"SPBU?"
"Iya, gue mau beli bensin."
Vanila memilih menunggu di salah satu bangku SPBU. Ia memperhatikan Rio dari kejauhan. Perutnya lapar, karena ia belum sempat sarapan, tadi ia baru selesai mandi dan Rio sudah datang ke rumah nya.
Setelah selesai, Rio menghampiri Vanila yang sedang duduk sambil memegangi perutnya. "Ayo." Ajak Rio.
Vanila menurut, ia bahkan tak tahu kali ini Rio akan membawanya kemana lagi, yang jelas ini bukan jalan pulang.
"Ini restoran Yo?" Tanya Vanila setelah Rio menghentikan motor nya.
"Ayo makan."
Mata Vanila berbinar mendengar kata makan. Ia tak menyangka Rio akan sepeka itu. Tapi Vanila berpikir, memangnya Rio mau membayar makanan nya?
"Yang bayar?"
"Gue lah."
Mereka berdua masuk ke dalam restoran, memilih tempat duduk dan memesan makanan. Vanila sangat menyukai konsep restoran ini, tak terlalu kuno, juga tak terlalu modern.
Makanan datang, Vanila tak bisa membiarkan makanan itu dianggurkan lebih lama, ia pun langsung menyantapnya. Rio hanya geleng-geleng melihat tingkah Vanila yang menurut nya aneh bagi seorang Vanila akan bersikap seperti itu.
Di tengah acara makannya, Rio kembali teringat akan mimpinya. Rio memperhatikan wajah Vanila, ia jadi membayangkan wajah itu penuh oleh luka seperti yang dilihatnya dalam mimpi.
"Van."
"Hm."
Rio tidak tahu harus berkata apa, namun dalam hatinya seperti ada sesuatu yang harus Rio sampaikan pada Vanila.
"Lo jangan nangis pas gak ada gue ya."
"Maksudnya?" Tanya Vanila yang memang tak paham apa yang Rio ucapkan barusan.
"Maksud gue ya.. Lo jangan pernah nangis dibelakang gue, kalo mau nangis pas ada gue aja. Gue tau lo punya banyak air mata yang siap lo tumpahin dimana pun." Ucap Rio.
Vanila diam, ia tahu bahwa apa yang Rio katakan pasti berkaitan dengan mimpi nya itu. Menyadari situasi antara nya dan Rio sudah tidak enak, Vanila memutuskan untuk izin ke toilet dulu.
Rio tak menyesali ia berbicara seperti itu pada Vanila, ia hanya mengeluarkan isi hati dan pikiran nya.
Rio mengambil handphone Vanila, dan ternyata handphone itu tidak di kunci. Rio hanya bermain-main kamera, dan Rio pikir hasil nya bagus juga, Rio pun menggunakan salah satu fotonya untuk dijadikan wallpaper.
Melihat Vanila yang sedang berjalan kembali ke meja, Rio langsung meletakkan kembali handphone itu. Vanila duduk dan melanjutkan makan nya, namun tiba-tiba handphone nya berbunyi dan menampilkan notifikasi dari aplikasi wattpad.
Dan saat membuka handphone nya, Vanila terkejut melihat foto yang menjadi wallpaper di handphone nya.
"Rio!"
"Kenapa? Keren kan?"
Vanila hendak mengganti kembali wallpaper handhone nya, namun Rio terlebih dahulu memegang tangan nya.
"Plis Van, gue cuma mau lo inget sama gue kalo lo nangis, dengan liat foto gue."
"Nangis apa sih?"
Sebenar nya bukan itu tujuan Rio, ia hanya ingin Vanila mengakui ketampanan nya setiap saat ia membuka handphone. "Ya Van ya.."
Vanila lagi-lagi harus luluh dengan tatapan Rio yang sayu itu. Sedangkan Rio sudah bersorak dalam hati, rencana nya kali ini berhasil.
'Vanila.. Vanila.. kok lo gampang banget di taklukin nya sih. Gapapa lah gue malu-maluin dikit..' Batin Rio.
💢💢💢
🙋
Outfit Vanila waktu jalan sama Babang Rio ganteng👇
Gak update berapa hari ya?🤔
KAMU SEDANG MEMBACA
Seatmate
Novela Juvenil"Gini aja deh, lo Vanila, lo duduk di sebelah gue. Dan lo, lo cari tempat duduk lain." Rio. === Dari sinilah semuanya bermulai, dari sini juga semuanya terasa. Asam, manis, pahit, semuanya mereka telan bersama. Dulu, Vanila berkali-kali merapalkan d...