"Selamat ulang tahun ya, Rin. Semoga semua apa yang lu inginkan kesampaian." Itu adalah ucapan pertama setelah Chaerin meniup lilinnya.
Dari Na Jaemin tentu saja, sang pacar Lee Jeno itu masih sibuk dengan kuenya. Mau membagi dengan rata, tidak peka bahwa pacarnya sedang menanti kalimat cinta dan pelukan darinya.
Kaki Lee Jeno ditendang, dan lagi tentu saja Na Jaemin pelakunya. Pemuda Lee itu mengalihkan atensinya dari kue dengan terpaksa, sambil mengaduh memegangi kakinya. Matanya melotot, bertanya kenapa Na Jaemin tiba-tiba menganiaya dia.
"Kamu nggak mau ngucapin aku dulu, Jen." Chaerin berbicara sambil tertawa kecil, mencoba menengahi sebelum dua sahabat itu adu mulut lagi.
"Ah iyaa, maaf sayang. Aku fokus sama kuenya." Ucap Lee Jeno sambil menggaruk belakang tengkuknya, malu dia. Menjadi perhatian semua orang di pesta kejutan Chaerin.
"Selamat ulang tahun ya, Chae. Semuanya yang terbaik buat kamu. Jangan bosen sama aku. " Sambil memeluk erat gadis manis itu, semuanya bersorak gaduh. Bersuit ria sambil memojokkan mereka untuk segera berciuman mesra.
"Mana ciumnya." Wong Lucas berteriak ngakak, lalu keramaian itu menjadi bersorak dengan kompaknya "Cium cium cium. "
Dengan malu-malu Lee Jeno mengecup dahi Chaerin, senyum tidak pernah luntur dari bibir keduanya. Chaerin begitu bahagia, ini kali pertama Lee Jeno menunjukkan kemesraan bersamanya di depan umum.
"Aduh yang lagi kasmaran"
"Cie cie Lee Jeno bisa pacaran juga akhirnya. "
Dan masih banyak ledekan lainnya, Lee Jeno tidak peduli. Teman-temannya memang laknat sekali.
****
Masih di pesta, Chaerin sudah berkeliling menyambut semua temannya. Lee Jeno senang kejutan kecil yang dibuatnya itu berlangsung meriah dan Chaerin terus saja tersenyum sepanjang acara. Artinya dia berhasilkan membuat pacarnya senang.
"Lu ngado apa?" Ini suara sahabatnya, yang sedari tadi sibuk mencicipi kue yang tersedia disana
"Kepo."
"Dih, sok banget."
"Gue kado baju."
Na Jaemin menatap aneh Lee Jeno saat mendengar jawabannya. Pikirannya sudah melanglang buana.
"Heh? Serius?" Tanyanya tidak percaya, jangan bilang apa yang dibilang si mesum Wong Lucas kemarin benar.
"Kenapa?"
"Lu nggak ngado daleman, kan?"
Lee Jeno membelalakkan matanya, kaget dengan apa yang dilontarkan sahabatnya.
"Sembarangan." Kepalanya ditoyor ke belakang
"Heh Lucas bilang gitu ke gue. Aduh temen gue udah gede ya." Na Jaemin tertawa, senang sekali menggoda Lee Jeno yang seluruh wajah beserta telinganya langsung memerah.
"Mesum, Na." Balas Lee Jeno kesal
"Ahahaha, kayak lu nggak aja, Jen." Masih tertawa, tangannya akan meraih kue yang ada di hadapannya. Entah sudah potongan ke berapa, Na Jaemin ini maniak makanan manis.
"Nggak. Udah 10 potong, Na." Tangannya dicekal, sahabatnya itu sedang menatap kesal, bertambah lebih kesal dari rautnya yang sedari tadi ditunjukkan.
"Gue laper. "
"Ya makanya makan nasi, tuh banyak nasi." Pemuda Lee itu menunjuk pada prasmanan yang memang sudah disiapkan. Oleh Na Jaemin sendiri sebenarnya, mengingat otak dari seluruh kejuatan ini adalah pemuda Na itu. Si Lee tinggal membayar tanpa berpusing-pusing mengatur dan merancang pestanya. Benar-benar, sebenarnya siapa sih yang pacarnya Chaerin?
"Nggak mau. Gue nggak nafsu makan nasi." Katanya enteng
"Heh, nggak usah ngebantah gue ya. Siang tadi lu makan apa coba?"
Benar juga, sejak tadi siang Na Jaemin sibuk persiapan pesta, hanya sepiring pasta yang dia makan. Itupun tidak habis.
"Iya iya, bawel."
"Bawel gini demi siapa? Lu tu kalau sakit ngerepotin gue. "
Tanpa menjawab omelan pemuda Lee itu Na Jaemin segera pergi ke area prasmanan.
"Hei, Jaem."
Na Jaemin mendongakkan kepalanya, di sampingnya ada gadis manis yang sedang mengantri bersama.
"Hei, Ryu. " Balasnya antusias
Ryujin ini merupakan teman sekomunitasnya, mereka lumayan akrab belakangan ini. Maklum satu tim dalam persiapan kontes robot ke Jepang bulan depan.
"Lu temennya Chaerin ya?" Tanya pemuda Na
"Yup. Temen SMA, satu apartemen juga sekarang. Ya jadi diundang deh sama pacarnya." Mereka berbicara sambil menuangkan nasi di piring masing-masing
"Temen lu emang seromantis itu ya, Jaem? Gila kejutannya keren banget. " Tidak tahu saja dia bahwa ini semua ulah Na Jaemin, Lee Jeno mana ngerti sih menjadi pacar romantis.
"Mereka kelihatan saling cinta banget tahu, gue seneng lihatnya. " Ryujin masih belum berhenti bercerita
"Iyalah. Chaerin cantik gitu, si Jeno bangsat itu beruntung, Ryu. " Kelakar Na Jaemin
Lalu Shin Ryujin menatap aneh kepadanya.
"Lu nggak suka sama Chaerin kan, Jaem?" Gadis itu heboh berkedip sambil berjalan menuju meja makan
Na Jaemin lagi-lagi tertawa
"Ya kali. Lu kira gue bakal bales dendam?"
"Bisa aja kan. Gila ya waktu itu berantemnya kalian heboh. Katanya banyak anak yang lihat sampe seluruh kampus rasanya tahu. "
Ah Na Jaemin malu kalau harus mengingatnya
"Hahaha. Ya gitu. "
"Terus-terus si Hyemi itu gimana sekarang? Lu pasti marah ya sama dia, bisa-bisanya ngerusak persahabatan melegenda kalian. " Ryujin bertanya dengan penasaran. Memang dasar Shin Ryujin ini tidak dapat memfilter pertanyaannya. Na Jaemin mendumal dalam hati, kesal pertanyaan sensitif ini kembali ke permukaan.
"Ya nggak, orang cinta." Balasnya enteng
"Lagian gue marahnya ya sama si Lee Jeno bangsat. "
Kemudian mereka berdua tertawa, entah mengapa.
"Jaem Jaem, gue tuh ngakak kalau inget cerita yang si Jeno pingsan elu gebukin. Masa badan gede kalah sih sama elu yang cungkring."
"Enak aja. Gini gini gue megang sabuk karate ya. Mana berani dia sama gue. " Ungkapnya sombong, tidak tahu saja kalau Lee Jeno memang tidak berminat membalasnya.
"Iya deh iya, percaya." Lalu mereka melanjutkan obrolan dengan berbagai topik lainnya, tertawa-tawa tanpa tahu ada sepasang mata yang memperhatikannya.
Ya, mata seorang Han Chaerin.