8. Kesibukan

366 49 3
                                    

Akhir-akhir ini Lee Jeno susah sekali menemui sahabat sehidup sematinya itu. Na Jaemin hanya terlihat di kelas perkuliahan mereka, selepas itu Pemuda Na akan buru-buru pergi dan tidak akan pulang meskipun Lee Jeno sudah menungguinya di apartemen sampai malam hari.

Iya, dia sedang sibuk persiapan lomba. Kontes robot itu benar-benar menyita waktu pemuda itu. Bangun pagi, kemudian tidur dini hari. Begitu terus sampai rasanya tubuhnya tidak terurus.

Lee Jeno melihat kantung matanya, rambutnya yang biasanya rapi kini acak-acakan. Dia jadi khawatir sendiri jangan-jangan pemuda itu melewatkan jam makannya. Kebiasaan Na Jaemin yang sulit hilang itu akan semakin berkembang jika tidak diingatkan.

Maka dengan membawa segumpal kekhawatiran dia mendatangi markas besar tim robot kampus mereka.

"Yo, Jen. Mau nyari siapa?" Sapa salah satu pemuda di pintu masuk markas mereka

"Halo, Bang Mark. Nyari Jaemin ni. " Jawabnya sambil tersenyum,  mereka berhigh five sebentar kemudian Jeno dipersilahkan masuk begitu saja.

"Masuk aja, Jen. Cari satu-satu, rame banget di dalem. Nggak tahu gue Jaemin di ruangan mana." Katanya

"Oke, Bang Mark."

Sepanjang menyusuri rumah 2 lantai yang menjadi markas besar tim robotik itu Jeno banyak menghentikan langkahnya. Terpaksa berbasa-basi walaupun dia sungguh ingin segera menemukan Jaemin. Banyak yang menyapanya, jelas saja pemuda hidung bangir itu memang terkenal di kampusnya. Dia saja sebenarnya tidak hapal nama-nama siapa saja yang menyapanya, tapi mereka mengenalnya.

Setelah menyusuri lantai satu dan naik ke lantai dua, Lee Jeno menemukan pemuda Na itu sedang berkutat dengan laptopnya di ruangan paling ujung lantai dua. Ada 5 orang disana, yang kesemuanya seperti sudah kehilangan jiwa. Lee Jeno hanya bisa menggelengkan kepala, pasti mereka begadang.

Diketuk pelan pintu yang terbuka itu.

"Eh Jeno." Itu Shin Ryujin, yang kebetulan duduk menghadap pintu, disampingya ada Jaemin, tetapi pemuda itu sama sekali tidak menoleh. Fokus pada layar di depannya.

"Nyari Jaemin?" Tanya Ryujin lagi, Jeno hanya menganggukkan kepalanya sambil melemparkan senyum saat orang-orang di ruangan menyapanya ramah.

"Jaem, ada Jeno tuh."

Pemuda itu baru bangkit saat Ryujin menggoyangkan tangannya. Benar-benar. Si manis gila bekerja.

"Maklum, Jen. Ada gempa juga Jaemin nggak bakalan sadar. " Kelakar Shin Ryujin sambil tertawa keras

"Makasih ya, Ryu. " Kemudian Na Jaemin menyeretnya ke balkon samping ruangan mereka.

"Ngapain kesini lu?" Tanya pemuda itu malas-malasan.

"Ckckck. Lihat deh wajah lu kayak zombie. " Lee Jeno menggelengkan kepalanya.

"Persetan. Ngapain lu kesini? Cepetan gue masih ada kerjaan. "

Melihat raut kesal sahabatnya Lee Jeno tidak jadi berbicara, segera diulurkannya paper bag yang sedari tadi berada di tangan kirinya.

"Nih ada camilan. Buat temen-temen lu. "

"Ada nasi juga. Dimakan. Yang itu buat elu, harus dimakan pokoknya. " Lanjutnya lagi.

"Iya bawel. "

"Lusa kan ke Jepangnya?"

Na Jaemin hanya menganggukkan kepalanya.

"Besok pulang, gue anter ke bandara. Tas lu juga udah gue beresin. "

"Gue bareng anak-anak ke bandara. Yaudah lu pulang, gue mau balik ke dalam. " Na Jaemin akan berbalik saat tubuhnya ditarik tiba-tiba.

"Sat, lu ngapain sih?" Erangnya kesal, cepat-cepat memberontak dari Lee Jeno. Masalahnya Lee Jeno bodoh ini tiba-tiba memeluknya, MEMELUKNYA.

Revenge [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang