Part 1

1.4K 138 0
                                    

AUTHOR POV

"Huaahh...hah...hah" Kim Hesa muncul dipermukaan air dengan nafas yang tersengal-sengal.Jantungnya berdetak kencang seperti baru saja menyelesaikan lari maraton.

Ia melihat kebawah,tubuhnya terendam air sungai yang kedalamannya hanya sebatas pingganggnya.Hesa menoleh kearah kanan dan kiri yang dipenuhi dengan pepohonan besar.Kemudian Ia menengadahkan kepalanya dan melihat bulan purnama yang semakin tertutup oleh awan.Ketika melihat bulan purnama,Kim Hesa teringat lagi kejadian ditepi jembatan.

"Ahg..." Kepalanya berdenyut membuatnya mengerang kesakitan.

"...dimana aku?Bukankah harusnya aku sudah mati?Atau.."

"jangan-jangan ini akhirat!" Hesa mulai melangkahkan kakinya naik menuju daratan.Duduk disalah satu pohon besar untuk meredakan rasa pusingnya.

"Tidak mungkin...menurut buku yang ku baca akhirat tidak seperti ini.Apa aku mimpi?" Kemudian padangan Hesa terjatuh di kedua telapak tangannya yang berada dipangkuannya.

"Ah..ini bukan mimpi.Lukaku masih ada...dan juga terasa sakit"

SREK SREK

Kim Hesa berdiri dengan was-was sambil bersembunyi dibalik pohon,matanya mengintai kesegala arah ketika ia mendengar suara gesekan semak-semak.

Hesa merasa takut,mengingat kenyataan bahwa ia berada didalam hutan yang tak pernah ia kenal dan bagaimana ia bisa masuk.

"Aku tidak mau mati dimakan binatang buas..."

Beberapa menit kemudian laki-laki bertubuh tinggi keluar dari arah sumber suara yang membuat Hesa sedikit takut.

Ia berjalan dengan tertatih, tangan kanan memegang pedang yang terlumuri darah segar,sedangkan tangan kirinya memegang perut bagian bawah yang terus mengeluarkan darah.

Hesa menyipitkan matanya,
mengamati laki-laki itu apakah benar manusia atau makhluk jadi-jadian.

"Kenapa dia membawa pedang Oh!...dia mengeluarkan darah!"

Ketika laki-laki itu masih berjalan tertatih mendekati pohon yang Hesa jadikan sebagai tebengnya untuk bersembunyi,tiba-tiba laki-laki bercadar hitam muncul dari arah belakang laki-laki yang terluka itu.

Laki-laki bercadar itu semakin mendekat dengan langkah mengendap-ngedap.Pedang yang sedari tadi sudah siap digenggaman tangannya mulai diangkat keatas,seperti ingin menebas kepala laki-laki yang terluka.

"Oh!Bukankah ini tidak benar jika aku hanya diam saja.."

"T-tapi tapi.." Kim Hesa semakin kalang kabut.Ia bingung harus menolong laki-laki yang terluka itu atau tidak dan jika ia ingin menolong laki-laki itu bagaimana caranya.

Sesaat Hesa teringat kembali kejadian dijembatan,saat ia juga ragu-ragu apakah ia harus menolong wanita yang kecopetan atau tidak.

"Oka Hesa,lebih baik diam saja.Kau sudah memiliki pengalaman sebelumnya,dan hasilnya sangat buruk" Ia berbicara dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa diam adalah pilihan terbaik untuk bisa tetap hidup.

"Oh!Oh!laki-laki bercadar itu semakin dekat" Hesa menggigit ibu jarinya dengan panik,membayangkan apa yang terjadi pada laki-laki yang terluka itu.

"Agh!Persetan dengan pengalaman buruk!" Hesa mencari-cari sesuatu yang dapat mencegah serangan laki-laki bercadar,ia menemukan potongan dahan pohon yang ukurannya seperti tongkat kasti dan segera mengambilnya.

Kemudian,ia mengendap-ngedap diantara semak-semak.Mendekati dua laki-laki itu dan mengambil posisi tepat diantara celah antara laki-laki bercadar dan laki-laki yang terluka.

