Mereka sedang duduk asyik di balkon kamar Na Jaemin. Ini malam minggu yang cerah, bulan bersinar terang dan tidak ada tanda-tanda kalau hujan akan datang.
Sambil memetik gitarnya santai Lee Jeno sekali-kali menoleh pada Na Jaemin yang sedari tadi sibuk berkutat dengan laptopnya. Entah mengerjakan apa.
"Na, Please. Ini malem Minggu ya. Rileks bentar napa?" Tegurnya malas-malasan.
Tidak ada jawaban, yang terdengar hanya petikan merdu gitar Lee Jeno dan bunyi 'klik' berkali-kali dari mouse Na Jaemin.
"Na, Laper. " Dia sudah tidak berminat memainkan gitarnya, bunyinya sudah asal-asalan, tetapi tetap merdu sih. Lee Jeno kan masternya gitar, mau semales apa dan se asal apa dia memetik gitarnya tetap tidak akan ada nada sumbang, yang ada malah membuat tenang.
"Na."
"Hmm."
"Jaemin."
"Hmm."
"Na Jaemin~" Rengek Lee Jeno.
"Berisik."
"Ayo makan~" Rengeknya lagi.
"Bacot, makan sendiri sana." Ah galaknya sudah keluar lagi. Lee Jeno terpaksa berdiri, berniat menyeret Pemuda Na itu.
"Jen, Plis ya. Gue harus ngelarin ini." Protesnya kesal, Lee Jeno tidak peduli. Dilepasnya kacamata yang bertengger manis di hidung sahabatnya, lalu dibereskannya seluruh laptop beserta tetek bengeknya. Jeno sungguhan lapar, dan yang lebih penting Na Jaemin belum makan sejak tadi.
"Nanti dilanjutin lagi. Makan dulu sekarang. " Omelnya sambil dengan cekatan menyampirkan jaket di bahu Na Jaemin.
"Mau apa?" Tanyanya, mereka sedang berjalan beriringan. Keluar dari apartemen Na Jaemin. Di samping gedung megah apartemen ini ada deretan tempat makan jalanan. Disana rame dan banyak pilihannya dan yang lebih penting lagi, dekat. Cocok untuk Na Jaemin yang mager berat.
"Soto." Jawabnya singkat, pandangannya terfokus pada ponselnya, sementara itu tangannya ditarik Lee Jeno masuk ke dalam lift.
"Jangan ah. Makan sayur. "
"Nggak. Pengen soto. "
"Sop aja ya. "
"Nggak."
"Kan sama-sama berkuah, Na. "
Dan masih banyak lagi perdebatan lainnya. Ya meskipun kalau untuk urusan makanan Lee Jeno akan selalu menang. Lelaki itu pemaksa, dia seperti tidak ada takutnya membantah kalau sudah membahas mengenai menu makan mereka. Jangankan tatapan tajam Na Jaemin, bogem aja nggak mempan. Katanya sih gini :
"Gue rela deh lu aniaya. Asalkan lu makan sehat. " Kalau sudah begitu Jaemin hanya akan memutar bola matanya. Lee Jeno dan kalimat cheesynya. Dia pikir itu mempan? Hanya gadis kasmaran di kampus mereka saja yang akan kejang, Na Jaemin tidak.
Perdebatan itu berujung mereka yang menikmati sop ayam plus sayur. Tidak pedas, Na Jaemin sungguh tidak suka.
"Kak" Suara itu sempurna menginterupsi mereka dari acara khusyuk makannya. Canggung, gadis itu tersenyum dengan canggung. Tapi tak urung duduk di depannya juga.
"Makan disini juga?" Tanya gadis itu lagi. Oke, ini jelas basa-basi. Jeno dan Jaemin masih terdiam. Bingung menanggapi. Sudah berapa bulan ya mereka tidak bertemu? 5 bulan? 6 bulan?
"Eh iya. " Ini Jeno yang menjawabnya dan Jaemin hanya melemparkan senyum canggung.
"Apa kabar, Hyem?" Ini Na Jaemin yang bertanya. Lee Jeno dapat melihat binar kerinduan di kedua bola mata pemuda Na. Mau bagaimana pun juga dia adalah cinta pertama Jaemin. Lee Jeno maklum.