10. Tidak Bisa Lari

385 42 1
                                    

Malam minggu, kencan bersama pacar, di mall yang paling tersohor di kota. Harusnya itu menjadi kesenangan para anak muda. Menikmati waktu senggang sambil bersenang-senang, apalagi jika ditemani dengan yang tersayang.

Iya, mereka sungguhan jadi double date. Entah siapa yang memulainya, tahu-tahu pagi tadi Chaerin sudah mengirim pesan bahwa Lee Jeno harus mengosongkan jadwal. Mereka ada kencan, tidak tahu saja jika Na Jaemin termasuk di dalamnya. Dengan Shin Ryujin pula.

Benar, mereka sudah jadian. Tepat satu minggu setelah Na Jaemin pulang dari Jepang. Dan sekarang sedang di puncak berbunga-bunganya. Lee Jeno sampai silau dengan senyum tiada henti yang terus Na Jaemin pancarkan. Saat memandangi ponselnya, saat menyebut nama Ryujin-nya atau saat Jeno dengan basa-basi menanyai bagaimana perkembangan hubungan mereka.

"Jaem, kamu mau pesen apa?" Dengan senyum manis Ryujin menanyai pacarnya, tangannya dengan cekatan membolak-balik buku menu. Dari tadi Jeno terfokus pada tangan sahabatnya yang dengan nyaman bersandar pada bagian belakang kursi Ryujin, seperti merangkulnya. Mereka ini tidak tahu malu apa gimana? Batinnya dalam hati.

"Aku ngikut kamu deh, Jin. Nggak ngerti juga sama menunya. " Mereka memang sedang makan di restoran korea. Dua cewek itu bersemangat ingin mencoba tempat baru yang katanya lagi hits di sekitar kampus mereka.

"Kamu mau apa, Jen? Dari tadi ditekuk mulu wajahnya. " Kali ini pacarnya yang berbicara, Jeno hanya memberikan senyum kecil. Sama dengan Jaemin, dia mana tahu dengan makanan Korea. Kalau masalah wajah ditekuk salah siapa Chaerin tidak bilang bahwa mereka akan double date dengan pasangan baru itu.

"Aku nggak ngerti juga, Chae. "

Ryujin tertawa.

"Samaan ya kalian, selama ini makannya dimana sih?" Gadis itu mengalihkan pandangan pada pacarnya, Na Jaemin. Yang hanya senyum canggung sambil garuk-garuk lehernya yang tidak gatal.

"Ya udah, Jin. Gue sama Jeno Samgyetang aja kali ya. Ayam kan biar aman ntar Jeno nggak doyan lagi menu aneh-aneh. " Chaerin menengahi.

"Jaem, aku mau sundubu jiggae nih. Sup daging gitu. Mau itu?"

Jaemin mengangguk. Lalu selesailah kebingungan mereka perihal menu makan.

"Serius deh, kalian biasanya makan dimana?" Ryujin dengan antusias menanyai mereka, matanya bergantian melirik Jeno dan Jaemin.

"Jeno suka hunting sih, tapi makanan lokal." Na Jaemin menjawab pelan, sementara Lee Jeno sama sekali tidak berniat menanggapi. Moodnya emang udah hilang dari tadi.

"Suka hunting apa biasanya, Jen?"

"Sate." Terpaksa menjawab kan ya.

Tangannya ditepuk oleh Chaerin.
"Kamu kenapa sih, Jen? Suntuk gitu dari tadi?"

"Nggak papa." Ada senyum kecil yang disunggingkan, tapi tidak cukup meyakinkan Chaerin.

"Laprak lo belum selesai, kan? Siapa suruh kemarin malah main game saat gue ngerjain." Na Jaemin menyahut, merasa tahu bahwa laprak lah sumber kegalauan temannya itu. Lee Jeno memang pemalas.

"Yaelah masalah laprak ini. Entar aku bantuin, Jeno. " Chaerin tertawa kecil menutup diskusi mereka tentang kenapa Lee Jeno terlihat suntuk. Walaupun itu tidak benar, dia sama sekali tidak ingin membantah.

Kencan itu pada akhirnya berjalan lancar. Setelah makan mereka nonton bioskop, setelah itu datang ke alun-alun kota yang kebetulan sedang ada pasar malam. Jeno pikir Jaemin itu termasuk yang canggung dan malu-malu saat berkencan, seperti dengan Hyemi dulu. Tapi sekarang yang dia lihat temannya benar-benar menikmati kehadiran Ryujin di sisinya. Sibuk bercanda, sentuhan-sentuhan kecil saat mereka saling berbicara.

Revenge [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang