pertemanannya dan Jaemin.

"Aku sudah putus dengan Kak Jaemin." Hyemi melanjutkan lagi, kali ini jauh lebih tenang. Lee Jeno sama sekali tidak kaget, karena Na Jaemin itu sama sekali bukan pemaaf dan dia tidak suka hal-hal yang rumit. Jadi seberapa besar pun Hyemi berarti untuknya, dia tetap tidak akan mempertahankannya.

Lee Jeno jadi menerka-nerka, bagaimana nasib pertemanannya setelah ini? Apa dia masih bisa memanfaatkan Na Jaemin untuk menyontek projek mingguannya? Apa dia masih bisa meminjam semua catatan materi lengkapnya sebelum ujian akhir nanti? Seharusnya Lee Jeno memikirkan nasib perkuliahannya dulu sebelum bertindak mengkhianati Na Jaemin, karena sudah pasti tidak akan ada maaf baginya.

"Kamu mau pacaran sama aku? " Lee Jeno linglung

"Nggak, Kak. Aku mau kalian kembali berteman." Hyemi menjawab yakin.

"Udah terlambat Hyem, dia nggak akan mau maafin aku. Lagipula bukannya kamu suka aku?"

"Sangat, Kak. Tapiii, aku akan terus dihantui rasa bersalah jika bersama kakak. " Cicit Hyemi pelan. Hyemi benar, lagipula orang-orang pasti akan mencibir ketika mereka berjalan bersama, bukannya Jeno peduli. Hanya saja dia tidak mau tambah menyakiti Hyemi, mau bagaimanapun juga Jeno menyukainya dan Hyemi terlalu berharga untuk hanya sekedar menjadi gunjingan orang.

"Baiklah. Hubungi aku kapanpun, oke? "

"Siap, Kak. " hening sejenak "Boleh aku jenguk, Kakak?" Hyemi berkata takut-takut

"Nggak usah, Hyem. Krystal ada disini, dia akan menggila. Kakakku mengetahui semuanya. "

Hyemi menghela napas sedih, dia ini apa memang sebegitu bersalahnya? Tentu saja dia bersalah, tapi saat itu dia hanya mengajak Jeno jalan sekali dan entah bagaimana mereka terbawa perasaan dan saling berciuman. Dan dengan malangnya Na Jaemin menyaksikan semua itu.

Revenge [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang