2]. 302 detik

143 58 46
                                    

Pletak

"Anjir!"

Saat Rio sedang pura-pura serius dalam mengerjakan soal ulangan harian, tiba-tiba ada gulungan kertas yang mengenai kepala nya.

"Kenapa Rio?" Tanya Bu Nining.

"Ah, nggak Bu. Itu tadi, Vanila tiba-tiba nginjek kaki saya, nanyain jawaban nomer 25."

Vanila langsung melotot ke arah Rio. "Tapi kan jumlah soal nya hanya 20?" Tanya Bu Nining.

Vanila tersenyum sinis, tapi Rio tetap tak kehilangan akal nya. "Nah makanya Bu, saya juga bingung. Mungkin Vanila lelah."

Bu Nining hanya menggeleng-geleng kan kepala nya melihat tingkah Rio.

"Kenapa gak jujur aja sih?" Tanya Vanila pada Rio.

"Yee,, siapa tau isi nya jawaban."

Saat Rio membuka gulungan kertas tersebut, ternyata bukan jawaban yang ia dapatkan.

Dear Vanila..

   Kamu tau betapa sulitnya mencari sebuah jarum dalam tumpukan jerami, apalagi jika mencarinya malam hari yang gelap gulita. Aku harap kamu tidak tau bagaimana sulitnya, biar aku saja:v

  Tapi aku akan bahagia jika kamu datang membawakan lentera yang terang benderang. Setidaknya, kedatanganmu bersama lentera memberiku harapan bahwa aku akan menemukan nya.

So.. Jawaban no 14? :b

Salam : Luis Ganteng 100%

Setelah selesai membaca seluruh tulisan tersebut, Rio menoleh ke arah pelaku yang sedang senyam senyum.

"Huweekk.. Ganteng? yang gitu ganteng?" Ucap Rio sambil seolah-olah dia sedang muntah.

"Udahlah, buang aja kertas nya." Ucap Vanila.

"Lo gak mau bales surat dari Pangeran pencari jarum lo?"

"Kamu tuh berisik banget deh. Udah sih biarin aja, Luis emang gitu orang nya." Jawab Vanila.

"Tapi kayak nya dia beneran suka sama lo deh."

Vanila menghela nafas, sebenar nya ia tak ingin banyak bicara, namun mulutnya ingin terus menjawab perkataan Rio. "Yaudah biarin aja. Lagian kalaupun iya, Luis bukan tipe aku."

"Emang tipe lo yang kaya gimana? Cowok-cowok modelan gue ya?" Goda Rio sambil menaik turunkan alis nya.

Vanila memutar bola mata nya malas. Ia berfikir, kenapa juga ia meladeni orang seperti Rio? 302 detik waktu Vanila yang sangat berharga terbuang sia-sia karena nya.

ㅇㅇㅇ

Kriingg..

"Yes! Istirahat." Ucap Rio sambil mengepalkan tangan nya, Ia sangat bahagia karena bisa terbebas dari jeratan soal-soal ulangan matematika itu.

Dengan semangat, Rio berdiri sambil membawa kertas jawaban nya."Van, sini kertas lo sekalian."

"Hm? Yaudah nih." Jawab Vanila sambil menyerahkan kertas jawaban nya pada Rio.

Setelah semua kertas jawaban terkumpul, Bu Nining pun mengakhiri pertemuan dengan salam.

Rio memperhatikan Vanila yang sedang membereskan alat tulis dengan senyum mengembang. 'Gue yakin nih, kali ini gue dapet 100.' Ucap nya dalam hati.

"Makasih ya Van."

"Hah? Makasih buat?"

Rio memainkan rambut nya sambil terus tersenyum, "Makasih buat jawabanya."

"Oohh,, eh? Kamu nyontek ke aku?!" Teriak Vanila.

"Ya.. siapa suruh jawaban nya gak ditutupin, kan jadi keliatan sama gue." Jawab Rio dengan tampang watados.

"Ya itu namanya nyontek!"

Rio mengangkat bahu nya tak acuh, "Gue gak nyontek. Orang jawaban lo yang lari-lari ke otak gue."

Vanila bangkit dari duduk nya dengan nafas yang tersengal menahan emosi. Garis bawahi, Vanila paling tak suka pada orang yang suka mencontek, ia berjalan cepat keluar dari ruangan kelas.

"Eh Van. Lo mau kemana?"

Rio langsung mengejar Vanila, sebenar nya tidak perlu di kejar, karena Vanila hanya berjalan cepat, bukan berlari.

Rio terus mensejajarkan langkah nya dengan Vanila sambil memanggil-manggil namanya. Hingga sampai di depan Lab IPA, barulah Rio bisa meraih tangan Vanila.

"Van, lo marah sama gue?"

"Yaiyalah!"

Rio berfikir, kenapa Vanila langsung marah hanya karena hal sepele seperti itu? "Dulu cewek-cewek yang gue contekin gak ada yang marah tuh."

Vanila geram dengan manusia di depan nya, bagaimana manusia seperti ini bisa hidup? Rasanya menjengkelkan sekali setiap Rio berada di dekatnya. "Ya itu kan mereka, bukan aku. Jangan sama-samain lah."

Rio menggenggam kedua tangan Vanila, kini mereka berhadap-hadapan "Yaudah gue minta maaf. Sebagai permintaan maaf gue, besok lo gue traktir deh."

"Gak! Pokonya besok aku gak mau duduk sama kamu lagi!"

"Yaelah Van, gue kan juga mau belajar di barisan paling depan, gue kan pengen berubah jadi lebih baik, masa ada orang yang niat baik di halangin sih." Ucap Rio dengan tatapan sendu.

Vanila jadi terdiam, ada rasa tak tega saat ia melihat raut muka Rio yang seperti itu, raut muka yang paling tidak ingin ia lihat di wajah orang-orang terdekatnya. 'Lah? emang Rio orang terdekat aku?' Pikirnya.

Ceklek

Tiba-tiba pintu Lab terbuka dan memunculkan sosok Pak Yanto. "Eh ada kalian. Nah gitu dong Rio, bergaul nya sama anak yang pintar, Insya Alloh, kamu juga bakal kebawa pintar. Ternyata kalian udah akrab ya? Mana pake pegang-pegangan tangan lagi, kiw kiw.."
Goda Pak Yanto.

Vanila langsung tersadar bahwa tangan nya masih dalam genggaman Rio. "Isshh." Vanila langsung menghempaskan tangan Rio, dan berlari meninggalkan nya.

"Bapak sih."

"Lah, kok saya?"

"Liat tuh, pacar saya jadi marah gara-gara Bapak." Ucap Rio, lalu ia berlari menyusul Vanila.

Pak Yanto hanya bisa menutup mulut mendengar perkataan Rio.

💢💢💢

                                              🙋

Vote nya jangan kelewat ya..

Tengkyu❤

SeatmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang