6

9 2 0
                                    

Malam ini Aeri baru selesai menemani Yoora belajar, setelah itu dia memastikan putri kecilnya tertidur dengan nyaman.

Jam menunjukkan pukul dua pagi, Aeri sempat tidur, tapi dia bangun dari tidurnya. Menyadari sang suami yang tidak ada disampingnya, Aeri keluar dari Kamar. Dia mengecek Ruang kerja suaminya.

Membuka pintu pelan, Aeri tersenyum hangat begitu melihat suaminya yang teetidur di Meja kerja. Dia menghampiri Taehyung, ada bekas air mata di pipi Taehyung.

Aeri melihat ada sebuah buku di samping kepala Taehyung. Dia mengambilnya dengan perlahan, kemudian membukanya. Hatinya tertusuk begitu melihat halaman pertama, foto Taehyung dengan Jihyun yang sedang menggendong bayi.

Di foto itu, Taehyung tersenyum senang. Senyum yang tak pernah Aeri lihat selama dia menikah dengan Taehyung. Taehyung yang merangkul Jihyun dan Jihyun yang menggendong Gyura.

'My Dream Familly' begitu tulisan di bawahnya. Aeri jadi merasa bersalah, kenapa Taehyung begitu memaksakan diri? Aeri tak meminta Taehyung untuk tetap mempertahankan pernikahannya.

Aeri juga ingin Taehyung bahagia, tapi bagaimana jika bahagia nya Taehyung harus membuatnya terluka? Dia juga ragu. Aeri menangis, merutuki dirinya sendiri.

Mereka sudah mempunyai Yoora, tidak mungkin mereka berpisah begitu saja. Aeri tak ingin Yoora tumbuh tanpa kasih sayang yang tak lengkap dari orang tuanya. Yoora-nya tidak bersalah, mungkin disini Aeri yang  terlalu memaksakan.

Jika saja dirinya dulu menyatakan untuk menyerah, mungkin saat ini dia sudah lepas dari ikatan pernikahannya dengan Taehyung. Dan- dia tak akan memiliki Yoora.

Air matanya jatuh pada permukaan kertas yang dia pegang, dengan lengan gemetar jarinya membuka lembaran selanjutnya.

Sebuah surat.

Ji, kenapa kau menunggalkanku? Aku ingin sekali mengejarmu. Tapi aku tidak bisa, ada Aeri dan Yoora disini yang harus ku jaga. Tapi, bagaimana denganmu? Kau dan Putri kita juga membutuhkanku. Aku mencintaimu Ji, sangat. Tapi aku memiliki Aeri yang bahkan tak pernah aku cintai, tapi aku menyayanginya. Aku tak salahkan jika menyayangi istriku sendiri? Disini aku yang salah, jika saja dulu aku menunggumu dan tidak menikah dengan Aeri mungkin kita sudah memiliki keluarga yang indah saat ini. Maafkan aku.

Aeri menutup kembali buku itu, dia tak ingin melukai dirinya sendiri. Telapak tangannya bergerak menutup mulutnya, menahan isak tangisnya. Disini dia sebagai Istri Taehyung, tapi kenapa hatinya merasa bersalah. Seolah dia yang merebut milik orang lain. Dia tak tahu apa-apa.

Buku itu dia letakkan kembali pada letak awal, dia mengusap surai Taehyung lembut. Penuh perasaan, air matanya terus mengalir, merasa bersalah.

Haruskah aku menyerah dan melepaskan Taehyung? Tapi bagaimana dengan Putriku? Batinnya terus berteriak meminta jawaban dari dirinya sendiri.

"Tae," lirih Aeri, bibirnya tersenyum tapi hatinya diremas. Dia telah melukai sosok yang dia cintai.

"Maafkan aku. Kenapa kau memaksakan dirimu? Katakan saja padaku jika kau lelah, biar aku yang menyerah. Aku tak akan berjuang lagi, bangunlah keluarga impianmu." Bahu kecilnya bergetar, menyimpan semua rasa sakit yang dia rasa.

Aeri seperti orang gila, berbicara pada orang tidur yang tak mungkin mendengarnya. Bibirnya bergetar, dia pikir dia memang tak tahu apa-apa. Tapi nyatanya disini dia yang melukai, luka Taehyung sepertinya lebih dalam daripada apa yang dia rasakan.

Patient WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang