15

14 1 0
                                    

Aeri menyadari kalau dia tak tidur di Kamarnya. Wanita bermarga Kim itu mengedarkan pandangan ke seluruh sisi Ruangan, hingga atensinya berhenti pada sang Kakak yang tengah tersenyum hangat dari arah dapur.

Aeri membawa tungkainya untuk menghampiri Jimin, "Ini Apartemen ya?" Tanya nya seraya mengucek mata, bahkan Aeri tak ingin mencuci mukanya.

"Iya, sebaiknya kau bersihkan dulu wajahmu." Saran Jimin pada Adiknya, Aeri melangkahkan kakinya dengan kesal ke dalam Kamar mandi.

Jimin tersenyum melihat Aeri, dulu Adiknya itu sangat manja memang. Tapi setelah SMA Aeri menjadi mandiri, bahkan Adiknya itu memilih untuk tinggal sendiri asalkan Ayah dan Ibunya memberi Apartemen. Seraya mengaduk kopi, Jimin menggeleng pelan mengingat masa dulu nya dengan Aeri.

"Kau mau?" Jimin menatap Aeri yang kembali dengan wajah muram. Aeri menggeleng, dia tak suka kopi. Saat ini dia hanya merindukan Yoora, mungkin Putrinya itu sudah berangkat Sekolah.

"Nanti jemput Yoora ya? Ke Rumah Ibu." Aeri menatap mata Jimin dengan puppy eyes nya, agar sang Kakak menyetujui keinginannya.

"Baiklah, tapi kenapa tidak bersama Taehyung?"

Aeri mematung seketika, bagaimana menjelaskannya pada Jimin? Ibunya dan Ayahnya? Mereka bahkan tak tahu apapun. Untuk Jimin, Aeri yakin pria itu akan langsung mendatangi Jihyun dan Taehyung yang mungkin saja saat ini tengah menikmati sarapan pagi. Tapi Jimin juga berhak tahu, oke Aeri akan memberi tahunya pelan-pelan.

"Jimin, ada sesuatu yang ingin ku bicarakan. Tapi janji ya? Jangan marah." Aeri menatap intens iris Jimin. Raut wajah nya juga berubah menjadi serius, Jimin mendekati Aeri dan duduk di sampingnya.

"Ya, aku janji." Senyuman Jimin berusaha meyakinkan Aeri kalau pria itu tak akan pernah mengkhianati janjinya. Aeri mengangguk, kemudian menghela nafas.

"Taehyung menikah lagi, dengan Jihyun." Ucap Aeri pelan, sontak Jimin melotot. Dia tak percaya Kim Taehyung akan menduakan Adiknya. Jimin memang tidak tahu apapun tentang seluk beluk pernikahan Aeri yang tidak pernah didasari cinta dari keduanya.

Mengumpat dalam hati, itu yang Jimin lakukan. Maniknya berusaha menelisik mata Aeri yang sudah berkaca, terlihat sekali Adiknya sangat terluka. Sejauh ini Jimin masih bisa menahan emosinya karena Aeri juga terlihat tenang meski air terus menggenang di pelupuk matanya.

"Kami tidak pernah mencintai, tapi demi Yoora kami mempertahankan pernikahan ini." Sambung Aeri menunduk, air matanya mulai mengalir membasahi pipi. Jimin segera merengkuh erat tubuh Aeri yang bergetar, dia tahu.

"Kau jangan lemah, aku tahu Park Aeri adiknya Park Jimin tidak pernah lemah." Jimin mengusap punggung Aeri, adiknya itu terisak keras dalam rengkuhan hangatnya.

Bohong jika Aeri tak merindukan ini semua, selama ini dia selalu hidup sendiri meski karena keputusannya sendiri. Kadang dia juga membutyhkan rengkuhan hangat dari Kakaknya ketika saat-saat rapuh seperti ini.

Aeri mendongak, menghapus air matanya dan menatap Jimin penuh dengan kekuatan. "Ya, aku Park Aeri adiknya Park Jimin. Jadi aku tidak boleh menangis, bukan begitu?" Jimin mengangguk menatap Aeri penuh rasa.

Hatinya serasa tercubit mengingat dulu dia menyerahkan Aeri pada Taehyung. Dia sudah mempercayakan Aeri pada Taehyung, tapi pria Kim itu memgkhianatinya. Dirinya merasa bodoh, sangat bodoh.

-o0o-

Yoora baru saja turun dari mobil setelah mengucapkan kata selamat tinggal pada Neneknya, begitu melihat mobil sang Ayah yang juga terparkir di halaman Sekolah Yoora langsung berlari untuk masuk Kelas.

Patient WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang