15]. Huru hara ultah Vanila

66 23 19
                                    

"Jika menunggu terasa menyenangkan, itulah cinta."

-EXO Suho

🕊

"Salah deh kita milih Rio buat mimpin rencana ini." Sesal Mala yang diangguki pula oleh Pian dan Eki.

Setelah kemarin mereka berempat berunding tentang rencana untuk membuat pesta kejutan ulang tahun Vanila malam ini, mereka sepakat bahwa Rio yang akan memimpin, mulai dari persiapan hingga jalannya acara. Dan Rio pun memilih tempat pesta yaitu di puncak. Tepatnya di villa milik Mala, hadiah dari nenek nya saat Ia tepat berusia 15 tahun.

Bukan itu yang jadi penyesalan tak berarti Mala, Eki, dan Pian. Tapi kendaraan yang disiapkan Rio, bukan lagi mobil jeep, kali ini Rio memilih mobil bak terbuka.

"Yo plis lah. Ini tuh jauh, dan lo nyuruh kita naik mobil bak, gak salah?" Protes Eki.

Rio menggeleng, "Leader tak pernah salah." Ucapnya dengan senyuman penuh hujatan.

"Silahkan naik."

Mereka bertiga hanya pasrah mengikuti arahan sang leader. Jika kata-kata bisa menyentuh mungkin Rio sudah babak belur oleh perkataan ketiga temannya.

"Yang nyetir?" Tanya Pian.

"Oh iya, kan gue mau nyuruh lo nyetir Yan, turun gih." Balas Rio.

Mereka pun berangkat menuju tempat dengan tanpa seorang pun yang ada di mobil itu membuka suara.

"Nyanyi woyy nyanyi." Teriak Rio kepada teman-temannya yang terlihat tidak bersemangat.

"Disini senang, disana senang, dimana-mana-"

Pletak!

"Nyanyi lagi udah bukan botol yang gue lempar, gue timpuk mobil lo Yo!" Ancam Mala yang merasa terganggu dengan suara nyanyian Rio.

"Eh, lo sehat La? Kok pucet banget?" Tanya Rio.

"Stres gue gara-gara lo. Ditambah denger suara lo yang nggak sah di kuping, pengen muntah tau gak."

Sepertinya ucapan Mala akan benar-benar terjadi, Rio mulai panik melihat mimik muka aneh Mala.

"Yan.. kresek Yan!!" Teriak Rio.

Huekk

Terlambat. Mala terlebih dahulu mengeluarkan isi perutnya di celana jeans Eki yang sedang tertidur disebelahnya.

"Arghhhhh!!!"

ㅇㅇㅇ

"Batas pemakaian obat, 03 Juli 2021. Alhamdulillah masih aman."

Vanila membolak-balik kemasan obat yang baru saja ia minum, takut-takut obatnya sudah kadaluarsa. Soalnya, tadi sewaktu meminumnya Vanila tak membaca dulu karena rasa pusing yang sangat hebat menguasainya.

Vanila duduk ditepi ranjangnya, memikirkan rasa pusing yang tadi tiba-tiba menyerangnya. 'Aku salah makan ya? Atau kecapekan? Nggak tau ah, yang penting nggak mau lagi.' Batinnya.

Drtt drtt

"Halo."

"Halo Van. Gue boleh minta tolong nggak?" Ternyata yang menelepon Vanila adalah Mala.

"Iya boleh. Minta tolong apa?"

"Jadi kan kemaren gue ke puncak ya Van, terus apesnya sekarang gue malah sakit. Gue minta tolong lo buat kesini dong, nggak enak banget sakit gak ada yang ngurusin, mana gue sendiri lagi."

"Gaya banget kamu, pake segala ke puncak. Udah tau gampang masuk angin malah pergi jauh-jauh sendirian, bandel." Sebenarnya Vanila kasihan pada Mala, tapi ini bukan yang pertama kalinya Mala meminta bantuan untuk kasus seperti ini, jadi ngomel sedikit menurut Vanila wajar saja sebagai seorang sahabat.

"Iya-iya. Pokoknya lo ke sini, nanti gue sharelock. Hacim!"

"Itu kamu yang bersin La? Kok suaranya kayak cowok ya?"

"I-iya itu gue. Mungkin karena idung gue mampet suaranya jadi kayak cowok. Pokoknya lo harus kesini gue gak mau tau, tapi kalo lo mau gue cepet mat-"

"Iya, iya, iya. Aku kesitu."

Pip

Selalu, kebiasaan Mala memang tidak pernah berubah. Memutuskan sambungan telepon tanpa mengucap salam atau kata-kata.

Setelah Mala mengirim lokasi keberadaannya, Vanila segera bersiap-siap menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa.

'Sekarang jam tujuh malem nanti sampe sana sekitar satu jam an. Kalo Mala keburu meninggal duluan gimana ya? Ih amit-amit. Tapi setidaknya pas aku nyampe, jasadnya belum busuk, hehe.' Ucap Vanila dalam hati.

ㅇㅇㅇ

"Lo gimana sih! Kan udah gue bilang jangan berisik. Ini malah bersin." Omel Mala pada Eki.

"Ya sorry, gue pengen bersin masa suruh di tahan." Balas Eki.

"Hampir aja kacau tau gak." Mala kembali menimpali.

"Udah-udah, hal kecil gak usah di besar-besarin kali La." Rio berusaha menengahi.

"Ye." Jawab Mala.

"Ini persiapan udah beres semua kan?" Tanya Rio sambil mengamati hasil dekor Mala, Pian dan Eki.

"Udah lead." Jawab ketiganya.

Memang mereka bertiga yang menyiapkan dekorasi pesta, tugas Rio hanya COD an mengambil kue yang memang sengaja dipesan khusus Rio dari toko yang ada di dekat lokasi.

'Kenapa gue rasanya gak sabar banget ya, nungguin ultah orang udah kayak nungguin doorprize, geser-geser dah ni jantung.' Batin Rio.

"Oke sip. Yaudah La, kita bertiga ke kamar dulu, jangan lupa rencananya." Ucap Rio.

"Oke." Jawab Mala.

💢💢💢


🙋

SeatmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang