- Decision - (결정)

933 102 14
                                    

    Beberapa orang tengah berbaris mengelilingi sebuah makam yang baru selesai diusung. Lelaki bernama Min Yoongi itu memandang lurus kearah pusaran makam tersebut. Park Jimin dan Kim Hyejin juga hadir dihari ini. Semua orang kompak mengenakan pakaian serba hitam, sebagai tanda turut berduka cita.

    Seolah mengerti akan kondisi hati Yoongi, langit pagi hari ini sedikit buruk.

     Pagi hari ini sedang mendung, mungkin memang kondisi curah hujan atau karena pas bersamaan dengan kondisi hati Yoongi yang sedang diselimuti awan kesedihan. Walau dalam tatapan nya dia terlihat biasa saja, namun dalam hati dia menangis keras.

    Ya, tidak ada orang yang sanggup kehilangan orang yang dicintai nya.

    Seburuk apapun dia, sejahat apapun dia, dia tetap orang yang sudah membesarkan mu hingga beranjak dewasa. Dia orang yang memberikan mu makan, dan merawat mu walaupun secara tidak langsung, bukan?

     Sebenci apapun Min Yoongi, dia juga seorang anak yang sayang pada orang tuanya.

     Itulah sebab nya, mengapa ketika Yoongi menemukan mayat sang ibu yang tengah tergantung diatas lantai dia menangis. Perlu kalian ketahui, seseorang yang bersifat dingin dan seolah tidak perduli itu bukan berarti tidak bisa terluka, mereka justru cenderung lebih rapuh dari yang dibayangkan.

     Mungkin  sebagian orang mengatakan orang yang paling kuat adalah orang yang bisa menutupi masalahnya dengan senyuman, tapi bagi beberapa orang seperti Min Yoongi, mereka tidak perlu selalu tersenyum untuk menutupi semua nya, cukup dengan diam dan memendam nya sendiri itu lebih baik.

Hyung, kita pulang.” Ajak Jimin ketika pemakaman dan penghormatan terakhir sudah dilakukan.

      Yoongi hanya mengangguk kemudian membalikan badan dan  pergi dari tempat itu. Dibelakang Yoongi, Jimin memandang prihatin dengan sikap kakak nya yang telihat sangat terpukul dengan kematian sang ibu.

    Sejujurnya, Jimin pun begitu, namun mungkin rasa sakit nya tidak sebanding dengan yang Yoongi rasakan. Melihat sang ibu mati didepan mata mungkin menjadi luka tambah yang sangat besar didalam hati seorang Min Yoongi.

   Yoongi berjalan dalam diam, dengan kepala yang semakin tertunduk.

   Tiba-tiba, sesuatu yang basah dan sangat bening jatuh mengenai pipi putih nya.

   Yoongi menyentuh cairan itu, dan melihat nya. Warna nya mirip seperti air mata manusia, namun dia terkesan lebih suci dan sangat bersih.  Seketika Yoongi mendongak menatap langit yang tengah menumpahkan air langit nya dari balik awan.

   Hujan turun membasahi bumi hari ini.

    Dan entah kenapa, ketika cairan dingin itu membasahi seluruh tubuh nya, Yoongi merasa sedikit lega. Dari balik kaca mata hitam nya, Yoongi menahan bendungan air mata yang sedari tadi ingin tumpah, namun sekarang dia memilih menyerah dan membiarkan air mata itu turun, menyatu dengan deras nya hujan pagi ini.

    Semakin lama, tangisan Yoongi semakin dalam, badan nya bergetar, wajah nya ia biarkan menunduk agar tak seorang pun tahu dia tengah menangis sekarang.

   Dia merasa dada nya begitu sesak karena isakan yang sengaja dia tahan, hati nya menjadi sangat sakit. Dia berusaha mati-matian untuk tidak menangis didepan banyak orang, namun sekarang dia bisa melepaskan beban dihatinya berkat bantuan hujan.

“Yoongi, hyung..”

   Didepan sana, Jimin memandangi Yoongi yang masih diam. Dia ingin merasakan kesedihan ini bersama, tidak ingin membuat Yoongi merasa terbebani sendirian.
 
    Itu sebabnya, Jimin disini, menemani nya sampai Yoongi selesai melepaskan semua beban nya.

HOUSE OF CARD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang