3. Jangan Rusak Hidupmu

583 61 0
                                    

Ini sudah terjadi berulang kali, setiap kali pembentukan kelompok Na Jaemin akan memilih mengundurkan diri daripada berada satu kelompok dengan Lee Jeno. Dia membuat temannya kesulitan, terlebih dirinya sendiri. Karena mahasiswa kelas mereka tentu terbatas dan tidak mudah merombak anggota kelompok, akhirnya dia akan selalu sendiri pada tiap-tiap projek yang seharusnya dikerjakan bersama-sama. Awalnya dia hanya merasa kelelahan dan pusing setengah mati, karena tugasnya sangat banyak dan mengerjakan pekerjaan sendiri tentu tidak mudah. Na Jaemin harus merelakan jam tidurnya, dia juga harus merogoh kocek lebih dalam lagi untuk membeli komponen elektronik yang jumlahnya tidak sedikit. Terlebih akhir-akhir ini dosen sering membahas perilah dia yang tidak pernah tergabung dalam kelompok. Pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab itu berujung pada dia dipanggil oleh dosen pembimbing akademiknya.

Na Jaemin diperingati, bahwa dosen-dosen pengampu mata kuliahnya tidak hanya ingin mengajarkam materi pada projeknya, tapi juga tentang bagaimana sebagai anggota tim masing-masing mahasiswa dapat berkolaborasi dan berperan dalam timnya. Jika Na Jaemin masih tidak mengikuti aturan, mereka tidak bisa menghindari pengurangan nilai. Tidak peduli seberapa baguspun dia menyelesaikan seluruh tugasnya.

Na Jaemin mangkir dari peringatan itu, pada kelas Jaringan Komunikasi Data dosen menyuruhnya keluar. Mengatakan bahwa dia tidak membutuhkan mahasiswa individualis yang tidak menghormati aturan di kelasnya. Dengan tanpa penolakan dia keluar, dan hanya sampai tahap inilah Lee Jeno bisa berdiam diri. Sebenarnya apa mau Na Jaemin? Apa dia baru akan puas kalau Jeno lenyap dari hadapannya?

Setelah kelas itu usai, Lee Jeno segera menyambar tasnya, tidak peduli pada panggilan Lucas yang memperingati akan jadwal praktikum mereka setelahnya.

"Ayo ngomong sama gue. " Baru kali ini, Na Jaemin melihat wajah Lee Jeno yang teramat serius, bahkan saat mereka bertengkar Lee Jeno tidak pernah seserius itu.

Tetapi Na Jaemin tetaplah Na Jaemin, dia merasa bahwa semua urusannya sudah selesai dengan pemuda itu dan dia tidak memiliki kewajiban untuk menanggapi Lee Jeno lagi.

"Na Jaemin. " Lee Jeno meninggikan suaranya, semua orang di ruangan itu menoleh tidak suka kepadanya, ini zona merah perpustakaan jadi seharusnya dia tidak membuat keributan.

"Lu ganggu orang-orang" Na Jaemin masih tekun menulis dalam lembar laporan praktikumnya, tanpa peduli bahwa Lee Jeno sudah terbakar kemarahan.

"Gue bakalan lebih ganggu kalau lu nggak ikut sama gue "

Akhirnya Na Jaemin bangkit berdiri, meladeni orang bodoh ini harus dengan hati-hati. Dia tidak mau menjadi tontonan publik dengan Lee Jeno terus meneriakinya.

Saat tiba di taman depan perpustakaan fakultas mereka, alih-alih mengacuhkan Lee Jeno tetapi Na Jaemin hanya terus berjalan tanpa peduli bahwa Lee Jeno menginginkan mereka berbicara. Lagipula tidak ada lagi yang ingin dia bicarakan dengan mantan temannya ini.

"Na Jaemin. " Lee Jeno menarik pundaknya dan membalik tubuh Jaemin untuk berhadapan dengannya, dengan kasar Na Jaemin menepisnya. Itu menyebabkan ngilu pada bekas patah tulang Jeno yang sampai sekarang belum pulih sepenuhnya.

"Apa urusan lu, hah? "

"Apa yang lu lakuin sama kuliah lu akhir-akhir ini? " Tersirat lelah di wajah Lee Jeno, Na Jaemin hanya mencibir di dalam hati. Bukannya seharusnya dia yang lelah? Pemuda dihadapannya ini sudah merebut pacarnya dan sekarang mau mengusik kedamaiannya pula.

"Lu bener-bener mau ngehindarin gue? Jadi belum puas kemarin mukulin gue? Gue ngebiarin lu saat itu supaya semua benci lu itu nguap. " Lee Jeno terengah-engah

"Apa peduli lu, ha? " Na Jaemin masih keras kepala dengan terus mencoba berjalan lagi, sebelum Lee Jeno mencengkram kasar tangannya.

"Gue nggak macarin Hyemi. Lu bisa balik sama dia lagi. " Mendengar itu Na Jaemin menyeret Lee Jeno ke sisi belakang taman, dia menghajarnya lagi, membabi buta.

"Lu pikir Hyemi barang?" Na Jaemin menendang tangan Lee Jeno yang minggu lalu patah tulang, dan tentu saja dia tidak tahan untuk tidak meringis. Demi apapun itu sakit.

"Dan bisa lu balikin kapan aja setelah lu bosan? " Kali ini Na Jaemin menarik kerahnya untuk berdiri, bibirnya yang baru dapat merasakan masakan enak ditinju lagi. Dengan tanpa berhenti dia menghajar wajah tampan Lee Jeno.

Dari seberang mereka Lucas berlari terbirit-birit, di belakangknya ada Renjun yang menyusul.

"Naa, Tenang" Huang Renjun merangkul bahu Na Jaemin agar pemuda itu berhenti

"Brengsek, gue harus mukul dia. Dia pikir dia siapa? Bisa mainin Hyemi kayak gitu? " Na Jaemin terus maju, kali ini menendang tulang kering Lee Jeno tanpa ampun. Entah apa yang akan terjadi pada pemuda bermarga Lee itu setelahnya.

Tiba-tiba mereka semua terdiam, Lee Jeno tertawa sangat keras. Itu seperti lagu kematian bagi Lucas dan Renjun, sedangkan Jaemin sungguh semakin dibuat emosi.

"Jadi lu cinta banget ya sama dia? Sampai lebih rela gue sama Hyemi daripada ngebuang dia? " Wong Lucas membungkam mulut Lee Jeno, temannya ini sungguh cari mati.

"Na Jaemin, Lu boleh menghajar gue sepuas hati lu. Boleh ngutuk gue dengan seluruh hidup lu. Tapi jangan ngerusak hidup lu, jangan bikin itu berpengaruh sama kuliah lu. Apa pentingnya gue buat lu?"

Na Jaemin meludah dengan kasar "Omong kosong, Lu nggak lebih dari seorang bajingan."

"Maka dari itu jangan rusak masa depan lu karena gue. "

Na Jaemin masih terdiam, dia ingin menghajar lagi, tapi Renjun terus memeluk erat tubunnya sampai dia tidak bisa bergerak, dia tidak mau melukai Renjun hanya demi menghajar bajingan tengik di hadapannya itu.

"Gue sungguhan nggak pernah menangin hatinya, dia sayang elo sampai nggak sanggup buat sama gue. Na, gue nggak pernah nganggap semua orang bakalan milih gue dibanding milih lu. " Jeno sudah kehabisan napas. Tapi dia masih ingin berbicara.

"Jadi jangan hiraukan gue, lakuin aja kegiatan lu seperti biasa. Kalau lu nggak bisa nahan kebencin lagi, hajarlah gue sekali-kali. Setidaknya itu yang bisa gue lakuin demi pertemanan 5 tahun kita. "

Na Jaemin akan membalas dengan meneriakkan makiannya saat Lee Jeno kehilangan kesadaran. Lucas Panik, dan Renjun buru-buru menghubungi teman yang lainnya untuk membawa Lee Jeno ke rumah sakit. Mereka tidak bisa menelepon ambulance, tidak jika mereka tidak ingin Jaemin dipenjarakan.

Revenge [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang