17. Janji Rio

31 10 5
                                    

Janji itu tingkatan paling mudah bagi seorang yang tak amanah, lalu tumbuh menjadi luka tak berdarah bagi orang yang di ingkari.

#KawalSampaiHalal
Eh salah
#KawalSampaiSembuh

🕊

"Yo, tadi dokter bilang apa?" Tanya Pian saat mereka dalam perjalanan pulang.

Rio hanya menggeleng-geleng sambil menopang dagu dengan pandangan kosong. "Tadi dokter nya cuman bilang, hasil tes nya mungkin keluar satu minggu lagi. Karena ada kemungkinan penyebabnya bukan kecapekan biasa, lo liat aja tadi pucetnya Vanila gimana." Jawab Rio masih dengan pandangan yang kosong.

"Lo segitu merasa bersalahnya ya Yo?" Tanya Eki yang sedang menyetir.

"Man. Sweet seventeen nya ancur karena gue, dan itu gak bisa diulang lagi. Terus dia ngomong 'gapapa' padahal gue tau hatinya hancur, gue juga masih punya hati nurani buat ngerasain gimana sakitnya." Jawab Rio.

Pian hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil menepuk-nepuk bahu Rio.

"Biar lo gak pusing-pusing amat, gimana kalo besok kita ngopi-ngopi di kafe biasa." Ajak Eki.

"Boleh tuh." Jawab Pian.

"Lo berdua aja lah. Gue mau ke rumah sakit lagi." Ucap Rio.

"Serius lo? Kan disana udah ada ortu nya sama Mala." Ucap Eki.

"Gue udah janji, mau ngehibur Vanila sampe dia sembuh."

Pian kembali mengangguk sambil menepuk-nepuk bahu Rio dan berucap, "Good luck."

ㅇㅇㅇ

"Selamat ulang tahun sayang, mamah gak nyangka ini akan terjadi di hari spesial kamu. Pokoknya, do'a terbaik untuk anak mamah yang manis ini." Vanila dan mamah nya saling berpelukan.

"Makasih mah."

Setelah Fani, mamah Vanila puas mengunyel-ngunyel Vanila yang masih terbaring di ranjang rumah sakit, kini giliran sang papah.

"Selamat ulang tahun anakku. Maafin papah yang kurang waktu buat kamu ya. Semoga di umur kamu yang makin dewasa ini, wish yang belum tercapai segera tercapai. Dan juga, siap-siap bikin KTP ya sayang." Ucap Farid, papah Vanila seraya mencolek hidung Vanila di akhir kalimatnya.

"Iya pah, makasih. Vanila udah siap bikin KTP kok." Jawab Vanila sambil melebarkan senyumannya.

"Maaf ya nak, kue nya ketinggalan dirumah. Tadi mamah sama papah udah bikinin kue buat kamu, tapi kita keburu panik pas Mala ngabarin tadi." Ucap Fani.

"Mamah sama papah bikin kue?"

"Iya." Jawab keduanya kompak.

"Nanti kalo udah agak siang papah bawain deh." Ucap Farid.

"Emang sekarang jam berapa?" Tanya Vanila.

"Jam tiga pagi sayang." Jawab Fani. "Udah pah, jangan diajak ngobrol lagi anaknya, suruh tidur dulu." Lanjutnya.

'Padahal sendirinya.' Batin Farid.

Vanila memejamkan mata pura-pura tertidur saat sang papah menaikkan selimutnya.

'Ya Alloh, terimakasih untuk semua berkah yang kau berikan kepada hamba. Jika memang ini hadiah darimu, izinkan hambamu yang rapuh ini melewatinya bersama orang-orang yang menyayangi hamba. Aamiin.' Ucap Vanila dalam hati, walaupun matanya terpejam, air mata terus berusaha menerobos agar dapat keluar memperlihatkan rasa sedih yang Vanila rasakan.

💢💢💢

🙋

Spesial chapter tujuh belas untuk yang sebentar lagi bikin KTP.

SeatmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang