Lee Jeno jadi buronan.
Ya, dia sedang dicari oleh semua orang. Tidak sih, lebih tepatnya Han Chaerin yang sibuk mencarinya, yang tentu saja akan mencecar Jaemin sebagai teman terdekatnya dan hasilnya si pemuda Na itu juga ikut-ikutan membombardir kolom chat mereka.
Jen
Jenoo
Chae nyariin
Lo kemana aja sih?
Heh, lo ngilang ya emang?
Lee Jeno berdecih membaca pesannya. Tuh kan Na Jaemin mana sadar kalau dia belakangan menghindar kalau saja Chaerin tidak merecokinya.
Bodo amat, Lee Jeno sedang malas berhubungan dengan mereka. Dia semingguan ini pulang ke rumah, bolos kuliah. Kepalanya serasa mau pecah, ada banyak bisik-bisik dalam kepalanya. Dan bertemu dengan Jaemin benar-benar memperparah semuanya. Apalagi dengan agenda doble date mereka yang hampir ada setiap bulan setelah yang pertama kali dulu. Dan pada bulan ketiga ini Lee Jeno menyerah. Dia benar-benar bisa gila jika harus meneruskan semuanya.
Tok tok tok
Ada yang mengetuk pintu kamarnya, Lee Jeno menyahut lalu sesaat kemudian pintu itu terbuka.
"Makan, Jen. Kamu belum makan dari kemarin siang. " Ibunya masih memakai celemek, mungkin baru selesai memasak. Belakangan ini Lee Jeno sering diingatkan makan, sudah seperti Na Jaemin saja.
Kan, dia jadi rindu si pemuda Na.
"Nanti, Bu." Jawabnya, masih belum beranjak juga dari kasur. Lee Jeno sepertinya mengalami puber kedua. Galau-galauan sepanjang minggu, jarang mandi, makan jika ingat.
Terdengar helaan napas ibunya, wanita paruh baya itu menghampiri Jeno. Duduk di tepi ranjang putranya kemudian mengelus surai hitam Jeno.
"Lagi ada masalah ya?" Tanyanya pelan
"Ya" Jeno tidak ingin berbohong, lagipula percuma
"Krystal bilang, kamu lagi berantem sama Jaemin."
"Apa-apaan, Krystal sok tahu. Kita nggak berantem, Bu. "
Ibunya terkekeh pelan, membuat alis Lee Jeno terangkat. Kenapa pula ibu menertawakannya?
"Terus kenapa kalau nggak lagi berantem? Jaemin nelpon rumah tadi, katanya kamu dicari pacarmu."
Lee Jeno hanya diam.
"Kalian rebutan pacar lagi, ya?" Lee Jeno cepat-cepat menoleh, darimana ibunya bisa tahu?
"Nggak usah heran gitu. Anak ibu nggak mungkin babak belur sebegitu parah kalau bukan karena Na Jaemin. " Ibunya tertawa lagi
"Ibu pikir Jaemin preman apa?"
"Tuh kan masih dibela" Senyum ibunya sungguh lebar "Kamu cuma nggak akan ngelawan kalau di pukul Jaemin, kan?"
Benar juga, ibunya benar.
"Sudah ya, jangan lama-lama marahannya. Segera baikan saja. Sama pacarmu ataupun sama Jaemin. " Ibunya berdiri, berjalan meninggalkan kamarnya. Jeno masih malas menanggapi. Siapa juga yang bertengkar? Lee Jeno hanya sedang ingin menghindar.
"Lagipula, Jen" Ibunya berbalik, tangan kanannya sudah memegang handle pintu. Lee Jeno meliriknya sekilas "Ibu bingung, kalian sebenarnya ingin berebut wanita atau hanya ingin memiliki satu sama lain saja?"
Pintu tertutup, rahang Lee Jeno seketika mengatup. Apa kata ibu tadi?
***
"Jaem, masih nggak dijawab ya?" Pemuda Na, menoleh sekilas. Prihatin dengan raut wajah milik temannya yang berantakan.