07:30
Vanila berjalan tergesa-gesa menuju gerbang sekolah. Setelah kemarin, pagi cerah nya dirusak oleh Rio, hari ini pun pagi yang cukup mengerikan bagi Vanila.
Tunggu dulu!
Vanila melihat jam tangan nya. 'Ini beneran udah jam setengah delapan kan? Tapi kok gerbang sekolah masih dibuka?' Pikir Vanila.
"Maaf Pak, kok tumben jam segini gerbang nya masih dibuka?" Tanya Vanila pada satpam yang sedang jaga.
"Ohh.. kamu pasti lupa ya, hari ini kan hari ulang tahun nya Pak kepala sekolah. Jadi semua warga sekolah dibebaskan, mau telat pun gapapa." Jawab satpam itu.
"Berarti bolos boleh dong Pak?" Bukan Vanila yang mengatakan itu.
Vanila menoleh ke belakang, dimana suara itu berasal. Dan ia mendapati Rio dibelakang nya, ia mengedipkan sebelah matanya saat Vanila menatap nya.
'Ya Alloh, ini masih pagi. Kenapa engkau sudah melepas liarkan makhluk ini?' Batin Vanila.
"Yaudah, makasih ya Pak." Ucap Vanila seraya memberikan senyum hangat nya.
Saat Vanila hendak pergi meninggalkan pos satpam, Rio pun ikut melakukan hal yang sama. "Stop! Kamu ngapain sih ngikutin aku terus." Bentak Vanila.
"Mbak Vanila, Rio ganteng itu mau ke kantin. Jangan geer deh, mau banget diikutin cowok ganteng." Ucap Rio sambil membenarkan sweeter nya.
Vanila malu, ia langsung jalan mendahului Rio. Rio yang melihat Vanila salah tingkah pun hanya terkekeh kecil.
"Anjir lupa. Gue kan mau minjem duit ke si Vanila!"
Rio mengejar Vanila. Dan sial nya, Vanila masuk ke dalam toilet wanita. "Cewek nih, kalo malu pasti masuk toilet. Ngapain coba di dalem?"
Dengan sabar, Rio menunggui Vanila di depan toilet sambil glosoran. Aksinya pun sukses menjadi perhatian para siswi yang hendak masuk ke toilet.
"Van.. buruan dong, gue laper." Teriak Rio.
Vanila keluar, ia terkejut melihat Rio berada di depan toilet wanita. 'Makin hari, makin dipandang, makin gak bener aja si Rio.' Batin Vanila.
Vanila pura-pura tak menyadari kehadiran Rio disana, ia melewati nya dengan santai tanpa menoleh.
"Vanila!"
Vanila menarik nafas pasrah, rencana nya untuk kabur dari Rio gagal karena Rio menyadari bahwa orang yang barusan melewatinya adalah Vanila.
Rio mendekat ke arah Vanila, "Van, gue minjem duit dong, gue laper belum sarapan. Gue lupa bawa duit, gue janji besok gue balikin uang nya."
Tanpa banyak bicara, karena Vanila sudah cukup malu dengan ulah Rio ini, ia langsung menyerahkan uang lembaran sepuluh ribu kepada Rio. "Beli makanan yang cukup segitu aja." Ucap Vanila.
Rio menerima uang itu dengan senang hati. "Oke bos. Yaudah kalo gitu.. ayo." Ajak Rio.
"Hah?"
"Lo temenin gue makan."
Tanpa menunggu persetujuan Vanila, Rio menarik paksa Vanila, bukan tangan yang ditarik, tapi tas nya.
"Rio ih lepasin!"
Setelah sampai di kantin, barulah Rio melepaskan tarikan nya, sontak semua mata yang berada dikantin langsung terusik oleh kedatangan mereka berdua.
Vanila menutupi wajah nya menggunakan telapak tangan, ia benar-benar merasa malu kali ini.
Rio kembali menarik Vanila, dan menyuruh nya duduk. Setelah makanan pesanan nya tersaji di meja, Rio langsung melahap nya.
"Kalo kamu masih mau makan, aku ke kelas duluan ya." Pinta Vanila sambil memperhatikan Rio yang sedang makan.
"No. Lo harus tungguin sampe gue kelar makan. Nanti kalo ada sisa makanan di deket mulut gue siapa yang bersihin."
'Katanya bukan tipe-tipe cowok kayak di sinetron.' Ucap Vanila dalam hati.
"Bersihin nya pake sepatu kan?"
Rio tak mendengarkan ucapan Vanila karena sibuk makan. Sambil iseng Vanila mengedarkan pandangan nya ke suruh penjuru kantin. Dan Vanila melihat Pian dan Eki yang sedang berjalan menuju meja nya.
"Nah.. itu ada Pian sama Eki, minta bersihin sama mereka aja. Bye.." Vanila langsung berlari meninggalkan kantin.
Rio hanya melongo melihat tingkah Vanila.
"Helo brother.." Ucap Pian dan Eki.
"Mau ngapain sih lo berdua?" Kesal Rio.
Pian dan Eki hanya tersenyum menunjukan deretan gigi nya. "Traktir makan dong.." Ucap mereka sambil menunjukan puppy eyes nya.
'Gue aja mau makan ngutang dulu.' Ucap Rio dalam hati.
"Yaudah gih, ambil kuaci sebungkus."
"Kuaci lagi. Kenyang kaga, nyampah iya. Kita tuh mau nya makan Yo, makan makanan." Ucap Pian.
"Lah, emang kuaci diminum?" Tanya Rio.
"Tau ah. Males gue minta traktir lo lagi." Ucap Eki.
Rio hanya mengedikkan bahu nya sambil terus makan.
ㅇㅇㅇ
"Yah, kok pulpen nya abis sih." Vanila terus membolak-balik pulpen nya.
Tapi tenang, Vanila selalu membawa pulpen cadangan di tas nya, bukan karena ia percaya pada ramalan Rio semalam. Berbicara tentang ramalan Rio, kenapa ramalan itu bisa benar terjadi, atau mungkin hanya sebuah kebetulan?
"Kenapa Van? Lo bingung kenapa ramalan gue beneran terjadi?" Vanila kaget, bagaimana Rio bisa tahu apa yang sedang di pikirkan nya.
"Iya, kok bisa sih?"
"Rahasia."
"Terserah." Ucap Vanila, lalu ia mengeluarkan beberapa pulpen dari dalam tas nya.
"Wihh, banyak banget pulpen lo, gue minta satu dong." Rio langsung mengambil salah satu pulpen milik Vanila yang berwarna merah muda dengan bentuk kepala kelinci di ujung nya.
"Emang kamu nggak malu pake pulpen itu?" Tanya Vanila.
"Kenapa harus malu."
Tapi apa yang dilakukan Rio sungguh diluar dugaan Vanila. Bayangkan saja, Rio menggunakan ujung kuping kelinci itu untuk membersihkan telinga nya.
"Rio ih, jorok banget sih. Kirain pulpen nya mau buat nulis, kalo tau gitu gak aku kasih tadi"
"Yang bilang mau buat nulis siapa?" Ucap Rio sambil terus memutar-mutar telinga kelinci itu ditelinga nya. Vanila hanya bisa menatap sendu dan jijik menyaksikan pulpen nya diperlakukan tak selayak nya pulpen.
💢💢💢
🙋
Gak jelas banget ya?
😫😫😫
Aku bosan
Dirumah saja
Ngurus cucian
Dan juga setrikaan
Sudah puas rebahan
...Vanila
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatmate
Fiksi Remaja"Gini aja deh, lo Vanila, lo duduk di sebelah gue. Dan lo, lo cari tempat duduk lain." Rio. === Dari sinilah semuanya bermulai, dari sini juga semuanya terasa. Asam, manis, pahit, semuanya mereka telan bersama. Dulu, Vanila berkali-kali merapalkan d...