9. Shin Ryujin

345 40 2
                                    

Lee Jeno mengetukkan jarinya pada kemudi. Matanya memang lurus ke depan, tetapi sedari tadi pikirannya mengawang, mencoba mencari-cari kalimat yang tepat untuk bertanya pada pemuda yang sedang duduk di sampingnya, asyik memainkan ponsel pintarnya.

Hari ini dia kebagian menjemput pemuda Na di bandara. Tidak sih, sebenarnya Lee Jeno yang memaksa. Berdalih bahwa dia ingin ditemani Jaemin makan.

Lee Jeno melirik dari ujung matanya, ada segaris senyum dari bibir milik Na Jaemin. Ah, betapa senyum itu secara otomatis membuat dia tersenyum juga. Tak peduli apa alasannya, tetap senyum Na Jaemin akan menjadi kebahagian tak terbantahkan untuknya. Lagipula sewajarnya begitu bukan? Sahabat akan bahagia untuk sahabatnya.

Mungkin juga tidak.

Lee Jeno selalu mempunyai sesuatu yang lebih jika itu menyangkut Na Jaemin. Ada sesuatu tak bernama yang ia simpan, yang ia pendam diam. Entahlah, dia sama sekali tidak ingin mengartikannya. Dia tahu bukan sesuatu yang baik yang akan didapatnya. Jadi untuk apa repot-repot jika dia bisa merasakan tanpa mendefinisikan. Bahagia tanpa tahu apa sebabnya.

"Na." Lee Jeno mencoba mengurai, ingin segera menghilagkan tanya yang terus berputar dalam kepalanya.

"Hmm." Jaemin menyahut singkat, sama sekali tidak menoleh pada Lee Jeno.

"Lu deket sama Ryujin, ya?" Ada yang berbeda dari suaranya. Lee Jeno sadar itu.

Pemuda Na akhirnya menoleh, dahinya mengernyit heran.

"Lah kan kita setim ya deketlah. Kenapa emang?"

Bukan itu sih yang Lee Jeno maksud sebenarnya, tapi bagaimana menjelaskannya ya?

"Mmm nggak papa." Dia menyerah, habisnya tidak ada ide lagi untuk mengorek mengenai hubungan sang sahabat dengan Shin Ryujin.

Na Jaemin hanya angkat bahu saja, kembali asyik mengetik balasan untuk teman berkirim pesannya, Shin Ryujin. Ngomong-ngomong pertanyaannya tadi, apa Jeno sepeka itu? Kan dia belum cerita apa-apa.

"Eh, Jen. Menurut lu Ryujin gimana?"

KAN. Lee Jeno membatin dalam hati.

"Gimana apanya?"

"Ya orangnya."

"Ya mana gue tahu. Deket aja enggak."

"Halah, sampis lu." Na Jaemin ngomel, tidak mendapatkan jawaban yang diharapkan dari sahabatnya.

"Lu beneran ada apa-apa kan, Na, sama dia?" Sekalian saja kan ya, Lee Jeno memang butuh jawaban.

"Kayaknya gue bakalan jadian deh sama Ryujin." Tidak kaget, Lee Jeno sedikit banyak sudah menduganya. Na Jaemin itu pendiam, susah berteman. Tapi dari story yang dia lihat kemarin bisa disimpulkan bahwa Shin Ryujin membuatnya nyaman. Mereka akrab berangkulan, Na Jaemin bahkan memancarkan sinar megawatt dari matanya saat dia menatap Shin Ryujin.

"Good luck deh." Jawaban kelewat datar Lee Jeno sama sekali tidak diperhatikan oleh Na Jaemin.

***

"Jen...Jenoo." Chaerin menghela napasnya, akhir-akhir ini kekasihnya itu sering mengabaikannya. Menjawab singat pesannya, ogah-ogahan menjawab teleponnya, dan melamun saat sedang keluar bersamanya.

"Jenooo ih." Ditepuk pelan tangan pacarnya itu, sampai Lee Jeno berjengit kaget dan segera memberikan cengiran lebar pada Han Chaerin.

"Kenapa, Chae?" Jawabnya sambil mengelus pelan puncak kepala Chaerin, merasa bersalah karena telah mengabaikan pacarnya.

"Kamu nggak dengerin ceritaku ya dari tadi?"

"Maaf ya. Aku lagi banyak pikiran."

"Kenapa lagi? Kan Jaemin udah pulang, udah nggak usah khawatir dia nge club lagilah, Jen." Chaerin tertawa, amat ringan di telinga Lee Jeno. Iya, dia menyukai pacarnya. Lee Jeno yakin itu.

"Kalian tuh so sweet tahu nggak, Jen. Pengen deh punya sahabat lama yang bisa deket terus kek kamu sama Jaemin. Ya walaupun  keseharian kalian saling mengumpati yaa." Lanjutnya, masih tetap tertawa.

Lee Jeno hanya menanggapinya dengan tersenyum. Miris dalam hati sebenarnya. So sweet apanya? Na Jaemin mana pernah menganggapnya sih? Mana pernah perhatian dan peduli padanya? Mana pernah bersikap manis? Rasanya ini persahabatan yang bertepuk sebelah tangan saja.

Buktinya si pemuda Na belum sama sekali menghubunginya semenjak pulang dari Jepang. Ah lagipula kapan sih Na Jaemin pernah menghubungi Lee Jeno duluan. Yang ada selalu dia yang menghubungi lebih dulu.

"Jen, kamu tahu Ryujin temanku kan?"

"Iya. Kenapa?"

"Dia cerita kalau lagi dekat sama Na Jaemin."

"Ya, Jaemin udah bilang."

"Wah, sepertinya habis ini kita bisa double date, Jen." Chaerin berseru riang, tidak tahu saja Lee Jeno di sampingnya sudah beraut masam.

Double date, ya? Lee Jeno rasa-rasanya lebih suka kencan dengan Chaerin saja dimana si pemuda Na yang selalu ikut bersama mereka. Tidak dengan menambah satu manusia lainnya.

Revenge [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang