Sore ini, Hyejin berhasil sadar dari pingsannya. Wanita itu tengah terbaring lemah dirumah sakit akibat keram perut yang ia alami. Dokter bilang itu sesuatu yang wajar yang terjadi pada ibu hamil, jadi sore atau malam ini Hyejin sudah bisa pulang.
Sejujurnya saat awal pemeriksaan pun ia diizinkan pulang, tapi Jimin melarang. Ia ingin Hyejin benar-benar dalam kondisi baik-baik saja dan aman, jadi dia putuskan untuk membiarkan wanita ini beristirahat diranjang rumah sakit.
Tapi, ketika Hyejin tertidur karena pengaruh obat, wanita ini mendadak bingung. Karena ketika dirinya bangun, bukan Jimin yang ia lihat melainkan sang kakak, Min Yoongi. Pria itu bilang jika Jimin punya sedikit urusan hingga harus menitipkan keselamatannya pada Yoongi.
Tapi sepertinya urusan Jimin bukan urusan kecil. Karena, saat ini Jimin masih belum kembali. Bahkan dirinya sudah bersiap-siap untuk keluar dari rumah sakit dan Jimin masih belum memunculkan batang hidungnya. Hyejin pun bertanya-tanya sebenarnya urusan apa yang tengah suaminya kerjakan.
“Oppa. Apa Jimin bilang padamu dia ingin pergi kemana?”
“Dia hanya bilang ingin mengurus sesuatu, dan langsung pergi. Aku tidak sempat bertanya karena ia langsung pergi begitu saja.”
“Tapi ini sudah sore, kenapa Jimin belum datang juga.”
Yoongi menghela nafas sembari menatap adik kesayangannya. “Jangan khawatir. Dia akan baik-baik saja, nanti dimobil cobalah untuk menghubunginya, Arrachi?”
Hyejin hanya bisa mengangguk menyetujui usulan kakaknya. “Eoh, Arraseo.”
Kedua kakak beradik itupun pergi keluar rumah sakit ini. Hyejin langsung masuk dan duduk dikursi depan, sedang Yoongi duduk disampingnya, dikursi kemudi. Mereka pun mulai melajukan mobil mereka menuju apartemen Yoongi.
“Hari ini kau menginap diapartement ku, Jimin akan menjemputmu disana.”
“Ya.”
Wanita ini selanjutnya mengeluarkan ponsel miliknya dan mencari kontak Jimin disana. Setelah berhasil menemukan nomor yang dicari, Hyejin langsung mengklik nomor itu untuk menghubungi suaminya.
Hyejin tiba-tiba saja kepikiran tentang Jimin. Wanita ini mendadak harap-harap cemas, takut terjadi apa-apa dengan Jimin diluar sana. Namun Hyejin bisa bernafas lega, karena ternyata pria ini menjawab panggilan telpon nya dengan cepat.
“Yeobseo—“
“Jimin-ah! Neo Eoddiseo?” Tanya Hyejin tanpa basa-basi. (Kau dimana?)
“Aku? Ah.. aku sedang dikantor, ada urusan mendadak yang harus ku urus. Bagaimana kondisimu? Apa masih sakit?”
Hyejin tersenyum mendengar suara Jimin yang terlihat baik-baik saja. Ia sangat senang. Dirinya tidak perlu merasa khawatir lagi sekarang. Ia bisa melanjutkan perjalanan pulangnya dengan tenang. “Aku baik-baik saja. Geokjeonghajima.” (Jangan khawatir)
“Syukurlah kalau begitu. Kau dimana sekarang?”
“Arah pulang. Yoongi-oppa membawa aku ke apartemennya."
“Tolong sambungkan telpon ku ke Yoongi-hyung sekarang.”
“Eoh? O-oke.”
Hyejin langsung memberitahu Yoongi jika Jimin ingin berbicara dengannya. Yoongi pun mengambil ponsel itu dan mulai berbicara dengan Jimin. “Ya, ini aku—“
Yoongi tidak berbicara lagi pria itu terlihat santai mendengarkan ucapan Jimin. Ia nampak mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali sebagai tanda ia menyimak dengan baik perkataan Jimin. Setelah hampir dua menit mereka berbicara akhirnya Yoongi menutup panggilan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOUSE OF CARD [END]
FanfictionPark Jimin, seorang pria yang sejak kecil hidup dengan ditemani bermacam jenis senjata, dengan pemandangan darah yang mengalir hampir setiap hari, dan luka-luka sebagai penghias anggota tubuh nya. Jangan salah paham! hal ini terjadi karena o...