Pedang laki-laki bercadar mulai diayunkan,Hesa mengambil ancang-ancang dan keluar dari pesembunyiannya.

SRETT

"AWASS" Hesa melesat tepat didepan laki-laki bercadar,dahan pohon yang sebesar tongkat kasti berada diatas kepalanya menahan pedang laki-laki bercadar itu.

"Hah..hah...hah" Nafasnya kembali tersengal-sengal,tangannya kembali bergetar karena luka bakar ditelapak tangannya.

"Agh..s-sialan luka bakar ini.." Keringat membanjiri pelipisnya,yang awalnya hanya tangannya yang bergetar,kini kakinya ikut bergetar.

Hesa tidak kuat menahan beban pedang yang semakin ditekan oleh laki-laki bercadar.

JLEBB

"AGHH!" Nafas Hesa tercekat,matanya terpaku pada laki-laki bercadar yang merintih kesakitan.Semakin lama darah keluar dari mulut laki-laki bercadar dan mengalir keleher hingga Hesa bisa melihatnya secara jelas.

Kim Hesa melihat bagian perut laki-laki bercadar itu tertancap pedang,ia mengikuti arah pedang itu yang ternyata berasal dari sebelah kanan tubuhnya.

BRUKK

Pedang yang menancap diperut laki-laki bercadar ditarik dengan sadis dan akhirnya tubuh laki-laki bercadar itu tumbang,getaran ditangan Hesa semakin menjadi hingga dahan yang awalnya ia pegang terjatuh.

Ketika Hesa ingin menoleh kebelakang,wajahnya yang masih menoleh kearah samping langsung bertemu dengan wajah laki-laki yang terluka itu.

"Hah..hah.." Kim Hesa jatuh terduduk dengan posisi menghadap laki-laki yang terluka itu,air mata turun dari pelipis matanya dengan pandangan seakan masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi didepan matanya.

"K-kenapa kau menusuknya?K-kenapa kau membunuhnya?" Nada bicaranya benar-benar seperti ketakutan,namun Hesa tak beringsut menjauh.Jika mendefinisikan rasa takut atau terkejut yang dirasakannya saat ini,maka dua-duanya dirasakan Hesa.Namun,rasa terkejut jauh lebih besar ia rasakan dari pada rasa takut.

"Agh..." Bukanya menjawab,laki-laki itu mengerang kesakitan hingga terduduk.

Hesa yang melihatnya menjadi panik.Ia berlari menuju tepi sungai memetik daun talas yang tubuh disekitarnya,mengambil air dengan hati-hati dan kembali pada laki-laki yang terluka itu.

"Ini minumlah" Ia membantu laki-laki itu untuk meminum air yang ia bawakan dengan pelan dan pasti.

Setelah air yang ia bawakan habis,Hesa membopong laki-laki itu kearah pohon besar tadi.

"Agh..k-kenapa b-berat s-sekali!" Dengan susah payah ia membopongnya,akhirnya Hesa berhasil membaringkan laki-laki itu didekat pohon besar.

"Hah..hah..sial!Kenapa sejak tadi selalu ada yang membuat nafasku tersengal-sengal terus" Hesa menyeka keringat yang ada dipelipisnya,menggulung lengan jaketnya hingga siku,kemudian ia mulai membuka pakaian laki-laki itu.

Hesa menghentikan tangannya menatap pakaian yang menurutnya terlihat aneh.

"Baju model apa ini?..."

"Agh.." Laki-laki itu mulai mengerang kesakitan lagi,Hesa yang awalnya sedang berpikir tentang pakaian laki-laki itu berubah menjadi panik mendengarkan erangan kesakitan.

"Oke buka pakaiannya dulu dan lihat lukanya!"

"Agh..kenapa bajunya susah dibuka.." Hesa mencari sesuatu untuk menyobek pakaian laki-laki itu.Kemudian pandangannya jatuh pada pedang yang ternyata sedari tadi masih digenggang erat laki-laki yang sekarang ini tergeletak sekarat.

SRETT

Hesa berhasil menyobeknya dengan pedang,namun...

What is life [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang